Saturday, 11 March 2017

Chapter 11

Title: Iris Dragon 2
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Chapter XI
Kunci Dunia


            Pusat Kerajaan Skyline, istana megah milik keluarga kerajaan. Di ruang tengah, terlihat Alyshial yang sedang duduk di atas kursi dekat meja mewah, berpikir sambil memainkan pulpennya, Selenia juga duduk di sampingnya, berwajah khawatir mengamati si gadis berwarna rambut kuning lemon.



            “Alys, apa yang sedang kau lakukan?” Lapis yang duduk di atas sofa bertanya, tak mengalihkan pandangannya sedikitpun. Tetap fokus membaca buku tebal bertuliskan bahasa ras peri.


            Alyshial tak langsung menjawab pertanyaan sepupunya, lekas berdiri dengan memasang wajah kesal. Berbalik, berjalan cepat mendekati Lapis yang berwajah tenang.


            “Lapis, apa kau tak sakit hati? Marah? Setelah mengetahui jika lelaki itu pengkhian –“


            “Ah Alyshial, huruf yang seperti tanduk rusa ini apa artinya. Aku terkadang lupa karena tak sering membaca.” Lapis menyanggah pertanyaan, menatap Alyshial dengan senyuman kecilnya.


            “Ah itu, artinya dunia, bisa berarti alam semesta. Intinya tempat kita tinggal sekar –“ Alyshial menjawab, tapi lekas memperbaiki kalimatnya. Berucap dengan nada semakin tinggi.


            “Tunggu, dengarkan aku Lapis! Bagaimana bisa kau bersikap tenang setelah –“


            “Sudahlah Putri Alys. Lagipula mau bagaimana lagi, itu sudah terjadi. Kita tidak bisa berbuat apa-apa ...,” Rina yang duduk di dekat Lapis tertawa kecil, menatap Alyshial yang masih menunjukkan amarah.


            “Be-benar, mungkin saja Kak Aeldra punya alasan –“ Selenia juga ikut beranjak dari kursi, berniat mengeluarkan pendapat. Tapi dengan cepat pernyataanya itu tersanggahkan.


            “Punya alasannya!? Tak mungkin ada, Nia! Lihatlah kenyataannya, dia kabur dari asramanya! Itu bukti yang kuat jika dia dari golongan para primitif itu!” kesal Alyshial.


            “Tapi ....” Selenia menggenggam erat baju bagian bawah, menggigit bibir bawah. Terlihat ingin menangis. Hatinya sungguh sakit ketika Alyshial bertanya seperti itu tentang Aeldra. Itu semua karena dia mengetahuinya, akan masa lalu Aeldra. Akan fakta jika Aeldra adalah anak terbuang dari keluarga Alyshial.


            “Kenapa kau selalu seperti ini? Kenapa kau begitu percaya pada lelaki penipu sepertinya?” kesal Alyshial, memberikan tatapan tajam pada Selenia yang tertunduk ketakutan.


            “Apa kau punya alasannya, Nia?” Lapis menutup mata perlahan, bertanya dengan nada pelan. Pertanyaan Lapis itu membuat Selenia terkejut, sedikit terangkat bahunya. Bergemetar seluruh permukaan tubuhnya.


            “Sudah kuduga ...,” Lapis mulai membuka mata melirik Selenia dengan tatapan penuh arti.


            “Kalau begitu katakan, apa yang kau sembunyikan! Apa yang membuatnya mengkhianati kita –“ teriak kesal Alys.


            “Tenanglah Alys, kemungkinan besar Aeldra memaksanya untuk menutup mulut. Jangan paksa dia, percuma. Kau tau sendiri ‘kan Nia itu bagaimana,” senyum kesal Lapis.


            Selenia kembali duduk, tetap menundukkan kepala. Mulai mengeluarkan tetesan air mata. Membuat wajah Alyshial khawatir. Berjalan mendekatinya, meminta maaf karena sudah berteriak padanya.


            Lapis hanya tertawa kecil melihat kedua sepupunya, sedikit bahagia akan keberasamaan yang ia rasakan.


            “Hei untuk apa kau tertawa Lapis?!” Alyshial sedikit marah melihat Lapis yang seperti itu. Lapis hanya tersenyum, mengalihkan pandangan, dan menjawab pertanyaan.


            “Tidak ada.”


            “Jika tidak ada, kenapa kau bisa tertawa ....” keluh Alys menutup mata, duduk di samping Selenia yang sudah ia anggap seperti adiknya itu. Perlahan, mengusap rambut sepupunya itu dengan cukup lembut.


            Selenia mengangkat kepala, menatap Alyshial yang menyentuh kepalanya. Alys lekas memberikan pandangan padanya, tersenyum dan berucap lembut.


            “Jika memang sulit dikatakan, aku takkan memaksamu. Lapis juga takkan memaksamu.”


            “Ehh, bukankah kau sendiri yang memaksanya tadi. Jangan membawa nama orang tak bersalah, Alys ....” Lapis berucap, masih memberikan senyuman indahnya.


