Title: Iris Dragon
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter VIII
Chapter VIII
Tugas Generasi Baru
Langit berwarna lebih gelap meski hari
sudah siang. Itu semua karena awan tebal di atas wilayah Kerajaan Skyline.
Hujan deras seolah akan datang
mengguyur kerajaan tersebut. Membuat firasat buruk hinggap di hati beberapa
orang.
Karena permintaan khusus dari Putri
Kerajaan. Pertandingan semi final akan dilaksanakan dengan cara pertarungan
tunggal.
Satu
melawan satu, siapapun yang kalah tak pantas untuk maju ke final. Tak pantas melawan
kelompok Hizkil dan yang lainnya.
Dari
kelompok Alyshial, dia sendiri yang maju. Sang putri mahkota Kerajaan Skyline,
Alyshial S. Ramony. Dengan tegasnya dia menantang Aeldra untuk memasuki arena.
Ya,
gadis itu memiliki hak khusus mengingat dia putri pemilik Acies Highschool. Dia
putri Kerajaan Skyline langsung. Tak ada yang berani menentangnya.
Memang
terlihat tak adil, tapi seperti itulah kondisi masyarakat di sekitar Aeldra.
Perbedaan kasta benar-benar berpengaruh di sana.
Aeldra
tak bisa berbuat apa-apa. Dia maju memasuki arena, menjawab tantangan Putri
Alyshial.
“Kuhancurkan
kau, Aeldra ...,” senyum Alys bersemangat. Tubuhnya bergemetar, merinding tak
sabar ingin memulai pertarungan. Aeldra hanya bisa memasang senyuman khawatir, membalas tatapan tajam Alyshial.
“Di sudut kanan, gadis yang sudah terkenal di
seluruh wilayah Kerajaan Skyline. Keponakan dari Sang Demigod, dan keturunan
dari keluarga pahlawan. Putri Mahkota dari Kerajaan Skyline, Alyshial S.
Ramony!!”
Penonton
bersorak sangat keras, para wanita histeris melihat Alyshial melambaikan
tangan. Dia benar-benar dipuja oleh rakyatnya, dicintai oleh teman-temannya.
Tak
sedikit orang yang memanggil namanya, tak sedikit orang yang berteriak
mengangguminya. Kaum pria maupun wanita terpukau oleh wajah rupawannya.
Hal
itu berbanding terbalik dengan Aeldra yang hanya disebutkan namanya. Para penonton
terdiam, bukan karena menganggap remeh dirinya. Tatapan mereka lebih mengarah
ke rasa takut padanya.
Hanya
ketegangan yang muncul di saat Aeldra menatap sekitar. Para penonton berwajah cemas
dan ketakutan hanya dengan melihat wajahnya yang memiliki luka bakar.
“Aku benar-benar tidak disukai, yah ....”
batin Aeldra tersenyum khawatir melihat sekitar.
“Don’t Mind, Aeldra. Mereka hanya kagum
padamu!” Nia berteriak keras dari bangku penonton. Shina lekas menutup
mulutnya, memahari dia seperti adiknya sendiri. Sudah menjadi peraturan bagi
rekan tim untuk tidak berbicara pada rekan tim lainnya yang sudah berada di dalam arena.
Aeldra
hanya tersenyum, tertawa kecil melihat aksi konyol gadis paling muda di
kelompoknya. Dia merasa seperti mempunyai adik sendiri.
“Kau
cukup santai yah, Aeldra?”
“Ah
tidak, jika ingin kusebutkan, perasaanku saat ini tak karuan. Aku benar-benar
tak menyangka bisa bertarung dengan Tuan Putri.”
Alys
tak menjawab, bersiaga dan berkonsentrasi menatap tajam Aeldra. “Meski aku tak tau apa-apa tentangmu, aku
tetap akan mengalahkanmu, Aeldra.”
Bel
peringatan akan pertarungan dimulai, berbunyi keras, menggema di seluruh
penjuru arena. Para penonton bersorak keras, menambah atmosfer menjadi lebih
berat.
Pelindung
arena mulai muncul, mengurung Alys dan Aeldra. Menahan dampak pertarungan yang
mereka ciptakan.
Mendengar
hal itu Alys lekas merentangkan kedua tangan hingga sejajar dengan bahu.
Berkonsentrasi keras meneriakkan kemampuannya.
“Synchronization Crystalice: The Dragon
Warrior!! –“ perkataan Alys langsung berhenti, terkejut melihat Aeldra yang
berlari cepat ke arahnya.
