Title: Iris Dragon
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter IV
Chapter IV
Kineser Acies Terkuat
Lima hari setelah pertarungan Annisa dan Alyshial. Hologram
pengumuman pembukaan pendaftaraan turnamen, telah terpampang di layar pemberitahuan
utama.
Beberapa orang berbondong-bondong
melihat pengumuman itu. Tersenyum bersemangat bersama rekan timnya. Turnamen
itu cukup digemari, banyak diikuti oleh para siswa.
Tapi
ada juga siswa yang tak ikut, karena rasa tidak percaya dirinya. Atau mungkin
karena alasan yang lain.
Seperti
gadis bermata hijau, berambut merah muda pendek dan bergelombang. Dia terlihat
tak senang ketika melihat pengumuman itu. Langsung berjalan cepat melewati
layar pemberitahuan.
Para
siswa langsung mundur, memberikan jalan pada dia yang cukup disegani.
“Siapa?”
Aeldra bertanya, melirik Haikal yang berada di samping kanan. Dia berdiri cukup
jauh dari kerumunan itu sambil menatap penasaran si gadis berambut merah muda.
“Senior
kita, Kak Shina. Gadis terkuat di akademi ini sebelum kau datang.“ Haikal tersenyum
khawatir melirik gadis bernama Shina itu.
“Di-dia
lebih kuat dari Putri Alys ...?” Aeldra bertanya kembali, cukup terkejut
nadanya.
“Tentu
saja, dia kelas 3 loh. Banyak orang-orang yang lebih kuat dari Alyshial. Salah
satunya gadis itu. Rekornya, dia tak pernah kalah melawan siapapun.”
“Se-seriusan
...?” Aeldra tersenyum khawatir, melirik Shina yang menghentikan langkah. Gadis
berambut merah muda itu berbalik, menatap Aeldra cukup tajam.
“Aku
juga dengar rumor kalau hanya Putri Mahkota
atau Mediator Rina saja yang bisa
melawannya.” Annisa berwajah khawatir, berbisik pada Aeldra yang berada di
samping kanan.
“Du-dua serangkai itu?”
“Ka-ka-kak
La-lapis ....” Wajah Seica langsung membiru. Dia mundur selangkah, ketakutan
memegang rok Annisa. Dia bahkan hampir menangis ketika Annisa menyebutkan kata
putri mahkota.
“Ke-kenapa
lagi dia?” Aeldra tersenyum khawatir, menatap Seica yang bersembunyi di
belakang tubuh Annisa. Tapi perkataanya terhenti. Haikal menarik lengan
bajunya, tersenyum cemas menyuruh Aeldra untuk menghadap kembali ke depan.
Aeldra
membalikkan kembali wajahnya ke depan, terkejut melihat gadis yang dibicarakan sejak tadi sudah
berada di hadapannya. Aeldra tersenyum, berjalan selangkah mundur karena wajah
gadis itu yang cukup dekat.
“Siapa
kau ...? Ini pertama kalinya aku melihatmu,” Shina bertanya, sedikit
menundukkan kepala, alisnya semakin menukik ke bawah. Membuat Aeldra mulai
berwajah cemas ketakutan.
“Ak-aku
murid pindahan.” Aeldra mengalihkan pandangan. Tak berani membalas tatapannya.
“Murid
pindahan ...? Di saat seperti ini?” Shina tersenyum kecil, mengubah ekspresi
wajahnya. Dia menutup matanya sesaat sambil tertawa kecil.
“Ma-maaf,
kupikir kau penyusup dari luar.” Shina masih memberikan tertawaan kecilnya.
Terlihat menawan.
“Ah,
ta-tak apa. Tapi Kakak hebat yah, bisa mengetahui murid pindahan sepertiku. Apa
Kakak mengenal semua siswa di sekolah ini?”
“Apa
yang kau katakan? Tentu saja aku bisa mengenalimu. Kau cukup mencolok,” senyum
Shina menatap luka bakar Aeldra.
“Be-benar
juga ....” Aeldra tersenyum khawatir sambil menyentuh luka bakarnya.
