Title: Iris Dragon
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter VII
Chapter VII
Siapa Kau Sebenarnya?
“....” Suasana langsung terasa hening, hingga.
Pertarungan telah dimulai,
membuat semua penonton semakin bersorak kegirangan. Shina dan Aeldra memberikan
tatapan khawatir pada Selenia yang menahan tendangan musuh.
“Kiri
Atas!!” batin Nia melebarkan mata. Dia menggunakan kemampuannya, meramal
masa depan akan serangan selanjutnya.
Benar saja, tebakan Nia tepat. Gadis
berambut hitam itu lekas berlari memutari lawan. Berniat memukul keras
punggungnya.
Melihat hal itu, Indah lekas
berbalik. Berteriak dan berkonsentrasi menutup mata.
“Penguatan
Tubuh, Kekuatan Tangan level 2!!” Kedua tangannya bersinar merah delima,
hanya sesaat. Dia menyilangkan kedua tangan tepat di dada. Menahan serangan sang
musuh.
Tidak dalam kurung waktu yang lama.
Indah lekas membuka kedua tangan, melemparkan Nia dengan dorongan kuat dari tenaganya.
Nia terlempar cukup jauh, berputar
vertikal ke belakang. Mendarat dengan sempurna, tanpa terluka sedikitpun.
Bagaikan akrobatik yang membuat penonton bersorak kagum.
Nia langsung berlari menghampiri
lawan, sejak dia pertama kali menyentuh tanah. Sangat cepat, sangat lincah.
Meski kecepatan larinya masih tetap di bawah Aeldra.
Indah terkejut melihat pergerakan
Nia yang sangat cepat. Dia mulai beteriak, berkonsentrasi mengeluarkan
kemampuannya.
“Penguatan
Tubuh, Kekuatan Tangan Kanan level 3!!” Kali ini hanya tangan kanannya yang
bersinar sesaat. Berwarna merah yang lebih gelap.
Indah membuka sebelah matanya,
terlihat kelelahan. Menatap musuh yang terus berlari mendekatinya.
“Aku
tak tau apa yang anda lakukan, tapi bisakah anda menghentikan ini, Yang
Mulia!!” batin Indah, mulai memukul tempat berpijaknya. Terdengar keras
ketika benturan antara lantai dengan tangan kanannya.
Memunculkan
dorongan angin yang hebat di sekitar. Meski lantai itu tak retak sedikitpun
karena daya tahannya yang benar-benar kuat.
Nia
tersenyum lebar, lekas jongkok, menempelkan kedua tangannya di lantai. Sontak,
tindakannya itu membuat penonton dan rekan timnya terkejut.
“Ap-apa
yang dia lakukan? Apa dia sudah menyerah?” Shina bertanya kebingungan. Menatap
tajam Selenia.
“Ni-Nia?”
khawatir Aeldra.
Dorongan
angin paska benturan dari Indah terus menyebar di setiap penjuru arena. Tak ada
tempat bersembunyi. Jika Nia keluar arena, dia diskualifikasi.
“Belum belum!!” Nia menatap tajam
dorongan angin itu, kedua kakinya bergemetar. Dia tak bisa menghentikan
senyuman bersemangatnya.
“Ja-jangan
katakan!?” Aeldra mulai menyadari sesuatu. Berteriak, membuat Shina berwajah
khawatir dan menatap penasaran.
Di
detik-detik terakhir terkena serangan, Nia melompat ke depan. Cukup tinggi,
membuat semua orang terkejut melebarkan mata. Terbuka mulutnya.
“Ap-apa!?” Indah terkejut bukan main,
gemetar tubuhnya.
Nia
berputar cepat ke depan secara vertikal. Lebih dari dua kali. Saat di putaran
terakhir, ketika sudah dekat dengan lawan, gadis bermata biru itu memberikan
tendangan dari atas ke bawah dengan kaki belakangnya.
Indah
berwajah ketakutan, mundur menghindari serangan Nia. Tapi serangan Nia tidak selesai
sampai di sana.
