Saturday, 4 March 2017

Chapter 10

Title: Iris Dragon 2
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Chapter X
Pengorbanan

             Tahun 13, penanggalan tahun iblis. Tahun Lisienata mendapatkan penderitaan berat dalam hidupnya. Lebih tepatnya, tahun saat dia mendapatkan segel dari orang-orang terkuat di dunia. Kilas balik akan pengorbanan Halsy dan Zaxia.



“Maaf maaf maaf, maafkan aku ....”


            Halsy masih memeluk kepala Zaxia, menangis mengeluarkan air mata. Tapi kesedihannya itu dihancurkan oleh teriakkan Salbina yang terlihat ketakutan.


            “Ga-gawat!! Ka-kalian terlalu keras!!” teriak Salbina menatap Shina dan Engelina.


            “Benar yang dikatan Salbina, kalian terlalu memberikan pengaruh kuat!!” Angela terlihat sangat marah menatap Shina dan Engelina.


            “HAH!? Kita memang harus keras jika ingin menyegel kekuatan mahluk sepertinya!!” teriak kesal Elena yang berada dalam tubuh Engelina. Engelina juga tak membantah pendapat iblis dalam tubuhnya.


            “Diterima, pendapat dari putri Gehena. Kita tidak bisa menahan kekuatan kita untuk menyegel kekuatannya.” Archangel Michael dalam tubuh Shina berucap, menggema di sekitar.


            “Hal yang buruk akan terjadi jika kita menahan batasan kekuatannya. Kemungkinan terbesar, tubuh anak ini hancur. Jiwa dan kekuatannya keluar, mencari pengganti jasad baru.” Archangel Gabriel berucap dari dalam tubuh Shina, sama menggemanya, tapi dengan nada suara yang lebih lembut.


            “Tapi jika dibiarkan seperti ini, beberapa organ dalam anak ini akan hancur!! Kemungkinan dia bisa terus berbaring di sisa hidupnya!!” kesal Salbina, menatap tajam sekitarnya.


            “Kami tahu hal ini, meski dia mengemban kekuatan sang dewa, dia tetaplah anak-anak. Tubuhnya takkan kuat menerima gelombang kejut saat kekuatan itu dipaksa untuk terkurung.”  Engelina berwajah khawatir, melirik Salbina.


            Mendengar hal itu, Halsy lekas membaringkan tubuh Zaxia ke dinding, beranjak dari posisi duduknya, mulai berdiri menatap ketakutan Elena. Berucap hingga menggemparkan hati semua orang yang mendengarnya.


            “La-lakukan itu lagi, Elena! Biar aku yang mengambil sebagian kekuatanny –“


            “JANGAN BERCANDA!! Takkan kubiarkan kau melakukan itu lagi!!” Angela berteriak sangat marah, memotong perkataan Halsy. Membuat tubuh wanita itu bergemetar, terkejut ketakutan.


            “Aku juga amat sangat tak setuju dengan hal ini, Halsy! Kau tak perlu lagi –“ Salbina membenarkan perkataan Angela, memberikan lirikan ketakutan pada sahabatnya.


            “Tapi hanya aku yang bisa. Setidaknya, aku ingin dia, anak ini mendapatkan kehidupan seperti anak lainnya. Mau dilihat dari manapun, dia tetaplah anak-anak, membutuhkan perhatian kita selaku orang dewasa. Aku ingin menolongnya, melindunginy –“


            “Sadarkah kau, Halsy Aeldra? Perkatanmu tadi seperti meminta kembali Elena untuk mengulang lagi malapetaka yang menimpamu di umur 5 tahun.” Salah satu malaikat berucap, menatap penasaran Halsy yang khawatir.


            “Ya, aku yang paling tau risikonya, rasa kesakitan yang menembus batasan otak.” Halsy memberikan senyuman yakin, menatap Shina yang didiami malaikat.


            “Tidak, jangan berani bergerak!! Diam di tempatmu sekarang!!” Angela berteriak ketakutan, memberikan lirikan kemurkaan pada Halsy. Menunjuk sang kekasih dengan tangan kiri yang bergemetar. Tangan kanannya sedang sibuk, menahan kekuatan Lisienata.


            Halsy tak menuruti perkataan Angela, dia hanya memberikan senyuman kecil, tertawa kecil melihat Angela yang seperti itu.


            “Ha-Halsy, dengarkan aku!! Biar aku yang mengurus anak ini! Tak mau lagi, takkan mau lagi aku melihatmu menderita. Kumohon, jangan lakukan ini!” kali ini ekspresi wajah Angela terlihat ketakutan. Bahkan memerah, terlihat ingin mengeluarkan air mata.


            “Aku tak menderita, Angela. Aku melakukan ini karena keinginanku sendiri. Kumohon biarkan aku membantumu, membantu teman-temanku.” Halsy berucap, memberikan senyuman kecil menutup mata.


            “Aku tak menyukai ini juga, Halsy! Kenapa harus kau lagi yang melakukan ini? Berkorban untuk anak lelaki ini, untuk dunia ini!?” tanya Salbina, memberikan lirikan pada sang sahabat. Berisi kekesalan yang amat dalam.


