Title: Iris Dragon
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter II
Putri Kerajaan Skyline
Chapter II
Putri Kerajaan Skyline
Ruangan 4x5m dengan struktur
bangunan yang elegan. Di dalamnya sudah tersedia perabotan utama untuk kamar
tidur, seperti kasur dan lemari.
“Maaf!!”
Kamar mandi berada di samping kanan,
dekat pintu masuk. Tidak kalah luas, yakni 3x3m. Seukuran dengan gubuk kecil miliknya
dulu.
Aeldra terlihat sedang duduk di
tengah ruangan, menatap amplop berwarna biru langit. Tubuhnya bergemetar,
matanya melebar menatap amplop itu.
Dia menelan ludah, mulai membuka isi
amplop. Tangannya tetap bergemetar. Masih tak percaya jika kejadian yang dialaminya saat
ini adalah kenyataan.
“In-ini uang tunjangan ...?” pelan Aeldra
bertanya pada dirinya sendiri. Nadanya terdengar gugup. Tak heran, bibirnya
masih sedikit gemetar.
“5 juta dels!? Gila!! Aku harus
berkerja 1000 kali jika mengumpukan uang dari pekerjaan pak tua itu!”
Lelaki bermata biru itu sungguh
tersenyum lebar, tak kuasa membendung kebahagiaan dalam hatinya. Dia menatap
sekitar, ruangan mewah yang kini menjadi tempat tinggalnya.
“Astaga ..., apa yang kulakukan
sampai mendapat berkah sebesar ini?!”
“Terima kasih, Ya Tuhan!! Sudah
melihat hamba kecil sepertiku!” Aeldra langsung berlutut sujud, bersyukur atas rezeki
yang dia dapatkan.
“.....” Suasana berubah hening,
ketika Aeldra masih sujud.
“Eh, ap-apa yang yang kamu lakukan?”
Selenia memasang wajah khawatir, menatap Aeldra. Dia berdiri tepat di hadapan
lelaki berambut hitam itu. Baru saja memasuki ruangan.
“Wahh!!” Aeldra terkejut, mundur
hingga kepalanya membentur pinggir kasur. Dia memasang wajah kesakitan,
memegang kepalanya.
“Maaf aku masuk tanpa ijin. Habisnya
kamu tak menjawab ketukan pintuku.”
“Ah, iya tak apa-apa. Ini juga
salahku karena terlalu senang mendapatkan uang sebesar ini.”
“Itu kan cuman 5jt dels? Kenapa
sesenang itu? Sampai bersujud seperti mendapatkan mukjijat. Kamu ini lucu sekali ...,”
Selenia tertawa kecil menutup mulut.
“Cuman 5jt dels katamu yah .... Bagiku
yang seorang anak pinggiran ini sangat banyak. Kau tak tau betapa senangnya aku
saat ini.”
“Eh, pinggiran?” Selenia bertanya
kebingungan. Tak mengerti istilah yang diucapkan lelaki beramata biru.
“Maksudnya anak miskin, tak
terpandang dan diperhatikan oleh dunia.”
“Kamu anak yang seperti itu? Meski
kamu sangat kuat dan hebat?” Selenia memberikan tatapan sedih pada Aeldra.
“....”Aeldra terdiam mengalihkan
pandangan. Terlihat berpikir, mulai menutup mata.
“Hei, Putri –“ Aeldra membuka mata.
“Tolong bersikap informal padaku. Saat
ini kita sesama siswa Acies Highschool.” Nia menutup mata. Berwajah serius,
atau mungkin tak senang.
“Baiklah, Ni-Nia.” Aeldra tersenyum,
merah wajahnya.
“Jadi apa perkataanmu sebelumnya?”
Nia membuka mata, tersenyum lebar. Dia kembali terlihat bahagia.
“Kalau tak salah aku mendengar, jika
uang tunjangan ini diberikan tiap bulan pada siswanya. Jadi apa bulan depan
juga aku mendapatkannya?”
Selenia memiringkan kepala. Tak
mengerti, kenapa Aeldra mengajukan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. “Apa
maksudmu? Tentu saja sudah jelas, kan? Kalau kamu tetap mendapatkan uang
tunjangan itu.”
“Sa-sampai lulus!?” Aeldra menatap
penasaran Nia.
“Iya, sampai lulus ...,” Nia
tersenyum kecil menutup mata.