“Jadi Murid Pindahan, apa kau juga tertarik? Mengikuti
turnamen itu?” senyum kecil Shina memiringkan kepala. Menahan dada dengan
menyilangkan kedua tangan. Dadanya tidak terlalu besar, tapi terangkat. Membuat
Aeldra mengalihkan pandangan, merah wajahnya.
“Ah
....” Annisa dan Haikal melirik Aeldra. Memasang wajah datar padanya.
“So-soal
itu –“
“Te-tentu
saja dia ikut. Kak Aeldra pasti ikut! Ma-maka dari itu, apa Kak Shina juga
ikut?” Seica keluar dari persembunyiannya, tersenyum lebar melihat Shina.
Tubuhnya bergemetar, bukan ketakutan. Lebih mirip seperti menaruh kekaguman.
Sesaat,
Shina terkejut melihat Seica yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Tapi setelah
itu dia tersenyum. Mengusap pelan rambutnya.
“Astaga
..., kau tetap manis seperti biasanya yah, Putri Seica.”
“Ka-kakak
ikut, kan!?” Seica menegaskan pertanyaan sebelumnya.
“Maaf,
aku tak tertarik dengan turnamen seperti itu,” jawab Shina, tersenyum menutup
mata. Menyembunyikan sesuatu dari mereka.
“Kalian
berdua ...,” lanjutnya menatap Haikal dan Annisa.
“Ya,
Kak.”
“Kalian
pasti satu tim dengan Seica, jadi tolong jaga dia. Gadis ini memang kuat, tapi
dia tetaplah anak kecil. Masih perlu pengawasan. Dia sudah seperti adikku
sendiri.”
“Bahkan dia juga??” Aeldra dan Annisa sangat terkejut mendengar
pernyataan mendadak Shina.
“Ya,
tenang saja. Aku juga sudah menganggap dia sebagai adikku sendiri,” Haikal
tersenyum kecil, menganggukkan kepala. “Jadi
rumor itu benar. Jika Kak Shina juga sangat menyayangi Putri Seica.” Batin Haikal.
“Ini
pertama kalinya kita saling bicara yah, Pangeran Haikal? Meski wajahmu sepertinya, tapi kepribadianmu lebih mirip dengan Nyonya Herliana.”
“Kakak
mengenal dekat ibuku?” Haikal melebarkan mata, cukup terkejut menatap Shina.
Tidak dia saja, tapi Annisa dan yang lainnya juga terkejut menatap penasaran
Shina.
“Dia
pembimbing kami sejak kecil.”
“Kami?” batin penasaran semua orang di
sana.
“Lalu
sekarang, emm ..., siapa namamu murid pindahan?” Shina menatap kembali Aeldra.
Ketika
Aeldra berniat menjawab, tiba-tiba ada Selenia yang berlari mendekati mereka.
Dia bersusah payah keluar dari kerumunan orang-orang.
“Aeldra,
gawat!!” eskpresi wajahnya terlihat ingin menangis. Ketakutan menatap dalam
Aeldra.
“Hah,
kenapa berteriak seperti itu, Nia?” Aeldra menatap khawatir Nia yang terlihat
ingin menangis.
“Di
dalam pengumuman itu tertulis dengan jelas jika semua siswa bisa mengikuti
turnamen ini. Tapi mereka membuat pengecualian untuk satu orang. Orang itu
tidak diperbolehkan mengikuti turnamen ini, tingkatanya dianggap berbeda, dan
orang itu adalah ....”
“Ja-jangan
katakan, ak-aku ...?” Aeldra tersenyum khawatir. Cukup terkejut mendengar pernyataan
Selenia. Nia hanya mennganggukan kepala sangat cepat, tetap memberikan tatapan
khawatirnya
“...!!”
Semua orang di sekitarnya cukup terkejut mendengar pernyataan Selenia. Tak
terkecuali bagi Shina. Dia mulai memperhatikan Aeldra cukup dalam, sungguh
menatap penasaran lelaki berambut hitam itu.