            Alyshial hanya memberikan senyuman sinis melirik Lapis, sedikit membuat wajah Nia khawatir.


            Tak lama setelah lirikan Alyshial, pintu kembali terbuka. Sang Raja dan Ratu Kerajaan Skyline memasuki ruangan. Memberikan senyuman melihat Lapis dan yang lainnya.


            “Sudah kuduga kau di sini Lapis.” Ray berucap, tersenyum melihat Lapis.


            Lapis lekas beranjak dari kursi, berwajah khawatir menatap raut wajah wanita yang berdiri di samping Ray.


            “Kemana saja kau Lapis, ibumu mencari-cari kamu.” Alysha berwajah khawatir, menatap keponakannya.


            “Me-mencariku?” Lapis bertanya cemas, lekas memakai jaket berwarna putih di dekatnya.


            “Iya, ada yang ingin dia sampaikan padamu. Sangat penting katanya,” senyum kecil Alysha.


            Lapis tak menjawab, tetap berwajah khawatir terlihat ingin segera datang ke tempat wanita yang paling dihormatinya.


            “Ka-Kak Lapis, aku juga ikut!” gugup Selenia, sedikit bergemetar kedua tangannya, berdiri dari tempat duduknya. Dia juga terlihat sangat khawatir melihat ekspresi wajah Ratu Alysha. Karena bagaimanapun wanita yang menajadi ibu Lapis itu sudah mengurusnya sedari kecil.


            “Tidak, kamu tunggu saja di sini, “ pinta Lapis sambil terus berjalan menuju pintu keluar, diikuti oleh Rina yang menjadi sahabat terdekatnya. Keduanya tak lupa berpamitan pada Raja dan Ratu Skyline.


            “Apa terjadi sesuatu dengan Sang Demigod, Ayah?” Alyshial bertanya cemas, menatap pintu yang sebelumnya dilewati sepupunya.


            “Kondisi tubuhnya sudah mencapai batasnya –“


            “Tunggu Ray, kenapa kau mengatakan hal itu. Di sini masih ada Selenia ....” Alysha sedikit kesal, lekas memberikan tatapan khawatir pada Selenia.


            Selenia melebarkan mata, bergemetar seluruh permukaan kulitnya. Hatinya terasa sakit, mendengar wanita yang mangasuhnya dalam keadaan seperti itu. Tak ingin lagi dia mendapatkan perasaan kesakitan di masa lalu.


            Gadis berambut hitam itu lekas berjalan cepat, meninggalkan ruangan. Pergi ke tempat Sang Demigod berada, menyusul Putri Lapis.  Membuat sekitarnya berwajah khawatir.


            Di luar, sudah cukup jauh dari kediaman istana. Di saat Selenia masih berlari untuk mengejar sepupunya, di dekat lapangan kosong, tanpa satupun masyarakat terlihat.


            Tiba-tiba ledakan transparan terjadi tepat di depan Selenina, hingga membuat cekungan mengerikan. Tak ada api atau asap di ledakan itu, bagaikan ledakan udara yang amat kuat.


            Hal itu membuat wajah Selenia khawatir, selangkah berjalan mundur, bertanya pelan mengamati sekitar. “Si-siapa?”


            “Maaf menggangu waktumu, Gadis Muda. Tapi ada beberapa pertanyaan yang ingin kuajukan ...,seorang gadis tiba-tiba muncul, melayang di udara, memakai jubah coklat.


            Selenia berjalan selangkah mundur, memberikan ekspresi kekhawatiran amat dalam. Dia tau, amat sangat mengetahui jika gadis yang melayang di atasnya terasa ganjil.


            Sentuhan lembut menyentuh pundak Nia, menenangkan dirinya. Itu sentuhan Alyshial. Dia memberikan senyuman kecil pada sepupunya. Tak lama dia memberikan tatapan tajam pada gadis yang melayang di udara.


            Sesungguhnya Alyshial juga ketakutan, amat sangat ketakutan karena aura membunuh di sekitar gadis itu yang kuat. Tapi dia bisa menyembunyikan ketakutannya dengan baik.


            Gadis yang melayang itu tertawa kecil, terlihat menutup mulutnya melihat Alyshia. Lekas duduk melayang di udara. Terlihat elegan sambil berucap lembut.


            “Takut takut, menakutkan tatapanmu itu Tuan Putri ....


            “Kau mengejekku!?” Alyshial terlihat semakin menurunkan dahinya. Menunjukkan aura kemurkaan yang sangat hebat. Mulai memasang kuda-kuda siap bertempur, berniat mengeluarkan sesuatu di tangan kanannya.


            “He-hentikan, Alyshial!” Ray berjalan cepat mendekati putrinya, berwajah khawatir menatap gadis yang melayang. Alysha juga terlihat khawatir menatap gadis itu.


            Wajah kedua orang tua Alyshial benar-benar terlihat biru pucat, seakan menyadari kekuatan besar dari sang gadis yang melayang.