            “Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, tapi maaf. Aku akan tetap melakukan ini. Jangan salah paham, aku melakukan ini untuk kepentinganku sendiri, ini hanya keegoisanku.” Halsy memasang wajah serius, berjalan mendekati Engelina. Membuat wajah Engelina khawatir. Angelina dan Elena yang berada dalam satu tubuh itu benar-benar khawatir meliriknya.


            “Kau yakin menginginkan ini?” tanya Engelina, mengangkat tangan kanannya yang gemetar. Tangan kirinya sibuk seperti Angela, menyegel kekuatan besar Lisienata.


            “Ya ...!” Halsy berucap tinggi, menganggukkan kepala cepat, menjawab pertanyaan Engelina dengan keyakinan. Membuat sekitarnya berwajah khawatir meliriknya, termasuk dua malaikat yang kini berdiam diri dalam tubuh Shina.


            Tak lama, Engelina sudah mengangkat tangan kanannya, mengarah pada Halsy yang menutup mata. Tangan kanan Engelina tak pernah berhenti gemetar, bersiap mengeluarkan sinar seperti di masa lalu. Sinar berwarna putih keabu-abuan yang memberikan rasa sakit mengerikan dalam kepala penerimanya. Sinar yang membantu Halsy untuk menembus batasan otaknya, mencapai tingkatan tertinggi dalam ilmu kinesis.


            Kesakitan mengerikan menjalar ke seluruh tubuh, merambat ke otak sebagai puncaknya. Wanita berharga itu terjatuh, menutup mata serapat-rapatnya. Tak berteriak, hanya menggigit bibir bawah hingga berdarah. Tubuhnya bergemetar, aura penderitaan benar-benar menyelimuti tubuhnya. Membuat Angela dan sekitarnya menutup mata, menundukkan kepala. Tak kuat menatap dia yang berharga seperti itu.


            Tak lama, setelah Halsy mencapai kemampuan Kinesisnya. Tanpa beristirahat sedikitpun, dia lekas mengangkat kedua tangan, berniat mengambil ilmu kinesis Lisienata sepenuhnya.


            “Tu-tunggu dulu!! Jika kau mengambil semuanya, justru kau lah yang akan menderita. Terus berbaring di kasurmu dengan ajal yang semakin dekat!!” Salbina berwajah ketakutan, menatap tajam Halsy Aeldra.


            “Aku tau, maka dari itu aku meminta Elena sebelumnya. Aku sadar diri, jika setelah mengambil kekuatannya, kehidupanku akan terkikis –“


            “Gunakan tubuhku juga!!” Zaxia berteriak, terlihat berdiri dengan bantuan dinding di samping. Membuat sekitarnya berwajah khawatir dan terkejut.


            “Ti-tidak, ini tugasku! Ka-kamu istirahat saja Zaxia –“


            “Halsy!!” Angela berteriak sangat marah, memberikan lirikan amat tajam. Membuat Halsy terdiam, ketakutan untuk kedua kalinya.


            “Kumohon, jangan seperti ini. Jangan lakukan ini, kau masih memiliki Lapis. Dia Putrimu, putri kita, dia masih membutuhkanmu ....” Angela menundukkan kepala, menangis seolah ketakutan.


            Halsy menurunkan pandangan, berwajah khawatir mengalihkan pandangan dari Angela.


            “Ba-baiklah, Zaxia pegang punggungku. Kita bagi dua kekuatannya. Setengah di tubuhku, setengah di tubuhmu.” Halsy berwajah khawatir, mulai mengangkat kedua tangannya ke arah Lisienata. Matanya memerah, efek samping dari sebelumnya.


            Cahaya berwarna biru muda mulai keluar dari tubuh Lisienata, bergerak cepat seperti dihisap oleh Halsy. Halsy mulai menutup mata amat rapat, berkonsentrasi keras. Zaxia melebarkan mata, terlihat sangat terkejut. Itu pertama kali baginya merasakan bagaimana rasanya mengambil kekuatan kinesis orang lain.


            Terasa menyakitkan bagai dikoyak oleh jutaan pedang di seluruh tubuhnya. Membuat otaknya bergemetar, serasa hampir lepas dari kepala.


            Lebih dari lima menit, Halsy dan Zaxia seperti itu. Pada saat menit ke delapan, Halsy mulai berucap, memberikan senyuman khawatir pada sahabatnya.


            “Sudah cukup Zaxia, kau sudah mengambil setengahnya, sekarang giliranku .... Kau bisa melepas punggungku.”


            Zaxia tetap diam, tak mengikuti permintaan Halsy. Kedua tangannya semakin bergemetar, matanya memerah dengan kantung mata terlihat jelas, darah mulai menetes di sisi bibirnya. Dia memberikan senyuman lebar penuh semangat menatap Halsy Aeldra.


            “Ak-aku masih kuat ...,” ucapan Zaxia yang pelan itu membuat tubuh Halsy bergemetar, menatap ketakutan Zaxia. Tak lama dia lekas berteriak.