Jauh
di benua sebrang. Wilayah yang dikuasai para iblis. Di ujung selatan benua itu,
wilayah terdekat dengan Benua Dealendra. Terlihat seorang gadis, berambut putih
kemerah mudaan, bermata merah muda sedang menghancurkan pasukan minotour dengan
sekali serangan.
Bagaikan
dorongan gravitasi sangat kuat yang membuat ratusan monster itu hancur menabrak
tanah. Terlihat mengerikan, benar-benar pembantaian yang menakutkan.
Lambang
indah terlihat di dahinya. Lambang kebanggaan yang diwariskan orang berhaga
padanya. Lambang Ras Demigod.
Gadis
berwajah rupawan itu melayang turun ke bawah. Bersinar dengan warna merah muda
di seluruh permukaan tubuhnya.
Pengguna
Telekinesis terkuat. Putri mahkota dari kekaisaran yang memerintah enam
kerajaan di Benua Dealendra. Putri–
“Lapis,
kerja bagus!”
Ya,
Putri Lapis D. Angelina.
Perkataan
sebelumnya diucapkan oleh gadis berambut coklat, bergaya ponytail. Wajahnya tak
kalah rupawan, dia tersenyum mulai mengamati sekitar.
“Bahkan
area ini juga sudah menjadi berbahaya. Mungkin Front-Liner sekalipun akan
kesulitan mempertahankan wilayah ini.”
“Ya,
monster terus berdatangan ke benua kita. Ada sesuatu yang menarik mereka untuk datang,
Rina.”
"Aku juga sempat berpikir seperti itu."
"Aku juga sempat berpikir seperti itu."
“Bagaimana
sekarang? Mundur?” lanjut khawatir gadis bernama Rina. Dia melirik Lapis yang mulai
berpijak menyentuh tanah.
“Berapa
jumlah seluruh Front-Liner sekarang?”
“Di
bawah 80, bahkan terus menurun. 65% tak bisa memasuki pertempuran. Mereka
terluka karena gempuran monster di barat beberapa hari yang lalu.” Rina
tersenyum khawatir menutup mata.
“Apa
yang sebenarnya terjadi? Iblis benar-benar menjadi agresif sekarang,” Lapis
terlihat berpikir, menggigit ibu jarinya.
“Jadi
bagaimana, Lapis? Terus maju?”
“Tentu
saja terus maju. Hanya kita yang bisa diandalkan sekarang.”
“Baiklah,
tapi jangan berlebihan. Sebaiknya kita istirahat dulu.” Rina berwajah khawatir.
Suaranya itu lekas menghentinkan langkah Lapis.
“Ah
iya, kau benar. Kita tidak boleh ceroboh. Kita ada di wilayah musuh. sekarang” Lapis
mulai duduk, meluruskan kedua kakinya.
“Apa yang sebenarnya ayah lakukan. Kenapa
para iblis menjadi sangat liar, bagai sudah kehilangan –“
“Lapis,
apa kau sudah mendengarnya, tentang Putri Nia yang memasuki Acies
Highschool.”
“Ya,
aku mendengarnya. Percuma dia pindah dan menghindariku, aku tetap akan
mendatanginya. Menyeret dia keluar dari sekolah itu.”
“Keras
seperti biasanya, yah?” Rina tersenyum khawatir.
“Gadis
lemah sepertinya tak pantas berdiri di baris depan. Dia hanya akan menyusahkan
sekitarnya.”
“Lalu
kenapa harus kau yang langsung mendatanginya. Kenapa tidak minta Putri Alys
saja yang mengurus semuanya.”
“Tak
mungkin. Kita tidak bisa menyerahkan padanya jika ini menyangkut Selenia. Alys memiliki harga diri yang tinggi, khususnya menyangkut sahabat dekatnya.”
Lapis menutup mata sesaat, mengambil nafas cukup dalam.
“Baiklah. aku paham. Lalu soal lelaki bernama Aeldra. Apa kau sudah tau?”
“Ya.”
Lapis membuka mata. Tatapannya terlihat tajam menatap langit di atasnya.
“Apa
yang kau pikirkan tentangnya? Apa mungkin kau berpikir jika dia lebih kuat
darimu?” Rina tersenyum kecil, melirik Lapis.