            “Aku tak ingin bertarung dengan kalian, tapi lain ceritanya jika kalian yang mulai.”  Gadis itu kembali berucap. Masih dalam posisi duduk elegannya. Kaki kirinya menumpang kaki kanan, seolah menunjukkan kearoganan seorang putri kerajaan.


            “Si-siapa kau ...?” Ray berucap pelan, mengkerutkan dahi, berjalan selangkah melewati Alyshial dan Selenia. Berdiri paling depan di hadapan gadis tak dikenal itu.


            Gadis itu kembali tertawa kecil, membuat wajah sekitarnya khawatir. Termasuk raja dan ratu kerajaan Skyline. Tapi itu tidak lama sampai kedatangan sosok lelaki yang membuat terkejut sekitarnya.


            “Datang lagi tamu tak diundang, kenapa orang-orang mudah berkumpul di sini .... gadis itu berucap, tapi perkataanya tak selesai. Dia terkejut menatap lelaki berambut hitam, yang baru saja mendarat dari lompatan tinggi. Itu adalah Aeldra.


            Gadis itu terlihat mengamati Aeldra cukup dalam, bahkan sampai melepas posisi duduk elegannya.


            Tidak hanya gadis itu, tapi Selenia, Alyshial dan bersama keluarganya juga dibuat terkejut akan kehadiran Aeldra.


            “Kau ....” Alyshial terlihat mengkerutkan dahi, memberikan tatapan kekecewaan padanya. Sedangkan Aeldra hanya memberikan senyuman kekesalan, berucap menatap tajam gadis yang melayang.


            “Kau sengaja melakukannya, menarikku keluar mendekatimu saat ini ....” Tekanan Aeldra terasa sangat dalam, dipenuhi kemarahan.


            “Aeldra, akhirnya kau muncul juga–“ kesal Alyshial berjalan selangkah maju.


            “Diamlah ...,” kesal Aeldra, masih memberikan tatapan kemarahan. Nadanya cukup dalam, lebih dari cukup mendatangkan ketegangan di sekitar.


            Tak satupun dari mereka yang mengucapkan sepatah kata setelah ucapan Aeldra. Alyshial terlihat masih memberikan tatapan tajam, Ratu Alysha memberikan tatapan penasaran pada Aeldra. Sedangkan Selenia terlihat menatap Aeldra penuh prihatin, karena sudah mengetahui masa lalunya.


            Lelaki yang menjadi raja Kerajaan Skyline, yakni Ray terlihat bergemetar mentap Aeldra, matanya memerah, dipenuhi perasaan bersalah amat besar. Dia mulai bergumam ketakutan dalam hatinya. ”Ae-Aeldra? Apa dia Lisienata itu?


            “Ah ah ah, maafkan aku Lisienata. Ta-tapi aku benar-benar tak sengaja, sungguh tak berniat mengundangmu ke sini. Gadis itu berucap, sedikit khawatir akan kehadiran Aeldra.


            “Su-sudah kuduga ...,” batin Ray terlihat frustasi menatap Aeldra.


            “Siapa kau, katakan. Aku mencium aroma tak asing dari kekuatanmu ...,” senyum kesal Aeldra menutup mata.


            “Tak bisa kuberitahu yah, tapi kalau sekadar inisial namaku sih bisa. Namaku dimulai dari huruf yang sama seperti dirimu. Seharusnya kau tahu.Gadis itu tertawa kecil menatap Aeldra.


            “Laluu ..., gadis berjubah mulai melayang rendah, menatap Selenia dengan senyuman lebarnya.


            Selenia selangkah mundur, berwajah khawatir cukup ketakutan. Sekitarnya lekas berkumpul di dekatnya, menunjukan reaksi waspada untuk melindungi Nia. Aeldra mulai melirik penasaran Nia.


“Baiklah kuakui, jika aku memang mengemban kekuatan Havoc. Tapi aku tak memiliki urusan dengan Dewa Agung Wilfere sekarang. Gadis itu merentangkan tangan kanan ke depan, mengeluarkan pedang berwarna hitam pekat dari lubang dimensi hitam. Pedang itu dipenuhi percikan listrik berwarna merah delima.


            Hal itu membuat sekitarnya semakin waspada, bahkan Ray sudah bersiaga, berniat mengangkat tangan, mengeluarkan kemampuannya.


            Tak lama, gadis itu mulai tertawa kecil, suaranya cukup tinggi. Dia lekas berucap dengan nada suara yang dipenuhi kemurkaan.


            “Beri aku jalan, Manusia!! Kubinasakan siapapun yang menghalangi jalan meski aku mengenalnya sekalipun. Ini takkan lama, kumohon biarkan aku mengambil nyawa engkau yang menjadi kunci dunia ini, Wahai Last Mater ....Geram gadis itu memainkan pedangnya hingga mata pedangnya tertuju pada Selenia.


***

No comments:

Post a Comment