Title: Iris Dragon 2
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter XI
Kunci Dunia
Chapter XI
Kunci Dunia
Pusat Kerajaan
Skyline, istana megah milik keluarga kerajaan. Di ruang tengah, terlihat
Alyshial yang sedang duduk di atas kursi dekat meja mewah, berpikir sambil
memainkan pulpennya, Selenia juga duduk di sampingnya, berwajah khawatir
mengamati si gadis berwarna rambut kuning lemon.
“Alys, apa yang sedang kau lakukan?”
Lapis yang duduk di atas sofa bertanya, tak mengalihkan pandangannya
sedikitpun. Tetap fokus membaca buku tebal bertuliskan bahasa ras peri.
Alyshial tak langsung menjawab
pertanyaan sepupunya, lekas berdiri dengan memasang wajah kesal. Berbalik, berjalan
cepat mendekati Lapis yang berwajah tenang.
“Lapis, apa kau tak sakit hati?
Marah? Setelah mengetahui jika lelaki itu pengkhian –“
“Ah Alyshial, huruf yang seperti
tanduk rusa ini apa artinya. Aku terkadang lupa karena tak sering membaca.”
Lapis menyanggah pertanyaan, menatap Alyshial dengan senyuman kecilnya.
“Ah itu, artinya dunia, bisa berarti
alam semesta. Intinya tempat kita tinggal sekar –“ Alyshial menjawab, tapi
lekas memperbaiki kalimatnya. Berucap dengan nada semakin tinggi.
“Tunggu, dengarkan aku Lapis!
Bagaimana bisa kau bersikap tenang setelah –“
“Sudahlah Putri Alys. Lagipula mau
bagaimana lagi, itu sudah terjadi. Kita tidak bisa berbuat apa-apa ...,” Rina
yang duduk di dekat Lapis tertawa kecil, menatap Alyshial yang masih
menunjukkan amarah.
“Be-benar, mungkin saja Kak Aeldra
punya alasan –“ Selenia juga ikut beranjak dari kursi, berniat mengeluarkan
pendapat. Tapi dengan cepat pernyataanya itu tersanggahkan.
“Punya alasannya!? Tak mungkin ada,
Nia! Lihatlah kenyataannya, dia kabur dari asramanya! Itu bukti yang kuat jika
dia dari golongan para primitif itu!” kesal Alyshial.
“Tapi ....” Selenia menggenggam erat
baju bagian bawah, menggigit bibir bawah. Terlihat ingin menangis. Hatinya
sungguh sakit ketika Alyshial bertanya seperti itu tentang Aeldra. Itu semua
karena dia mengetahuinya, akan masa lalu Aeldra. Akan fakta jika Aeldra adalah
anak terbuang dari keluarga Alyshial.
“Kenapa kau selalu seperti ini?
Kenapa kau begitu percaya pada lelaki penipu sepertinya?” kesal Alyshial,
memberikan tatapan tajam pada Selenia yang tertunduk ketakutan.
“Apa kau punya alasannya, Nia?”
Lapis menutup mata perlahan, bertanya dengan nada pelan. Pertanyaan Lapis itu
membuat Selenia terkejut, sedikit terangkat bahunya. Bergemetar seluruh
permukaan tubuhnya.
“Sudah kuduga ...,” Lapis mulai
membuka mata melirik Selenia dengan tatapan penuh arti.
“Kalau begitu katakan, apa yang kau
sembunyikan! Apa yang membuatnya mengkhianati kita –“ teriak kesal Alys.
“Tenanglah Alys, kemungkinan besar
Aeldra memaksanya untuk menutup mulut. Jangan paksa dia, percuma. Kau tau
sendiri ‘kan Nia itu bagaimana,” senyum kesal Lapis.
Selenia kembali duduk, tetap
menundukkan kepala. Mulai mengeluarkan tetesan air mata. Membuat wajah Alyshial
khawatir. Berjalan mendekatinya, meminta maaf karena sudah berteriak padanya.
Lapis hanya tertawa kecil melihat
kedua sepupunya, sedikit bahagia akan keberasamaan yang ia rasakan.
“Hei untuk apa kau tertawa Lapis?!”
Alyshial sedikit marah melihat Lapis yang seperti itu. Lapis hanya tersenyum,
mengalihkan pandangan, dan menjawab pertanyaan.
“Tidak ada.”
“Jika tidak ada, kenapa kau bisa
tertawa ....” keluh Alys menutup mata, duduk di samping Selenia yang sudah ia
anggap seperti adiknya itu. Perlahan, mengusap rambut sepupunya itu dengan cukup
lembut.
Selenia mengangkat kepala, menatap
Alyshial yang menyentuh kepalanya. Alys lekas memberikan pandangan padanya,
tersenyum dan berucap lembut.
“Jika memang sulit dikatakan, aku takkan
memaksamu. Lapis juga takkan memaksamu.”
“Ehh, bukankah kau sendiri yang
memaksanya tadi. Jangan membawa nama orang tak bersalah, Alys ....” Lapis
berucap, masih memberikan senyuman indahnya.