“Entahlah,
aku tak tau. Tapi setelah bertemu dengan dia, semuanya akan jelas. Aku bisa mencium
aroma orang kuat dan orang lemah. Ketika aku bertemu dengannya nanti, reaksi
tubuh ini yang akan memberitahuku.”
“....” Rina hanya tersenyum kecil melirik Lapis. Lalu seketika langit berubah menjadi ungu gelap. Waktu seolah berhenti.
“Astaga ..., padahal ini di wilayah musuh,
tapi kalian terlalu santai yah, para gadis muda.”
Rina
seketika bersiga bertarung, tubuhnya bergemetar setelah mendengar gumaman
wanita yang menggema di dalam hatinya. “E-Engelina ...?”
“Tenanglah,
Rina. Dia bukan musuh.” Lapis mulai berdiri, menutup mata perlahan.
“Hmmm, jadi itu benar yah. Kau sudah
mengetahui semuanya.” Gadis berambut putih, berpakaian gothic hitam, mulai
muncul dari lubang dimensi merah. Sang penyihir hitam yang ditakuti semua
orang, menunjukkan dirinya pada Lapis dan Rina.
“Hardy
yang memberitahumu?” senyum kecil Lapis membuka mata, menatap gadis muda di
hadapannya.
Wajah
penyihir hitam itu terlihat seumuran dengannya. Tak menua dan tetap muda. Dia
benar-benar berwajah rupawan.
“Di-dia
benar-benar mirip dengannya. Bagaikan gambaran muda Nyonya Keisha.” Rina
tersenyum khawatir menatap Engelina.
“Terima kasih atas pujianmu, gadis kecil.”
“Jadi
...?” Lapis bertanya kembali.
“Waktu berlalu cepat. Terakhir kali bertemu
denganmu, kau masih berumur 10 tahun. Kini kau sudah remaja, rupawan seperti Halsy
dahulu kala.”
“Katakan,
apa yang ingin kau sampaikan, Bibi.” Lapis tersenyum kecil, kembali menutup
mata perlahan.
Sesaat,
Engelina terkejut. Matanya melebar setelah mendengar perkataan yang diucapkan
oleh Lapis.
“Lucunya, kau bahkan sudah menerimaku
sekarang. Padahal dulu, sebelum kau kembali ke masa lalu, kau sangat membenciku
dan ayahmu. Ini sungguh pertemuan yang indah. Akhirnya kau bisa mengerti, apa
yang sebenarnya kami lakukan. Alasan kami memainkan peran ini.”
“....”
“Tapi kita lupakan dulu pertemuan kita yang
dramatis. Ada berita buruk untukmu dan kalian semua.” Engelina memberikan tatapan keseriusannya.
“Be-berita
buruk?” Lapis menatap tajam Engelina. Terlihat khawatir wajahnya.
“Raja iblis kita telah dibunuh. Sampaikan ini
pada ibumu.”
“Ay-ayah
...?” Lapis melebarkan mata, sangat kosong tatapanya. Tubuhnya bergemetar.
Hatinya terguncang.
“Ya, ayahmu ....” Engelina tersenyum
kecil, raut wajah sedih terlihat jelas dari mukanya.
“Si-siapa
yang melakukannya!?” Lapis terlihat marah dan ketakutan. Air mata mulai
mengucur dari kedua matanya.
“.....”
Engelina terdiam sesaat, menundukkan kepala. Ada jeda waktu setelah pertanyaan terakhir Lapis.
“Aku tak tau, apa Halsy sudah memberitahu
bocah sepertimu tentang masalah ini. Aku tak peduli jika kau mengerti atau
tidak akan ucapanku ini. Tapi katakan ini pada Halsy.” Nada bicaranya
tiba-tiba berubah. Terdengar lebih berat dan menyeramkan.
“Raja sebenarnya yang sudah melakukannya. Hari
yang ditakuti oleh dunia sebentar lagi akan datang.”
“Ap-apa
maksudnya itu?” Lapis menatap kosong Engelina. Tubuhnya bergemetar.
“Setidaknya bicara lebih sopan padanya,
Elena. Dia masih anak-anak.” Engelina menutup sebelah mata, nadanya kembali
seperti sebelumnya.