Aeldra menundukkan kepala. Menatap
kedua kakinya yang terduduk sila. Matanya melebar, mulai berhitung dalam
hatinya.
“Tiga
tahun sama dengan tiga puluh enam bulan. Lalu 36x5 ..., 180 juta. Aku bisa
mendapatkan 180 juta hanya harus diam di sekolah ini?!”
“A-Aeldra ...?” Nia bertanya
khawatir, melihat Aeldra yang bersikap aneh.
“Aku
harus bertahan di sini!! Meski nyawaku menjadi taruhannya!!” Aeldra
mengangkat wajah, mengepalkan tangan kanannya tepat di dada. Dia tersenyum
lebar, sangat lebar. Membuat Nia semakin berwajah khawatir.
“Eh, tunggu!! Aku dimasukkan ke
kelas berapa!?” Aeldra bertanya, kembali memberikan tatapan penasaran.
“Ke-kelas satu? Apa aku membuat kesalahan?”
khawatir Nia menatap Aeldra.
“Ah, tidak. Itu benar! Masukkan aku
kelas satu, semester awal!!”
“Ehh, tapi umurmu berapa? Aku belum
mengetahui umurmu.”
“Aku? Aku 16 tahun, memangnya
kenapa?”
“Sudah kuduga kamu lebih tua dariku.
Aku berumur 15 tahun. Kalau begitu biar aku pindahkan Kakak ke kelas dua –“
“Tidak, kumohon pindahkan ke kelas
satu saja!! Kalau bisa sekelas denganmu!”
“Eh ...?” Nia terkejut. Wajahnya
mulai memerah.
“Aku
pasti kerepotan jika tak memiliki seseorang yang kukenal di dalam kelas,” batin
Aeldra berpikir, mengalihkan pandangan.
“Tapi sungguh yah, tak kusangka akan
mendapatkan uang saku sebesar itu. Terus tiap bulan? Bisa lebih dari 100 juta
kalau kita mengumpulkannya sampai akhir kelulusan,” Aeldra terseyum bahagia.
Mulai tiduran ke belakang. Dengan dua telapak tangan di bawah kepala.
“Ah, itu belum seberapa. Di sekolah
ini juga kan ada turnamen kinesis yang rutin diadakan tiap tahun. Aku
dengar-dengar, jika juara pertamanya akan mendapatkan 1 miliar dels.”
“Eh!?” Aeldra sangat terkejut, lekas
kembali duduk dan menatap penasaran Selenia.
“Hmm, 1 miliar? Mungkin 2 ...? Ya, 2
miliar dels. Aku ingat, juara pertamanya dapat uang 2 miliar dels.”
“Heee!!!” Aeldra berteriak,
menggigit jemari kanannya. Sungguh terkejut mendengar perkataan Nia.
“Ya uang itu tidak terlalu dipikirin
sih. Soalnya yang menjadi juara pertama juga mendapat rekomendasi langsung dari
sekolah untuk menjadi Front-Liner. Intinya mereka lulus tanpa tes.”
“Peduli
setan dengan rekomendasi itu, yang penting uang 2 miliarnya!! Aku benar-benar
bisa mewujudkan impianku!! Aku bisa jadi orang kaya!!” Aeldra menutup
mulutnya yang terbuka lebar. Tak kuasa membendung rasa bahagianya.
“Ah,
betapa mulianya dirimu, Ya Tuhan. Aku sungguh sangat bersyukur padaMu, karena
sudah membiarkanku masuk ke sekolah ini.”
“Jadi, apa Kakak tertarik mengikuti turnamen
itu?” Nia bertanya.
“Eh, Kakak? Perasaan, tadi juga kau
memanggilku seperti itu.”
“Soalnya Kakak kan lebih tua
dariku,” Nia tersenyum manis, memiringkan kepala.
“Ah, be-begitu.” Aeldra mengalihkan
pandang. Kembali berdetak cepat jantungnya. Tak kuasa menatap wajah Nia yang menawan.
“Jadi?”
“Kalau dibilang tertarik sih, aku
juga juga tertarik.”
“Hmmm, begitu.” Nia menganggukan
kepala. Mulai menatap ruangan tempat Aeldra.
Suasana hening langsung terasa.
Aeldra hanya menatap gadis berambut hitam itu. Cukup penasaran.
Nia terus diam. Sejak awal dia tak
memiliki keperluan apapun di sana.