“Ce-cepat!!” batin khawatir Alys, lekas
menyatukan kedua tangan tepat di depan dada. Berteriak, memperbaharui skillnya.
Dia sadar jika dirinya tak memiliki cukup waktu untuk membuat skill tingkat
atasnya.
“Synchronization Crystalice, Great Spear!!” butiran es sebelumnya yang hampir membentuk naga lekas berubah menjadi tombak raksasa.
Tombak
itu melayang tepat di atas sang putri, bersiap menghantam Aeldra yang terus
berlari mendekatinya.
Benturan
keras langsung terjadi. Terdengar keras, membuat beberapa orang menelan air
liurnya sendiri. Merinding melihat kemampuan Alyshial yang menakjubkan.
“Kena?!” batin khawatir Alys menyipitkan
mata, menatap tajam arah jatuh tombak miliknya. Tapi, setelah asap hasil
benturan menghilang, tak ada Aeldra di sana.
Lelaki
berambut hitam itu sudah di belakang Alys, bersiap menendang pinggangnya.
Gadis
berambut lemon itu berbalik, menahan serangan Aeldra dengan kedua tangan. Dia
terpental jauh beberapa meter, hampir menabrak tanah sebelum akhirnya dia
berhasil mengendalikan tubuhnya.
Dia
mendarat cukup sempurna, memasang wajah kesakitan karena tendangan keras Aeldra.
“Ba-bagaimana dia secepat ini? Apa itu ilmu
kinesisnya?!” Alys mulai berwajah ketakutan, melebarkan mata menatap Aeldra
yang berwajah datar.
Aeldra
mulai berlari kembali, sangat cepat membuat Alys terkejut ketakutan. Berjalan
mundur selangkah.
“Aku pasti menang!!!” Alys mengkerutkan dahi. Memasang wajah
keseriusan yang tinggi. Dia yakin pada dirinya sendiri.
“Crystalice, Straight Great Bar!!”
Batang
kristal langsung muncul di sekitar Alys. Sangat besar dan berukuran tidak
normal. Batang kristal itu cukup banyak,
melayang cepat mendekati Aeldra.
“Dengan ini kau tak bisa mendekatiku!!” Alys
mengangkat tangan kanannya ke arah Aeldra. Memasang senyuman sombong padanya.
Tapi,
senyumannya itu tak bertahan lama. Wajahnya kembali terlihat khawatir dan marah
menatap Aeldra yang menghindari serangannya.
Aeldra
menghindari serangan balok lawan dengan gesit. Sesaat dia juga menyentuh salah
satu balok itu, terasa dingin tapi teksturnya bukan seperti es.
Kepadatannya
seperti kristal, tapi suhunya sangat rendah, lebih dari cukup membuat tubuh
mati rasa beberapa menit. Bahkan yang terburuk, bisa membuat tubuh hancur
karena suhu rendahnya.
“Memukul benda ini sama saja dengan
menghancurkan tubuh.” Aeldra lekas berlari kembali, setelah menghindari
salah satu balok milik lawan.
“Ketahanannya mungkin lebih baik dari
kristal, ditambah suhu rendahnya juga membahayakan. Daya rusak yang sangat
mengerikan.” Aeldra
memasang wajah khawatir, terus menghindari serangan Alyshial
“Tapi dibalik serangannya yang kuat,
serangan Alyshial ini terbilang lambat. Aku hanya harus menghindari
serangannya.” Aeldra
memutari Alyshial yang menundukkan kepala. Dia berniat memukul lehernya,
berniat membuat dia langsung tak sadarkan diri. “Maaf, tapi aku lawan terburuk untukm –“
Aeldra
lagsung terpental, berputar ke belakang secara vertikal. Dia mendarat di lantai
dengan sempurna. Memasang wajah penasaran dan kebingungan menatap sang putri
kerajaan.
“Aku
tak tau apa kemampuanmu. Tapi hanya untukmu, aku akan mulai serius, Aeldra.”
Alyshial memiringkan tubuh, melirik sinis Aeldra.
Tepat
di bawah punggungnya, terlihat sebuah ekor berwarna putih seperti es sebelumnya.
Sungguh lentur, tapi terlihat sangat kuat.
Tidak
hanya itu, sepasang sayap es seperti peri juga mulai muncul di belakang
punggung. Terlihat indah dan berkilauan.