“....”
Rina hanya menatap khawatir Engelina dan Lapis. Kedua tangannya sedikit
bergemetar.
“Hanya itu yang ingin kami sampaikan padamu.
Setelah ini, sebaiknya kau langsung kembali. Para jendral sepertinya mulai
bergerak. Kalian kuat, tapi tak cukup kuat untuk menghentikan mereka semua.”
“La-lalu
bagaimana denganm –“
“Masih ada yang harus kukerjakan. Setidaknya
ini yang bisa kulakukan untuknya.” Engelina tersenyum kecil, menghilang bersama
dengan dimensi khusus miliknya. Langit kembali terlihat normal, waktu kembali berjalan.
“....”
Lapis menundukkan kepala, masih terguncang akan kematian seseorang yang
dikaguminya. Tapi setelah itu dia memukul keras kedua pipinya, menguatkan diri.
“Kita
kembali, Rina. Mungkin keadaan dunia saat ini sudah di ujung tanduk khancuran.”
Lapis berwajah khawatir, berjalan cepat menuju pelabuhan.
Rina
menganggukan kepala, membalas tatapan khawatir Lapis.
“Kita
akan melewati jalur kerajaan Liviandra dan Skyline. Kita menyamar, akan memakan
waktu lama jika aku melewati dua kerajaan itu sebagai seorang putri. “
“Ya,
aku mengerti.”
“Ah
iya, saat di Skyline juga kita akan menemui Nia. Membawa gadis bodoh itu keluar
dari sekolahnya saat ini.”
“Ya
ya ya ....”
***
Sehari setelah pengumuman turnamen
terpampang di layar. Sore hari, awal kemunculan sang penguasa malam.
Haikal terlihat berdiri di luar
ruangan kepala sekolah. Punggungnya menyentuh dinding dekat pintu masuk.
Shina
juga ada di sana. Punggungnya menyentuh dinding yang berlawanan dengan Haikal.
Dia memasang wajah serius sambil bertanya pada lelaki di hadapannya.
“Siapa
dia?”
“Aeldra.
Lelaki yang dikatakan bisa mengalahkan goblin dalam sekejap. Lelaki yang
dikatakan bisa memukul mundur Hardy Sang Pengkhianat.”
“Har
..., dy!?” mata Shina terbuka lebar, terlihat murka. Hatinya sungguh panas.
Tubuhnya bergemetar. Aura kemarahan benar-benar dia keluarkan. Sangat hebat dan
menakutkan, membuat Haikal terkejut, menatap penasaran Shina yang seperti itu.
“Ka-Kak
Shina ...?” khawatir Haikal bertanya.
Shina
tersadar, menutup muka dengan tangan kanan. Berusaha keras mengendalikan
emosinya. Dia tersenyum, meminta maaf pada Haikal.
“Sesuatu
terjadi diantara kalian?” Haikal bertanya, tapi Shina hanya tersenyum menutup
mata. Menggelengkan kepala perlahan. Tapi Haikal tau, sesuatu telah terjadi
antara Hardy dan Shina. Sesuatu yang besar hingga membuat Shina berwajah
seperti itu.
“Kembali
lagi, apa Nia yang mengatakan semua itu?” Shina kembali bertanya, memiringkan
kepala.
“Iya,
dia satu-satunya yang melihat kejadian itu.”
“Nia
bukan orang yang suka berbohong. Dia gadis yang dapat dipercaya, dia gadis yang
jujur. Dengan kata lain, itu semua adalah kebenaran.” Gadis yang dijuluki terkuat itu
menatap pintu ruang kepala sekolah.
“Aku
sudah merasakan sebelumnya, ada yang berbeda darinya. ‘Lelaki ini bukan Kineser
biasa, ada yang aneh dengannya,’ seperti itu pikiranku ketika pertama kali
melihatnya.” Lanjutnya.
“Sejujurnya
aku sempat ragu dengan apa yang dikatakan Nia. Tapi setelah mendengar Kakak
berkata seperti itu, kini semua jelas. Aeldra benar-benar kuat, tingkatannya
berada jauh di atas kita.”