            “Lepaskan aku sekarang!! Lepaskan! Lepaskan!!” Halsy benar-benar terlihat tak tahan melihat sahabatnya yang seperti itu. Menangis menggoyang-goyangkan tubuh agar kedua tangan Zaxia terlepas dari punggungnya.


            Zaxia tetap diam, menutup mata amat erat. Mengeluarkan tangisan penuh kesedihan. Bukan karena rasa sakit, tapi mengingat akan perjuangan Halsy. Berpikir betapa mengagumkannya wanita di depannya yang sudah merasakan penderitaan ini berkali-kali lipat darinya. Hanya untuk melindungi dunia.


            “ZAXIA!!” Halsy berteriak dengan nada tingginya, menangis menutup matanya amat rapat.


            “De-de-dengar Halsy, pegorbananku tak seberapa dengan apa yang kau lakukan. Se-selain itu, akulah ibu anak ini. Biarkan aku berkorban untukny– Uhuk uhuk!!” Zaxia lekas tersungkur jatuh ke belakang, tanpa sadar, batuk mengerikan hingga mengeluarkan darah kental. Pandangannya rabun, tubuhnya terasa lemas sulit untuk digerakkan.


            Kesakitan itu mulai menjalar pada Halsy, giliran Halsy yang mendapatkan kekuatan Lisienata. Dia tersenyum bahagia, meski mendapatkan rasa sakit yang mengerikan. Tapi itu tak apa, asal sahabatnya bisa terlepas.


            Zaxia benar-benar berusaha kembali untuk bangkit, berniat menyentuh punggung Halsy, akan tetapi.


            Shina sudah menjadi manusia biasa, telah menyelesaikan tindakannya untuk menyegel kekuatan dewa dalam tubuh Lisienata. Dia menahan Zaxia untuk menyentuh punggung Halsy. Engelina juga terlihat menyelesaikan tugasnya, ikut menahan Zaxia yang ingin meraih punggung Halsy.


            “Ku-kumohon tahan dia, Shina, Engelina ....” Halsy menutup mata amat rapat, menahan rasa sakit yang menyelimuti tubuhnya. Salbina dan Angela berwajah khawatir ketakutan meliriknya. Khususnya Angela.


            Bersamaan Angela dan Salbina menyelesaikan tugasnya, Halsy juga telah selesai. Dia terjatuh ke belakang dengan keringat dingin yang mengucur hebat.


            Angela lekas berlari mendekatinya, menangkap dia yang terjatuh ke belakang. Memberikan tatapan prihatin pada dia yang berharga.


            Halsy mengangkat tangan kanannya, bukan untuk Angela tapi pada Zaxia. Dia menangis dengan pandangannya yang lelah, berucap dengan nada suaranya yang lemah.


            “Di-dia hampir mengambil semuanya. Dia mengambil 80% kekuatannya. Ma-maaf, aku tak bisa menghentikannya. Ma-maafkan aku, Zaxia ....” Halsy tak sadarkan diri, kelelahan. Kantung mata terlihat di bawah matanya. Angela semakin memeluk tubuhnya, amat sangat erat, mencium rambunya. Sedikit meneteskan air mata karena ketidakberdayaanya, membuat sang kekasih mendapatkan penderitaanya lagi.


            Zaxia berbaring pada dinding, berucap dengan suara yang lemah.


            “Li-lihat, bagaimana jika Halsy mengambil semuanya. Hanya dengan persentase kecil saja dia sudah terlihat seperti itu. Takkan kubiarkan wanita sepertimu terus menderita, Halsy ....” Zaxia tertawa kecil, menutup mata amat rapat. Menahan kesakitan karena organ tubuhnya banyak yang hancur.


            “Zaxia, kau terlalu berlebihan ....” Salbina memasang wajah prihatin pada Zaxia. Zaxia memberikan senyuman kecil, berucap dengan nada ringan.


            “Ini tanggung jawabku sebagai seorang ibu. Dia anakku, biar aku yang menanggung semuanya ....” Zaxia ikut tak sadarkan diri, kelelahan karena lukanya.


            Keheningan merangkul mereka setelah Zaxia tak sadarkan diri. Salbina dan Engelina berwajah khawatir menatapnya.


            “Se-sekarang bagaimana?” Shina bertanya, melirik khawatir Zaxia.


            “Kemungkinan besar Zaxia tak ingin melibatkan kita dalam mengurus anak ini. Tapi biar aku yang memantau dan menjaga mereka berdua.” Salbina menutup mata, melirik Lisienata.


            “Aku akan membawa Halsy pulang. Kumohon jangan libatkan dia lagi,” Angela berdiri sambil menggendong kekasihnya. Menatap sang kekasih yang tak sadarkan diri.


            “Aku ingin pulang kembali ke benua sebrang, masih ada yang harus kulakukan,” senyum kecil Engelina, menghilang bersama dengan gerbang dimensinya.


           
***
             

1 comment:

  1. jadi sedih ngeliat pengorbanan zaxia demi lisienata,lanjut terus kak lullaby semangat ya !

    ReplyDelete