Alyshial hanya memberikan senyuman
sinis melirik Lapis, sedikit membuat wajah Nia khawatir.
Tak lama setelah lirikan Alyshial,
pintu kembali terbuka. Sang Raja dan Ratu Kerajaan Skyline memasuki ruangan.
Memberikan senyuman melihat Lapis dan yang lainnya.
“Sudah kuduga kau di sini Lapis.”
Ray berucap, tersenyum melihat Lapis.
Lapis lekas beranjak dari kursi,
berwajah khawatir menatap raut wajah wanita yang berdiri di samping Ray.
“Kemana saja kau Lapis, ibumu
mencari-cari kamu.” Alysha berwajah khawatir, menatap keponakannya.
“Me-mencariku?” Lapis bertanya cemas,
lekas memakai jaket berwarna putih di dekatnya.
“Iya, ada yang ingin dia sampaikan
padamu. Sangat penting katanya,” senyum kecil Alysha.
Lapis tak menjawab, tetap berwajah
khawatir terlihat ingin segera datang ke tempat wanita yang paling dihormatinya.
“Ka-Kak Lapis, aku juga ikut!” gugup
Selenia, sedikit bergemetar kedua tangannya, berdiri dari tempat duduknya. Dia
juga terlihat sangat khawatir melihat ekspresi wajah Ratu Alysha. Karena
bagaimanapun wanita yang menajadi ibu Lapis itu sudah mengurusnya sedari kecil.
“Tidak, kamu tunggu saja di sini, “ pinta
Lapis sambil terus berjalan menuju pintu keluar, diikuti oleh Rina yang menjadi
sahabat terdekatnya. Keduanya tak lupa berpamitan pada Raja dan Ratu Skyline.
“Apa terjadi sesuatu dengan Sang Demigod,
Ayah?” Alyshial bertanya cemas, menatap pintu yang sebelumnya dilewati
sepupunya.
“Kondisi tubuhnya sudah mencapai batasnya
–“
“Tunggu Ray, kenapa kau mengatakan
hal itu. Di sini masih ada Selenia ....” Alysha sedikit kesal, lekas memberikan
tatapan khawatir pada Selenia.
Selenia melebarkan mata, bergemetar
seluruh permukaan kulitnya. Hatinya terasa sakit, mendengar wanita yang
mangasuhnya dalam keadaan seperti itu. Tak ingin lagi dia mendapatkan perasaan
kesakitan di masa lalu.
Gadis berambut hitam itu lekas
berjalan cepat, meninggalkan ruangan. Pergi ke tempat Sang Demigod berada,
menyusul Putri Lapis. Membuat sekitarnya
berwajah khawatir.
Di luar, sudah cukup jauh dari
kediaman istana. Di saat Selenia masih berlari untuk mengejar sepupunya, di
dekat lapangan kosong, tanpa satupun masyarakat terlihat.
Tiba-tiba ledakan transparan terjadi
tepat di depan Selenina, hingga membuat cekungan mengerikan. Tak ada api atau
asap di ledakan itu, bagaikan ledakan udara yang amat kuat.
Hal itu membuat wajah Selenia
khawatir, selangkah berjalan mundur, bertanya pelan mengamati sekitar.
“Si-siapa?”
“Maaf menggangu waktumu, Gadis Muda.
Tapi ada beberapa pertanyaan yang ingin kuajukan ...,” seorang gadis tiba-tiba muncul, melayang di udara, memakai jubah
coklat.
Selenia berjalan selangkah mundur,
memberikan ekspresi kekhawatiran amat dalam. Dia tau, amat sangat mengetahui
jika gadis yang melayang di atasnya terasa ganjil.
Sentuhan lembut menyentuh pundak
Nia, menenangkan dirinya. Itu sentuhan Alyshial. Dia memberikan senyuman kecil
pada sepupunya. Tak lama dia memberikan tatapan tajam pada gadis yang melayang di
udara.
Sesungguhnya Alyshial juga
ketakutan, amat sangat ketakutan karena aura membunuh di sekitar gadis itu yang
kuat. Tapi dia bisa menyembunyikan ketakutannya dengan baik.
Gadis yang melayang itu tertawa
kecil, terlihat menutup mulutnya melihat Alyshia. Lekas duduk melayang di
udara. Terlihat elegan sambil berucap lembut.
“Takut takut, menakutkan tatapanmu
itu Tuan Putri ....”
“Kau mengejekku!?” Alyshial terlihat
semakin menurunkan dahinya. Menunjukkan aura kemurkaan yang sangat hebat. Mulai
memasang kuda-kuda siap bertempur, berniat mengeluarkan sesuatu di tangan
kanannya.
“He-hentikan, Alyshial!” Ray
berjalan cepat mendekati putrinya, berwajah khawatir menatap gadis yang
melayang. Alysha juga terlihat khawatir menatap gadis itu.
Wajah kedua orang tua Alyshial benar-benar
terlihat biru pucat, seakan menyadari kekuatan besar dari sang gadis yang
melayang.