Ketika
Nia kembali menyentuh tanah, dia lekas kembali melompat, berputar horizontal
memberikan tendangan kiri amat keras. Sangat tinggi, hampir mengenai kepala
Indah.
Tapi
Indah segera menahan serangan itu dengan kedua tangannya. “Aku tak memiliki waktu!” batin Indah ketakutan, terlempar ke
samping kanan.
Tubuhnya
membentur tanah keras. Tapi dia segera bangkit, memasang wajah kemarahan
berniat menyelesaikan pertarungan.
“Penguatan Tubuh, Kelincahan Kaki level 3!!”
“Penguatan Tubuh, Kekuatan Tangan level
3!!”
Indah
berteriak, berkonsentrasi keras, menutup mata sangat rapat. Keringat kelelahan
terlihat jelas di sekitar wajah. Membuat semua penonton dan rekan tim berwajah
khawatir menatap dirinya.
Setelah
dia meneriakkan kemampuannya, gadis bermata hitam itu langsung berada di
belakang Nia. Dia sangat capat, terlihat seperti menghilang.
Tapi
Nia tidak takut, tetap menutup matanya.
“Hyaa!!”
Indah berniat memukul belakang kepala Nia. Sangat kuat dan bertenaga. Tapi,
seketika kepala Nia menghilang.
Nia
jongkok, mulai membuka matanya. Dia berteriak keras, membuat semua orang dibuat
terkejut kesekian kali olehnya.
“Sekarang!!”
Nia memutar tubuhnya ke kanan, memberikan tendangan bawah yang keras pada kedua
kaki lawan.
“Eh
...?” Indah kehilangan keseimbangan, terjatuh ke samping kiri.
Saat
Indah dalam posisi tak menguntungkan itu. Nia lekas memasang kuda-kuda
terlatihnya, berniat memukul Indah dengan tangan kanan.
Sesaat,
Nia mengambil nafas amat dalam, mengontrol pernafasan, mengkorvesinya menjadi
kekuatan. Lalu, dia mulai memukul keras dada lawan bersamaan dengan
menghembuskan nafas sebelumnya.
“Hyaa!!”
Nia berteriak keras, memukul mundur Indah.
Untungnya
Indah kembali menyilangkan kedua tangan, menahan serangan Nia. Tapi tetap saja
dia terpental jauh, kembali menabrak lantai.
Nia
lekas berlari, menghampiri Indah yang terlihat sangat kelelahan. Tak memberinya
jeda waktu untuk bersiap-siap.
Indah
yang melihat hal itu langsung berlari cepat, lebih cepat dari Nia. Dia memukul
langsung kepala Nia dengan kekuatannya yang mengerikan, tapi Nia sedikit
memiringkan kepala. Menghindari serangannya tanpa membuang banyak tenaga.
Nia
menyentuh pundak Indah. Membuat pundaknya sebagai tumpuan baginya untuk
melompat tinggi. Terlihat elegan dan mengagumkan. Membuat semua orang
merinding, terkagum-kagum melihat atraksinya.
Di
bangku petarung, Aeldra terlihat terkejut, tersenyum bersemangat menutup
sebagian mulut. Dia mulai berucap seakan tahu alasan Nia bisa mendominasi
pertarungan.
“Kau
akhinya menemukannya, Nia. Bagaimana cara menggunakan kemampuan kinesismu.
Ga-gawat ..., kau benar-benar terlihat keren sekarang.”
“Eh,
apa maksudmu –“ Shina bertanya penasaran.
“Kak
Shina, Nia sekarang Kineser tingkat berapa?” Aeldra bertanya, melirik khawatir
Shina.
“Enam,
memangnya kenapa?”
“Pa-pantas
saja.” Aeldra menutup mata sesaat.
“Hei,
katakan! Apa yang terjadi pada Nia hingga bisa menjadi kuat seperti ini!? Apa
yang kau lakukan padany –“
“Aku
tak melakukan apapun yang membuat kemampuan bertarungnya bertambah signifikan.
Ini murni kemampuannya sendiri. Tapi Kak ..., Nia sejak tadi menggunakan ilmu
kinesisnya.”