Aeldra berniat bertanya akan
keperluan Nia. Tapi langsung muncul panggilan dari smartbracelet milik Nia.
Nia lekas berdiri, undur diri.
Berjalan pergi meninggalkan ruangan.
“Aku pamit dulu, yah! Sampai ketemu
lagi minggu depan, Kak Aeldra.”
“Y-ya,” Aeldra menganggukan kepala.
Tetap memasang wajah penasaran. Pada akhirnya, dia tak tau akan tujuan Nia yang
datang ke kamarnya.
***
Aroma pengetahuan tercium oleh
hidungnya. Sangat khas, terasa asing bagi dia yang mantan seorang kriminal, seseorang
yang pernah tinggal di pinggiran kota.
Aeldra kini berdiri di depan kelas,
berniat memperkenalkan diri. Dia menatap sekitar, tersenyum lebar, mencoba
terlihat seramah mungkin pada calon teman-temannya.
Tapi
mereka hanya saling berbisik, mengalihkan pandangan darinya. Cukup segan pada
dia yang memiliki luka bakar di wajah.
“Baik,
perkenalkan namamu,” pinta sang guru padanya. Cukup muda dan terlihat tampan.
Para
siswa semakin berbisik. Saling berasumsi akan sosok lelaki di hadapan mereka.
“Ae-Aeldra,
itu namaku ...,” Aeldra tetap memberikan senyuman ramahnya. Tapi para siswa
semakin terdiam, menaruh hormat pada dirinya.
Aeldra
mulai berjalan, mendekati tempat duduk yang ditunjukkan guru. Berada di
belakang, dekat dengan jendela luar.
Baru
saja Aeldra selesai duduk, tiba-tiba pintu ruangan kembali terbuka. Seorang
gadis berteriak dan menangis. Membuat seluruh pusat perhatian tertuju padanya.
“Maaf!!”
Gadis
berambut hitam sampai pundak, bermata biru muda. Dia adalah Putri Selenia. Keringat
di sekitar wajahnya masih terlihat dengan jelas. Membuat semua orang tersenyum, dan tertawa kecil padanya.
“Ap-ap-apa
hukumanku ...?” Nia berjalan cepat, menghapus air mata dengan telapak tangan
kanan. Dia menatap guru muda itu cukup dalam.
“Te-tenanglah
Putri, anda hanya terlambat 3 menit. Aku tak akan menghukum –“
“Jangan
panggil aku seperti itu. Aku juga sama seorang siswa di sini. Kumohon beri sanksi juga padaku!”
Nia mengkerutkan dahinya. Tak senang akan perilaku berbeda yang dia dapatkan.
“Tapi
meski begitu ....” Guru muda itu berwajah khawatir, melirik para siswa yang
berada di samping kanannya. Meminta bantuan.
“Tenanglah,
Nia. Kamu tak perlu berlebihan seperti itu.” Gadis muda berambut orange,
bermata coklat mulai berdiri. Tersenyum ramah padanya.
“Tapi
kan, Nisa ....”
“Iya,
kau tak perlu mendapat hukuman ...,” lelaki tampan, berambut kuning keemasan
mengangkat tangan. Para siswi sontak memperhatikan dirinya, menaruh kagum pada
dia yang berbicara.
“Cowok populer di kelas ...,” Aeldra
tersenyum, menompang dagu dengan telapak tangan kanan. Dia menatap lelaki yang
duduk di depannya itu.
Nia
menatapnya, tapi arah pandangannya langsung berubah. Bukan pada lelaki tampan yang wajahnya memerah itu, melainkan pada Aeldra yang menatap lelaki tampan.
Nia
menepukkan telapak kedua tangannya cukup pelan. Tersenyum lebar, dan mulai berucap. “Kak
Aeldra ...!!”
“Kak
...,” Nisa yang masih berdiri lekas berbalik, menatap penasaran Aeldra.
“Aeldra?”
lelaki rupawan yang berada di depannya juga mulai berbalik menatap Aeldra.
Seolah melanjutkan perkataan Nisa.
Tidak
hanya mereka saja yang menatap Aeldra. Tapi seluruh isi kelas termasuk guru
juga mulai menatap penasaran Aeldra.
“Eh
...?” Aeldra tersenyum khawatir karena mendapatkan tatapan mereka.
“Ka-Kakak,
tak kusangka kita benar-benar sekelas!”