“Ya,
dia mungkin setara, atau lebih kuat dari Front–Liner terkuat saat ini.
Potensinya benar-benar tak dapat terlihat jika dia bisa menghancurkan iblis
semudah itu. Lalu sekarang pertanyaannya ...,” Shina menatap Haikal. Haikal
juga membalas tatapan Shina.
“Kenapa
lelaki sekuat itu baru muncul sekarang.” Jelas keduanya bersamaan, menatap
pintu masuk ruang kepala sekolah.
Di
dalam ruang kepala sekolah, masih di waktu yang sama. Terlihat Selenia dan
Aeldra, berdiri dan menatap kepala sekolah yang sedang duduk di hadapan mereka.
“Kumohon
pertimbangkan lagi, Pak! Kenapa hanya Kak Aeldra yang tidak diperbolehkan? Ini
diskriminasi namanya!”
Lelaki
bertubuh besar itu berwajah khawatir menatap Putri Selenia, tak bisa menjawab
pertanyaannya. Tapi setelah itu dia menatap khawatir Aeldra.
“Aeldra,
apa rumor itu benar? Jika kau bisa memukul mundur sang pengkhianat?”
“Aku tak bisa berhenti sekarang.”
“Bukan
berarti aku memukul mundur dirinya. Ini lebih mirip pertarungan yang seimbang,
kami masing-masing mendapatkan luka.”
"Be-begitu ...," Sang Kepala sekolah semakin berwajah khawatir.
"Be-begitu ...," Sang Kepala sekolah semakin berwajah khawatir.
“Aeldra,
ap-apa tak keberatan jika kau keluar dari sekolah in –“
“Tunggu!!
Anda semakin keterlaluan! Kenapa Bapak malah ingin mengeluarkan Kak Aeldra!!”
Selenia terlihat sangat marah. Menggebrak mejanya sangat keras.
“Tenanglah
Putri Selenia. Aku mengeluarkan dia bukan berarti mengusirnya.”
“Ja-jadi
maksudnya?” khawatir Aeldra bertanya.
“Seperti
yang kalian ketahui, Hardy yang saat ini sangat kuat. Bahkan adiknya, yakni Putri Lapis juga
tak pernah bisa mengalahkannya. Dia setara dengan Front-Liner terkuat saat ini,
Nyonya Salbina.
Sebelum
kemunculanmu, hanya beliau yang bisa menghentikannya. Tapi beliau menghilang,
semuanya memburuk jika dia menyerang, tidak ada yang bisa menghentikannya. Kami
memiliki batasan, meski para pahlawan generasi lama berada di pihak kami.”
“Lalu
kau muncul, memutus pembatas itu. Ada tempat lebih cocok untukmu daripada di
sini. Front-Liner, benar-benar terbuka lebar untuk. Mereka mustahil menolakmu. Umat manusia membutuhkanmu.”
“Maaf
Pak, tapi aku sudah memutuskan untuk tinggal di sini. Aku sudah berjanji
dengannya, akan memenangkan acara ini.”
Aeldra menutup matanya perlahan. Melirik Selenia di sampingnya.
Nia
tersenyum lebar. Hatinya senang.
“Jika
kau ikut serta, turnamen ini tidak ada gunanya. Semua orang pasti akan tau jika
kau yang akan memenangkan acara ini.”
“Bagaimana
jika begini. Aku tak akan menggunakan ilmu kinesisku, hanya mengandalkan
kekuatan fisik saja.”
“Tunggu,
Kak Aeldra. Mustahil kekuatan fisik bisa –“ Nia terdiam, melihat tangan Aeldra
yang terangkat di hadapannya.
“Mustahil
kekuatan fisik bisa mengalahkan ilmu kinesis. Seharusnya kau yang paling tahu
akan hal it –“ Kepala sekolah terlihat khwatir menatap Aeldra.
“Ingin
mencobanya? Aku yang sekarang bisa menghancurkan kerangka otak anda tanpa anda sadari.” Aeldra
membunyikan jemarinya. Menatap tajam kepala sekolah. Memberikan ancaman yang
sangat kuat padanya.