“Physcometry ...,” Shina menatap
penasaran Nia. Semakin melebarkan mata, bergemetar tubuhnya. Dia juga akhinya tahu
alasan Nia bisa mendominasi pertarungan.
“Ja-jangan
katakan?!”
“Ya,
dia meramal pergerakan lawannya di masa depan. Kau juga melihatnya kan, jika
Nia lebih banyak menyentuh lawannya. Dia mendapatkan informasi itu dari sana.”
“Jika
di-dia memang bisa seperti itu. Dia benar-benar tak terkalahkan untuk petarung
jarak dekat ....” Shina tetap melebarkan matanya. Terkejut ketakutan.
“Ya,
aku setuju dengan pendapatmu.”
Kembali
ke arena, Indah semakin berwajah marah, menatap tajam Nia di atasnya. Dia mulai
melompat mendekati lawan, berniat memukul perutnya.
Nia
tersenyum, menutup mata. Berputar horizontal menghindari serangan Indah. Indah
terkejut bukan main, kini dia yang dalam posisi yang tak menguntungkan.
Sesaat,
Nia juga menyentuh kecil pergelangan tangan Indah. Matanya berkilauan seperti
sebelumnya. Dia berniat memukul dada Indah kembali.
“La-lagi!? Ketika dia bersentuhan denganku,
matanya akan terlihat seperti itu.“ Indah kembali menyilangkan kedua
tangannya. Bermaksud menahan serangan musuhnya.
Tapi,
saat tangan kanannya hampir bersentuhan. Nia lekas mengubah arah, menjadi
memukul keras perutnya.
Indah
tak memiliki cukup waktu untuk menahan, apalagi menghindar. Dia terkena telak
serangannya, membentur lantai sangat keras.
Langsung
tak sadarkan diri karena benturan kepala dan rasa letihnya.
Arena
sesaat terasa hening melihat pertarungan telah berakhir. Nia tersenyum
khawatir, mengambil nafas. Dia terlihat sedikit kelelahan.
Namun
setelah itu, penonton langsung bersorak. Berteriak mengaggumi Selenia. Stadion
bergemetar, para penonton merayakan kemenangan pertama Sang Terlemah.
Sungguh,
semua orang dibuat terkejut oleh pertarungannya. Termasuk Alyshial dan Sophia.
Mereka juga bergemetar, menatap penasaran Selenia yang tersenyum menyapa para
penonton.
“Ap-apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dia
lakukan pada Nia, hingga Nia bisa sekuat ini!?” batin Alyshial, terus
menatap Nia penuh penasaran.
***
Waktu berjalan cepat, pertarungan
kedua dimulai dengan atmosfer arena yang lebih dalam. Suasana semakin memanas
setelah kemenangan Putri Selenia.
Di pertandingan kedua juga seperti
sebelumnya. Musuh benar-benar dibuat kerepotan oleh Nia. Gadis bermata biru itu
dengan cermat melihat pergerakan selanjutnya dari lawan, membalas serangan
dengan cepat dan akurat.
Karena
sistem royal rumbel dari masing-masing tim, Selenia benar-benar kehabisan
tenaga dibanding lawan kedua. Itu semua disebabkan oleh pertarungan sebelumnya.
Tapi di detik-detik akhir, dia bisa
memenangkan pertarungan. Terlihat sengit, membuat semua orang semakin
bergemetar, merinding melihat kemampuan Nia yang tak diduga sebelumnya.
Tapi sayang, saat melawan lawan
terakhir. Nia langsung kalah telak, hanya hitungan beberapa menit saja.
Selain
karena tubuh yang sudah mencapai batas, lawan ketiganya juga merupakan Kineser
tipe jarak jauh. Tak mengherankan jika Nia dipaksa turun dari arena.
Kini
giliran Shina yang maju, membalas kekalahan adik kelasnya. Penonton terdiam,
bergemetar melihat gadis terkuat memasuki arena, tak terkecuali bagi Alyshial.
Dia tak pernah bisa menang melawan Shina sekalipun. Bahkan untuk mendapatkan
hasil seri pun, Alyshial tak pernah bisa.