Alys
menutup mata, melayang terbang dengan sayapnya. Membuat seluruh penonton
menatap kagum dan terbuka mulutnya. Tubuh mereka bergemetar, kulit mereka
merinding melihat Alys yang bagaikan peri sungguhan. Tak terkecuali bagi
Selenia dan yang lainnya.
“Code Crystalice: Fairy Tail ....” Alys
membuka mata. Wajahnya terlihat datar, menatap rendah Aeldra yang mulai
berwajah khawatir.
Dia
menggunakan transformasi pertama. Tranformasi gabungan dari kedua orang tuanya.
***
Beberapa
hari sebelum pertarungan semi final, di bagian tengah Benua Dealendra, Kerajaan
Central, sekaligus pusat Kekaisaran Aeldra.
Di
tengah-tengah wilayah itu, terlihat rumah klasik yang bisa dikatakan sederhana.
Halaman yang cukup luas terlihat di sekitar rumah.
Lapis
dan Rina tersorot duduk, melipatkan kedua kaki di atas lantai. Berprilaku sopan
di hadapan sang penguasa benua.
Ruangan
itu terbilang cukup kecil, sangat sederhana bagi seorang penguasa, hanya
berukuran 3x4m.
Kasur
putih, cukup empuk berada di hadapan Lapis dan Rina. Tempat peristirahatan Sang
Demigod, Halsy Aeldra. Dia duduk di atas kasur, bersandar pada dinding di
belakangnya.
Rambutnya
panjang berwarna merah muda, diikat hingga menyentuh pundak bagian kanan.
Lambang ras Demigod terlihat jelas di keningnya, lebih jelas dari lambang yang
dimiliki lapis.
Tak
sedikit peralatan rumah sakit yang menempel di sekitar tubuhnya yang lemah. Dia
mulai tersenyum kecil menatap Lapis dan Rina. Mulai membuka mulut dan berkata
dengan senyuman menawan.
“Begitu
....”
Padahal
beberapa saat lalu, wanita berumur 30 tahunan itu melebarkan mata, sedikit
terkejut mendengar berita yang dibawa putrinya.
Sedangkan
Lapis masih bergemetar, dia memegang erat pakaiannya. Meski wajahnya terlihat
biasa saja, dia mencoba tegar di hadapan wanita yang paling ia hormati. Rina
hanya melirik khawatir Lapis, memasang wajah sedih padanya.
“Rina,
tinggalkan ruangan ini. Tunggu di luar sampai aku memanggilmu kembali,” Halsy
berucap, memberikan senyuman pada Rina.
“Eh?”
Sesaat, Rina terkejut mendengar pernyataan Halsy. Dia berpikir, mulai paham dan
memberikan senyuman kecil pada Halsy.
Gadis
berambut coklat itu berjalan pergi keluar. Membiarkan ibu dan anak itu berdua
di dalam ruangan.
“....”
Suasana terasa hening. Halsy menatap putrinya cukup dalam. Sedangkan Lapis
mengalihkan pandangan, tetap gemetar kedua tangannya. Dia mengkerutkan dahi ke
bawah, berusaha keras menahan beban di mata.
Halsy
tersenyum kecil menatapnya, mengangkat kedua tangan pada dia yang gemetar.
Mulai berucap pelan yang membuat hati putrinya semakin tergerak. “Kemarilah,
Sayang ....”
Lapis
lekas berdiri, menundukkan kepala, berjalan cepat mendekati ibunya.
Dia
memeluk perut ibunya, sangat erat. Sirkulasi pernafasannya berhembus tak
karuan. Dia mengeluarkan sisi kelemahannya. Menangis tersedu-sedu dipelukan
sang ibu.
“Tak
apa, Sayang. Tak apa. Aku mengerti perasaanmu.”
“Ib-ibunda–
hiks ..., hiks .... ” Lapis menangis. Suaranya tidak terlalu keras, tapi
memiliki nada yang dalam. Sakit dalam hatinya benar-benar terasa berat.
“Hardy,
keluarlah ...,” Halsy berucap kembali, sambil terus mengusap rambut putrinya.
Dia memberikan senyuman pada jendela di samping kanan.
Lapis
cukup terkejut, ingin melihat kakaknya itu. Tapi dia terlalu larut dalam
kesedihan, tak kuasa berpaling dari perut ibunya. Dia hanya diam sambil melanjutkan tangisannya.
Lelaki
yang dipanggil namanya mulai keluar, berteleportasi tepat di hadapan mereka. Dia
lekas membuka kupluk dan topengnya, tersenyum sedikit menundukkan kepala.