“Ah,
ku-kukira kau yang mengaturnya ...,” Aeldra berwajah khawatir karena masih
mendapatkan seluruh perhatian siswa.
“Ak-aku.
Ma-mana mungkin itu terjadi ...,” gugup Nia, tersenyum mengalihkan pandangan.
Aeldra hanya menatap datar dirinya. Berucap dalam hatinya.
“Jadi memang dia yang mengatur semuanya.”
Sang
Putri itu tak pandai berbohong.
“Nia, jadi lelaki ini memang orang yang menyelamatkanmu?” tanya Nisa, tersenyum
melirik Selenia. Wajahnya masih terpaku pada Aeldra.
“Lelaki
yang mengalahkan Goblin ...,” lelaki rupawan tersenyum khawatir, mulai
memejamkan mata sesaat. Dia merasa tidak percaya diri karena suatu hal.
“Kenapa kau malah memasang wajah yang
terlihat baru saja kalah ...?” batin Aeldra memasang wajah datar pada
lelaki rupawan itu.
“Ah,
iya dia –“
Prok
prok, langsung terdengar. Guru muda terlihat bertepuk tangan, tersenyum
khawatir menatap sekitar.
“Sudah
sudah, kalian bisa melanjutkan sesi wawancara murid baru nanti. Sekarang kita
mulai pelajaran pertama kita.”
“Tapi
kami tidak memewancarai dia, Pak. Kami hanya bertanya pada Nia.” Gadis berambut
twintail coklat, mengangkat tangannya.
Terlihat seperti anak kecil. Membuat Aeldra benar-benar menatap penasaran
dirinya.
“Sudahlah,
Seica. Sebaiknya kita dengarkan perkataan guru kita,” si lelaki tampan
tersenyum padanya. Sedangan gadis kecil itu hanya mengembungkan pipi, membuang
wajah darinya.
“Baiklah,
kita mulai pelajarannya. Selenia, Nisa ..., silahkan duduk di kursi kalian.”
Pelajaran
pun berlansung dengan efektif, tanpa ada gangguan. Aeldra terus memperhatikan
pelajaran di saat semua orang menyibukkan diri. Mereka menggeluti hobinya, tapi
tetap berusaha tak mengganggu proses pembelanjaran.
Tapi
meski begitu, saat mereka ditanya oleh si guru muda. Mereka dapat menjawab
pertanyaan dengan cepat dan tepat. Pengeloaan otak mereka benar-benar
mengerikan.
Kini
istirahat pertama telah datang. Aeldra terlihat duduk, masih menatap kosong
layar screening, tempat memantulkan cahaya proyektor.
Dia
memegang kepala dengan kedua tangannya. Tubuhnya bergemetar sambil bergumam
khawatir dalam hatinya.
“Aku benar-benar tak mengerti. Apa yang diajarkan
guru tadi? Pelajaran apa itu tadi? Apa gunanya? Intinya apa?”
“Hei,
Aeldra ....” Gadis kecil bernama Seica memanggil namanya. Dia tersenyum, duduk
di atas bangku yang dia tarik dari tempat duduknya.
“Ah,
ya ada apa?”
“Tidak
ada apa-apa. Aku hanya ingin memanggil namamu. Cukup unik hehehe ....” Seica
tertawa manis, terlihat menggemaskan.
“Aeldra.
Nama itu mengingatkanku pada Sang Demigod.
Apa kau memiliki semacam hubungan dengannya?” Nisa bertanya, berpikir
sambil menyentuh dagunya kembali.
“De-dengan
Demigod Halsy?! Wah, itu terlalu
berlebihan menghubungkanku dengan orang suci seperti beliau,” Aeldra tertawa
kecil menutup mata.
“Ah,
tidak berhubungan? Kupikir kau memiliki hubungan dengannya ...,” Nia cukup
terkejut, menatap Aeldra.
“Tidak,
aku tidak memiliki hubungan apapun dengan beliau,” Aeldra tersenyum kecil,
berbalik menatap Nia yang berdiri di belakangnya.
“Perkenalkan,
Aeldra? Namaku Haikal Nugraha. Kamu mungkin pernah beberapa kali mendengar tentangku.
Tapi salam kenal yah ...,” lelaki rupawan di depannya memberikan tangan,
berniat berjabat tangan dengan Aeldra.