Bergabungnya
Shina juga menjadi tanda tanya besar bagi seluruh siswa. Gadis yang terkenal
membenci turnamen itu dengan mudahnya bisa bergabung dengan Aeldra. Banyak
pertanyaan dan asumsi akan alasan Shina bergabung.
Mulai
dari dia diancam oleh Aeldra, atau bahkan sebaliknya. Meski terkuat dan dikenal
seluruh siswa, Shina termasuk siswa yang memiliki banyak misteri. Tak banyak
orang yang mengetahui tentang dirinya. Jika ada, itu hanya segelintir orang
saja, mereka juga tidak mengenal Shina lebih dalam. Contoh jelasnya seperti
Aeldra, Selenia, Haikal, dan yang lainnya.
Hanya
hitungan puluhan detik saja sampai lawannya dilempar keluar dari arena. Gadis
berambut merah muda itu memperlihatkan perbedaan kekuatan yang signifikan.
Memberikan intimidasi pada seluruh petarung yang menonton pertandingan.
Mereka
terdiam ketakutan akan kekuatannya. Termasuk para guru dan komentator. Mereka
terdiam, menatap Shina penuh kekhawatiran. Hanya keheningan yang menyambut
kemenangannya.
Dengan
seluruh tatapan khawatir sekitar, Shina berjalan turun meninggalkan arena.
Berjalan sendirian di tengah keheningan yang ia ciptakan sendiri.
Tapi
meski begitu, dia tersenyum bahagia. Karena ada dua orang yang bersorak
untuknya di bangku cadangan, Aeldra dan Nia. Ya meski Nia masih terbaring
kelelahan, tapi dia tetap mengucapkan kata selamat pada kakak kelasnya itu.
Semenjak
saat itu, kemenangan terus di dapatkan oleh kelompok Aeldra. Kebanyakan,
Selenia yang bertarung. Dia bahkan pernah menyapu bersih musuhnya sendirian.
Dia benar-benar gadis berbahaya setelah bisa memanfaatkan kemampuannya.
Shina
hanya muncul beberapa kali dalam pertarungan, menyambut musuh yang berani
menantangnya. Jika ingin dihitung, mungkin dia hanya bertarung empat kali dari
12 pertandingan.
Karena
betapa kuatnya dua gadis itu. Aeldra benar-benar tak mendapatkan penampilan di
atas arena. Seluruh musuh selalu kalah di tangan mereka.
Karena
jarang tampil itu, Alys kekurangan informasi akan kekuatan Aeldra. Dia
bersungguh-sungguh ingin mengalahkan lelaki berambut hitam itu. Dia benar-benar
membencinya.
Kini
di malam hari sebelum pertarungan semi finalnya
melawan Aeldra. Alys memasuki gedung pusat informasi Kekaisaran Aeldra,
yakni dekat dengan istana kerajaannya sendiri, Skyline.
Dia
menyelinap masuk, berniat mencari informasi akan lelaki bernama Aeldra. Seperti
apa kehidupannya, orang tuanya, tempat tinggalnya dulu dan tentunya tentang
ilmu kinesisnya.
Dia
mencari dengan akunnya sendiri. Tapi ketika dia menginputkan nama Aeldra pada
hologram biru itu, yang muncul hanya beberapa orang saja.
Mereka
para pahlawan yang berjuang di masa lalu, temasuk ibu dan keluarganya.
Tak
ada nama Aeldra di sana.
Dia
mempersempit pencarian, memasukan karakteristik, bahkan gambar yang ia dapat
dari guru di sekolah.
Tapi
yang muncul malah sebuah peringatan keras. Dalam bahasa peri, mirip seperti lambang-lambang
di jaman mesir kuno.
Alys
menyipitkan mata, mengeja bahasa itu. Dia sudah belajar sedikit dari ayahnya
yang juga setengah peri.