Memberikan hormat amat dalam, seperti yang ia lakukan pada foto wanita milik
Aeldra.
“Ibu
tak pernah ingat mengajarkanmu seperti ini, Hardy. Sejak kapan kau suka
menguping pembicaraan orang lain,” senyum kecil Halsy. Nadanya terdengar sebuah
candaan, tanpa ada rasa dendam dan amarah.
“Maaf,”
Hardy tertawa kecil, menutup mata.
“....”
Suasana kembali terasa hening. Hanya suara isakan Lapis yang terdengar. Membuat
Hardy tersenyum kecil menatap adiknya.
“Hardy,
Lapis ..., seharusnya kalian juga sudah tau, apa yang ingin ibu katakan saat
ini.”
"...."
“Waktu
ibu tak banyak, jika kabar akan kematiannya adalah benar,” senyum sedih
Halsy terus mengusap pelan kepala putrinya.
“Ibu
...,” Lapis kembali menangis, semakin erat memeluk perutnya. Hardy sedikit
menundukkan kepala, menurunkan pandangan. Terlihat sangat sedih.
“Meski
sangat kuat, Almeera masih sangat belia. Dia masih anak perempuan berusia lima
tahun. Tolong awasi dia ketika aku sudah tak ada.”
“Ibunda
....” Hardy menyipitkan mata, menatap ibunya.
“Ini
era kalian, sekarang giliran kalian yang melindungi dunia ini. Aku berharap
pada kalian, para generasi muda.”
“Ya,
Bu. Serahkan semua itu pada kami,” senyum kecil Hardy, menatap ibunya sangat
dalam. Sungguh menaruh hormat padanya.
“Hardy,
katakan pada Angelina untuk datang menemuiku. Ada yang ingin kukatakan
padanya.”
“Ya,
akan kukatakan.”
“Lalu,
cepat minta maaflah pada Reeslevia. Perbaiki hubunganmu dengannya. Dia sudah
terlalu banyak tekanan, dia juga harus mengurus hubungan rumit dengan adiknya,”
Halsy melirik pintu keluar kamar. Tempat dimana Rina menguping pembicaraan.
Hati
Rina tersentak, dia menurunkan pandangan. Telinga yang sebelumnya menempel pada
pintu mulai menjauh, kini wajahnya terlihat khawatir. Dia memegang erat
pakaiannya, ingin menangis mengingat masa lalu yang tak ingin ia ingat. “Kak Via ....”
“Ya,
Bu ....” Hardy menutup mata, sedikit menundukkan kepala.
“Jelaskan
padanya, alasan kau meninggalkannya, alasan kau berpaling dari dirinya. Ibu
mengerti perasaan gadis itu, tak mengherankan dia marah dan kecewa padamu jika
kau tak mengatakan apapun. Dia gadis yang baik, jangan kau mengulangi kesalahan
yang sama seperti ibumu.” Halsy tersenyum menutup mata.
“Tenang
saja, Bu. Aku akan segera menemuinya, meminta maaf padanya.”
“Sebaiknya
kau cepat lakukan.” Halsy menutup mata.
“Iya
akan segera kulakukan.” Hardy memberikan senyuman sedikit kesal pada ibunya.
Halsy
tertawa kecil, menutup mulut. Membuat kedua anaknya tersenyum menatap dirinya.
Lapis juga sudah selesai mengeluarkan kesedihan, dia lebih baik sekarang.
“Ibu
tau, kau jarang melakukan sesuatu dengan cepat, meski sudah mengatakan iya dan
iya. Dia tau kebiasaanmu,” Lapis mulai berdiri, melirik kakaknya.
“....”
Hardy memasang senyuman khawatir, menutup mata. Wajahnya tepat mengarah ke arah
Lapis.
Di
saat Hardy masih memasang senyumannya itu, tiba-tiba pintu terbuka cepat. Gadis
kecil berumur lima tahun memasuki ruangan, berjalan cepat membawa tas besar di punggung.
“Aku
pulang! –“
“Aeh
...?” Gadis itu memakai seragam putih dengan polet merah muda. Rambutnya
panjang berwarna putih dengan ujung biru muda. Wajahnya terlihat sangat manis
dengan kedua bola mata berwarna biru samudera.
Putri
Bungsu Kerajaan Central, pengguna Electrokinesis terkuat generasi ketiga, Candy Eater, Natasha D. Almeera.