“Aku tak ingin bertarung dengan
kalian, tapi lain ceritanya jika kalian yang mulai.” Gadis itu kembali berucap.
Masih dalam posisi duduk elegannya. Kaki kirinya menumpang kaki kanan, seolah
menunjukkan kearoganan seorang putri kerajaan.
“Si-siapa kau ...?” Ray berucap
pelan, mengkerutkan dahi, berjalan selangkah melewati Alyshial dan Selenia.
Berdiri paling depan di hadapan gadis tak dikenal itu.
Gadis itu kembali tertawa kecil,
membuat wajah sekitarnya khawatir. Termasuk raja dan ratu kerajaan Skyline.
Tapi itu tidak lama sampai kedatangan sosok lelaki yang membuat terkejut
sekitarnya.
“Datang lagi tamu tak diundang,
kenapa orang-orang mudah berkumpul di sini ....” gadis itu berucap, tapi perkataanya tak selesai. Dia terkejut
menatap lelaki berambut hitam, yang baru saja mendarat dari lompatan tinggi.
Itu adalah Aeldra.
Gadis itu terlihat mengamati Aeldra
cukup dalam, bahkan sampai melepas posisi duduk elegannya.
Tidak hanya gadis itu, tapi Selenia,
Alyshial dan bersama keluarganya juga dibuat terkejut akan kehadiran Aeldra.
“Kau ....” Alyshial terlihat
mengkerutkan dahi, memberikan tatapan kekecewaan padanya. Sedangkan Aeldra
hanya memberikan senyuman kekesalan, berucap menatap tajam gadis yang melayang.
“Kau sengaja melakukannya, menarikku
keluar mendekatimu saat ini ....” Tekanan Aeldra terasa sangat dalam, dipenuhi
kemarahan.
“Aeldra, akhirnya kau muncul juga–“ kesal
Alyshial berjalan selangkah maju.
“Diamlah ...,” kesal Aeldra, masih
memberikan tatapan kemarahan. Nadanya cukup dalam, lebih dari cukup
mendatangkan ketegangan di sekitar.
Tak satupun dari mereka yang
mengucapkan sepatah kata setelah ucapan Aeldra. Alyshial terlihat masih
memberikan tatapan tajam, Ratu Alysha memberikan tatapan penasaran pada Aeldra.
Sedangkan Selenia terlihat menatap Aeldra penuh prihatin, karena sudah
mengetahui masa lalunya.
Lelaki yang menjadi raja Kerajaan Skyline,
yakni Ray terlihat bergemetar mentap Aeldra, matanya memerah, dipenuhi perasaan
bersalah amat besar. Dia mulai bergumam ketakutan dalam hatinya. ”Ae-Aeldra? Apa dia Lisienata itu?”
“Ah ah ah, maafkan aku Lisienata.
Ta-tapi aku benar-benar tak sengaja, sungguh tak berniat mengundangmu ke sini.” Gadis itu berucap, sedikit khawatir
akan kehadiran Aeldra.
“Su-sudah
kuduga ...,” batin Ray terlihat
frustasi menatap Aeldra.
“Siapa kau, katakan. Aku mencium
aroma tak asing dari kekuatanmu ...,” senyum kesal Aeldra menutup mata.
“Tak bisa kuberitahu yah, tapi kalau
sekadar inisial namaku sih bisa. Namaku dimulai dari huruf yang sama seperti
dirimu. Seharusnya kau tahu.” Gadis
itu tertawa kecil menatap Aeldra.
“Laluu ...,” gadis berjubah mulai melayang rendah, menatap Selenia dengan
senyuman lebarnya.
Selenia selangkah mundur, berwajah
khawatir cukup ketakutan. Sekitarnya lekas berkumpul di dekatnya, menunjukan
reaksi waspada untuk melindungi Nia. Aeldra mulai melirik penasaran Nia.
“Baiklah
kuakui, jika aku memang mengemban kekuatan Havoc. Tapi aku tak memiliki urusan
dengan Dewa Agung Wilfere sekarang.”
Gadis itu merentangkan tangan kanan ke depan, mengeluarkan pedang berwarna
hitam pekat dari lubang dimensi hitam. Pedang itu dipenuhi percikan listrik
berwarna merah delima.
Hal itu membuat sekitarnya semakin
waspada, bahkan Ray sudah bersiaga, berniat mengangkat tangan, mengeluarkan
kemampuannya.
Tak lama, gadis itu mulai tertawa
kecil, suaranya cukup tinggi. Dia lekas berucap dengan nada suara yang dipenuhi
kemurkaan.
“Beri aku jalan, Manusia!! Kubinasakan
siapapun yang menghalangi jalan meski aku mengenalnya sekalipun. Ini takkan
lama, kumohon biarkan aku mengambil nyawa engkau yang menjadi kunci dunia ini,
Wahai Last Mater ....” Geram gadis
itu memainkan pedangnya hingga mata pedangnya tertuju pada Selenia.
***
No comments:
Post a Comment