“To-long
ja-ngan me-ngakses in-for-masi .... Ti-dak ba-ik, ber-ba-ha-da– ehh ber-bahaya
..., apa maksudnya ini –“ Alys memasang wajah keheranan, terdiam karena ada tulisan
kecil di bawahnya. Kali ini menggunakan bahasa biasa.
“Anda
tak memiliki hak untuk mengakses informasi?” Alys membaca tulisan itu. Dia
tersenyum kecil sambil menutup matanya sesaat.
“Kenapa
tidak terlihat dari tadi. Aku kan tak perlu menerjemahkan bahasa peri itu.”
“....”
Alys mencari sesuatu di dalam tasnya.
“Tapi
aku sudah menduga ini,” senyum Alys bersemangat, mengeluarkan sebuah kartu
berkilauan.
Dia
mulai mengakses informasi dengan akun ibunya. Kartu berwarna silver terlihat
berharga, hanya tinggal memasukkan ke mesin, seperti kartu ATM di abad 20.
Hologram
itu berputar, memuat informasi. Alys tersenyum lebar, berpikir jika hak akses
ibunya akan berhasil.
Tapi
kembali lagi seperti sebelumnya. Kartu itu keluar dari dalam mesin. Alys
terkejut, mulai berwajah berpikir dan khawatir.
“Ib-ibu
juga tidak diperbolehkan, yah?” Alys mulai mengeluarkan kartu berwarna kuning
keemasan, kali ini milik ayahnya. Seorang Raja di Kerajaan Skyline.
“Ayah
dan Ibu pasti marah besar jika tau aku mencuri kartu mereka,” Alys semakin
berwajah khawatir, lekas memasukan kartu akses ayahnya.
“Dengan
ini, aku bisa mengetahui siapa sebenarnya lelaki itu. Kenapa dia sangat kuat?
Kenapa dia datang ke sekolahk –“ Alys terdiam, sangat terkejut melihat tampilan
yang sama seperti sebelumnya.
Bahkan
sang raja dan penguasa kerajaannya pun tak diperkenankan mengakses informasi
itu. Tulisannya tetap sama, dalam bahasa peri yang memiliki arti peringatan
bahaya.
“Ha-hanya
satu orang yang memiliki hak ases yang lebih tinggi dari ayah. Penguasa mutlak
Dealendra, penguasa tertinggi, Empress Halsy,” pelan Alys. Wajahnya membiru
cukup ketakutan.
“....”
“Ap-apa
Aeldra berhubungan dengan ....”
“Aeldra?!
Jika tak salah, Empress juga memiliki nama belakang Aeldra. Seperti ibu dan
tante Heliasha,” Alys berpikir keras, menyentuh dagu. Keringat dingin mulai
mengucur, melirik hologram, melirik tulisan yang berisi peringatan.
“Ap-apa
maksudnya ini? Apa dia ada hubungannya dengan Empress Halsy? Dengan Ibu? Dengan
tante Heliasha? Dengan keluarga Aeldra? Dengan ke-kekaisaran ini ...?” Alys
memegang kepalanya semakin kebingungan. Tak tau harus berasumsi apa lagi tentang
Aeldra. Dia benar-benar buntu tentangnya. Segala informasi tentang lelaki
bernama Aeldra itu tak pernah ada di database pusat. Hanya peringatan itu saja
yang muncul.
Tak
lama setelah itu, dia menyerah. Tetap tak membuahkan hasil meski sudah mencari
berjam-jam.
Gadis
bermata biru itu berjalan keluar, kembali ke istananya dengan rasa penasaran
yang terus mengganjal hati. Asumsi liar tentang Aeldra terus berputar di dalam kepalanya.
Dia
menghentikan langkah sesaat, membayangkan lelaki yang kini ada di dalam pikirannya.
Bergumam pelan pada rembulan yang kini sedang menatap dirinya.
“Segala
informasi yang berhubungan denganmu selalu berakhir dengan peringatan itu.
Kenyataan bahwa kau lahir dimana, siapa orang tuamu benar-benar menjadi
misteri. Bagai kau tak pernah lahir di dunia ini.
Tapi
jika semua informasi itu berada di balik peringatan itu, lalu kenapa Sang
Demigod membekukannya? Tak memperkenanku bahkan ayah yang seorang raja untuk
mengakses informasi itu.