Gadis
bernama Natasha itu terdiam, menatap keluarga yang sedang berkumpul. Dia
melebarkan mata dan senyuman, tak kuasa menahan kebahagiaan.
“Tunggu,
Putri Almeera –“ khawatir Rina yang memasuki ruangan, berniat menghentikan
gadis mungil itu. Tapi perkataan Rina lekas terpotong oleh teriakkan si gadis
kecil.
“Woahh!!
Kakak sudah pulang, Kak Hardy juga!!” Almeera berjalan cepat, mendekati ibu dan
kakak-kakaknya.
“Natasha!!
Sudah Kakak bilang jangan berteriak di kamar ibu!!” Lapis berteriak, menatap
tajam adiknya. Terlihat sangat marah.
“Tapi kau juga berteriak,” batin Hardy
melirik Lapis, tersenyum khawatir.
“Sudah
tak apa, Lapis ..... Kemarilah, Sayang.” Halsy tersenyum lebar, mengangkat kedua
tangan pada Almeera. Gadis berambut putih itu tersenyum lebar, memeluk perut
sang ibu. Sangat erat, berisi perasaan yang amat dalam. Dia benar-benar
menyayangi ibunya.
“Kalau
begitu aku pergi dulu. Akan kusampaikan permintaan Ibu pada Master,” senyum
Hardy, berniat menghilang dengan teleportasinya.
“Tunggu,
Ibu ingin bertanya satu hal lagi. Ba-bagaimana dengannya?” pelan Halsy
bertanya, menghentikan tindakan putranya. Nada suaranya terdengar ragu, berisi
kekhawatiran. Atau mungkin perasaan bersalah yang amat dalam.
“....”
Hardy tersenyum sedih, menutup mata dan menggelengkan kepala.
Halsy
terkejut, bergemetar kedua tangannya. Dia terlihat ingin menangis, seolah
menyesali perbuatannya di masa lalu.
“Ak-aku
yang akan menemuiny –“
“Kumohon
jangan lakukan itu, Bu! Jangan menemuinya! Entah apa yang dia lakukan padamu
jika kau muncul dihadapannya.” Hardy berwajah ketakutan, khawatir menatap
ibunya. Nadanya terdengar cukup tinggi.
Lapis
menatap Ibu dan Kakaknya, menatap penasaran mereka. Dia terlihat kesal, tak
mengerti pembicaraan keduanya.
“Apa
ini? Aku tak mengerti pembicaraanmu dengan ibu?” Lapis menatap tajam kakaknya.
Terlihat marah.
“....”
Hardy terdiam, mulai melirik ibunya. Tapi ibunya itu malah menggelengkan
kepala, tak menginjinkan Hardy memberi tahu pada Lapis.
“Ke-kenapa
...?” Lapis berwajah sedih. Menatap penasaran Halsy.
“Kau
orang yang paling tak boleh tau tentang hal ini. Ibu tak ingin kau terluka,
Sayang.”
“Aku
terluka? Oleh siapa?!” Lapis mengkerutkan dahi, terlihat marah.
“....”
Tak ada jawaban dari Halsy, begitupula dengan Hardy yang membalikkan badan
darinya.
“Aku
pergi dulu, Bu. Aku sangat memohon tentang hal ini, jangan pernah temui
dirinya!” Hardy melirik ibunya sesaat sebelum dia menghilang dengan kemampuan
teleportasinya.
“Astaga, dia memang mirip sepertinya jika
menyangkut keselamatan keluarga,” Halsy tertawa kecil, menutup mata.
“Baiklah,
sekarang ada perintahku untuk kalian berdua, Lapis, Rina ....” Lanjut Halsy,
sambil terus mengusap pelan kepala Natasha. Gadis kecil itu tetap memeluk
ibunya, sedang dalam mode manja.
“.....”
Rina dan Lapis mulai menatap Halsy Aeldra. Menganggukkan kepala, berniat
menerima segala perintah darinya.
“Dengarkan,
aku ingin kalian berdua keluar dari oraganisasi Front-Liner.”
“Eh
...?”
***
Suhu di awal pertarungan ada ada kata2 begini
ReplyDelete"Mendengar hal itu Lapis lekas merentangkan kedua tangan hingga sejajar dengan bahu. Berkonsentrasi keras meneriakkan kemampuannya."
Itu emang Lapis yang ngelakuin hal itu apa salah nama, yg harusnya Alys malag Lapis?
Benar, ada salah ketik. Maafkan, nanti kuperbaiki.
DeleteThx atas informasinya :D