“Ah,
aku Aeldra. Salam kenal juga ....”
“Aku
Annisa Budiarti Putri. Mohon bantuannya, yah?” senyum Nisa memiringkan kepala.
Aeldra juga membalas senyuman ramahnya. “Ya, aku juga.”
“Aku
Seica L. Denea ..., salam kenal, Kak Aeldra.” Seica tersenyum kecil
pada Aeldra, mulai melirik Selenia.
“Ya,
salam kenal Seica.” Aeldra tersenyum kembali menutup matanya.
“Eh,
Kakak!?” Aeldra dan Nia bertanya bersamaan. Terkejut menatap
penasaran Seica.
“Habisnya,
Nia juga manggil Kakak.” Seica bergerutu, terlihat menggemaskan.
“Jadi,
kenapa kau memanggilnya seperti itu?” Nisa tersenyum menatap Selenia.
“Aeldra
lebih tua setahun dari kita. Ma-makanya kupanggil dia seperti itu,” gugup Nia
membuang wajah yang memerah.
“Lalu
bagaimana dengan Haikal. Dia juga setahun lebih tua dari kita? Ap-apa kita juga
harus memanggilnya dengan Ka-ka ....” Nisa terdiam. Mulai memerah pipinya. Haikal
hanya tersenyum menatap penasaran Nisa.
"Hoo, jadi begitu rupanya ...." Aeldra tersenyum kecil, berbicara dalam hatinya sendiri. Menatap Nisa yang masih memerah wajahnya.
"Hoo, jadi begitu rupanya ...." Aeldra tersenyum kecil, berbicara dalam hatinya sendiri. Menatap Nisa yang masih memerah wajahnya.
“Hmmm
..., jadi Kakak lebih tua lima tahun dariku, ya ....” Seica menatap penasaran
Aeldra. Tatapannya lebih mengarah pada sebagian wajah Aeldra yang memiliki luka
bakar.
“Jadi ini Putri Mahkota Kerajaan Liviandra,
Seica. Gadis jenius berumur 13 tahun yang sudah mencapai tingkat kineser yang
menganggumkan. ” batin Aeldra. Wajahnya terlihat khawatir karena
mendapatkan tatapan dalam dari Seica.
“Kenapa
wajahmu, Kak?” Seica langsung bertanya. Terdengar sangat polos.
“Itu
tidak sopan, Seica. Kamu terlalu blak-blakan.” Haikal berwajah khawatir, merasa
bersalah melirik Aeldra.
“Haikal Nugraha, putra tunggal Sang Priest.
Dia juga pangeran dari Kerajaan Benteng Selatan. Aku tak menyangka bisa
berbicara semudah ini dengan para pangeran dan putri kerajaan dunia.” Batin
Aeldra tertawa kecil, membuang nafas. Tak percaya dengan kenyataan di
hadapannya.
“Ah,
jangan katakan itu luka dari Kakak yang melawan para iblis!?” Seica tersenyum
lebar. Matanya mulai berbinar.
“In-ini?
Iya tentu saja, ini karena melawan para iblis,” Aeldra tersenyum kecil, sedikit
terpaksa. Menyentuh luka bakar sebagian wajahnya.
“Hebat.
Kau pasti sangat kuat dan berpengalaman –“ Annisa tersenyum kagum pada Aeldra,
tapi perkataannya terhenti karena suasana hening langsung terasa.
Seorang
gadis berkarisma baru saja memasuki kelas. Seluruh pandangan tertuju padanya.
Menaruh kagum pada dia yang berjalan mendekati Aeldra.
Tak
ada yang bisa mengalihkan pandangan dari gadis berambut kuning lemon, bermata
samudera biru itu. Semua terpukau karena kecantikannya.
Tak
mengherankan, dia mewarisi kecantikan Sang Demigod, penyelamat dunia. Putri
Mahkota Kerajaan Skyline, Alyshial S. Ramony.
“Kak
Alys ...,” Nia berwajah khawatir, menatap Alyshial yang berjalan mendekat.
Gadis bernama Sophia juga terlihat berjalan di belakangnya.
Aeldra
melebarkan mata, terbuka mulutnya. Benar-benar terpukau melihat wajah dia yang
rupawan. Hatinya berdetak cepat, kedua tangannya gemetar tak karuan karena
melihat langsung sang putri kerajaan tempat tinggalnya itu.
***
No comments:
Post a Comment