Aku
masih membencimu, masih banyak yang tak kuketahui tentangmu, aku benar-benar
kesulitan menghancurkanmu.” Alys mengkerutkan dahinya, menatap tajam rembulan
di atasnya. Melanjutkan untaian katanya.
“Sungguh,
siapa kau sebenarnya, Aeldra ...?”
Lalu di tempat lainnya, di kamar
lelaki yang ada di dalam pikiran Putri Alyshial, kamar Aeldra.
Lelaki berambut hitam itu terlihat
baru selesai mebersihkan badan. Dia setengah telanjang, handuk kecil berwarna
putih menutupi bagian bawahnya.
Dia berjalan mendekati jendela,
menatap halaman di balik jendela kamarnya.
Ukiran
gambar terlihat jelas di permukaan punggungnya. Itu bukan luka bakar, tato,
bahkan tanda lahir.
Coretan
itu lebih mirip seperti lambang di seluruh permukaan punggung.
Lingkaran hitam pekat yang dihubungkan
oleh garis linear tebal. Terlihat mengerikan, terlihat menakutkan. Membuat
siapapun ketakutan menatap lambang itu yang menyatu dengan bekas luka bakar.
Aeldra yang sedang menatap langit
lewat jendela, langsung menutup mata perlahan. Mulai berucap pelan dengan nada
datar.
“Apa yang kau inginkan ...?”
“....” Suasana langsung terasa hening, hingga.
“Mau dilihat darimanapun, segel itu
memang terlihat menakutkan. Bagaimana caramu menyembunyikan segel itu dari
orang-orang sekitar?” suara lelaki yang familiar kembali terdengar. Suara dari lelaki
sang pembunuh goblin sebenarnya.
Hardy
D. Mayfield.
“Karena kau memakai topeng dan jubah
aneh itu, aku tak mengenalimu di pertemuan sebelumnya.” Aeldra tetap menutup
mata, memasang senyuman kesal di wajah.
“Tapi aku bisa mengenalimu, meski
kau terlihat sangat berbeda, He–“
“Aeldra ....”
“Baik baik. Maafkan aku, Aeldra.”
Hardy tertawa kecil, berjalan mendekati Aeldra. Lebih tepatnya, mendekati foto wanita
di atas laci dekat jendela, dekat kamar tidur.
“Apa maumu?” Aeldra bertanya,
melirik Hardy cukup tajam.
“....” Hardy terdiam sesaat,
menyentuh foto itu. Membuatnya berdiri. Terlihat jelas kembali wanita rupawan yang
ada di dalam foto itu.
Suasana terasa hening ketika Aeldra dan
Hardy menatap foto wanita itu.
“Angela telah mati. Mahluk itu telah
bangkit,” pelan Hardy, menghancurkan keheningan. Dia membuka kupluk dan topengnya.
Menundukkan kepala dan punggung di hadapan wanita dalam foto. Sangat dalam, sungguh
menaruh hormat.
Wajah Hardy cukup rupawan, berambut
panjang dengan warna merah muda.
“....” Aeldra kembali memasang wajah
datar, terlihat tak peduli dengan pernyataannya. Dia hanya menutup mata sesaat.
“Lalu kenapa kau mengatakan hal ini
padaku?” Aeldra kembali membuka mata, melirik Hardy di belakangnya.
“So-soal itu ....” Hardy berwajah
khawatir, membuang wajah dari Aeldra. Dia menatap sedih foto ibu Aeldra yang
sudah tertutup kembali.
“Maaf.” Hardy mengepalkan kedua
tangannya sangat erat. Bergemetar karena suatu alasan.
“Meski kau terus memberi hormat
padanya, wanita itu takkan pernah kembali. Takkan pernah muncul lagi ke dunia
ini.”
“Aeldra ....” Hardy menyipitkan
mata, terlihat ingin menangis menatap punggung Aeldra yang dipenuhi oleh luka
bakar dan segel mengerikan.
***
No comments:
Post a Comment