“Aku sudah hidup di jalanan sejak lama.
Memberikan intimidasi pada seseorang cukup mudah bagiku.”
Kepala
sekolah menundukkan kepala, bergemetar tubuhnya. Dia terlihat ketakutan dengan
keringat di sekitar keningnya.
“Tapi aku tidak menyangka akan seefektif ini
....” Aeldra memasang wajah datar
dan bersalah.
Nia
juga juga terkejut, terlihat ketakutan melirik Aeldra. Tubuhnya bergemetar.
“Bahkan dia juga ....”
“Ba-baiklah,
tapi tolong jangan berlebihan.”
“Ya,
selain itu aku akan jarang memasuki pertempuran. Tenang saja, Pak.” Aeldra
tersenyum ramah, menutup mata.
“Jika begitu, apa tujuanmu mengikuti acara ini?”
“Bukankah
aku sudah mengatakan sebelumnya ...? Aku sudah berjanji dengannya,” Aeldra kembali melirik
Selenia.
“Begitu.”
Kepala sekolah tersenyum lebar, menatap Putri Selenia. Nia hanya tersipu malu
dengan wajah memerah.
“Aku jadi merasa bersalah pada Nia. Alasanku sebenarnya tinggal di sini hanyalah demi uang. Mengikuti acara itu
juga hanya untuk mendapatkan uang.” Aeldra menutup mata, berjalan
meninggalkan ruangan. Nia berjalan pelan mengikutinya.
Sesampainya
di luar ruangan, terlihat Shina dan Haikal masih di sana. Haikal melepaskan
punggung dari dinding, tersenyum bertanya padanya.
“Bagaimana?”
“Terselesaikan,
tapi aku hanya bisa menggunakan kekuatan fisikku. Dilarang menggunakan ilmu
kinesis.”
“Benar,
dia sendiri yang memintanya,” Nia tersenyum khawatir melirik Aeldra.
Haikal
dan Shina terkejut menatap Aeldra dan Selenia. Tapi
setelah itu, Shina langsung tertawa kecil, menutup mulutnya. Seluruh perhatian tertuju
padanya yang tertawa.
“Kau
benar-benar lelaki yang menarik, Aeldra. Kau sudah membuatku terkejut dua
kali.” Shina masih tertawa kecil menutup mata.
“....”
Aeldra hanya tersenyum kecil memejamkan mata. Membalas pernyataan Shina yang
memuji dirinya.
“Kelompokmu
baru dua orang, kan? Hanya kau dan Putri Selenia.”
“Ya,
kelompokku hanya –“
“Hei,
apa kau butuh anggota ketiga?” Shina melepaskan punggung dari dinding.
Tersenyum bersemangat menatap Aeldra sangat dalam.
“Eh
...?” semua orang terkejut mendengar pertanyaannya. Aeldra bergemetar, tak bisa
menghentikan senyuman. Detak jantungnya berdetak cepat, semangatnya membara,
tak sabar ingin mengikuti turnamen seminggu yang akan datang.
“Sempurna. Kini Kineser terkuat di Acies bergabung
dengan kelompokku ...!”
***
Ah lullaby-sensei ane bingung tentang hubungan keluarga sejak seri my dearest 1 smpai project iris dragon ini :v kayak elena,elenka,enggelina=anggelina? etc
ReplyDeleteTlong dong buat postingan kusus hububgan tiap karakter :v ,yg masih harus di rahasiakan gk usah gpp :3
Thanks
Oke nanti bakal kubuat. Tapi bakal rada lama :3
DeleteThanks sensei ,soalnya telalu banyak karakter kadang lupa,apalagi klau dah ketumpuk sama LN lain
DeleteKyknya ada jesalahan dialog di atas. Shina sudah memanggil aeldra. Tapi di perkataannya selanjutnya bertanya nama. Aneh
ReplyDeleteah iya benar, ketika perkataan "jadi aeldra ...." yah?
DeleteOke nanti kuperbaiki. Btw terima kasih atas masukannya :)
Shina terkesan berubah drastis, nggak punya pendirian.
ReplyDelete