Title: Iris Dragon 2
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter X
Pengorbanan
Chapter X
Pengorbanan
Tahun 13, penanggalan
tahun iblis. Tahun Lisienata mendapatkan penderitaan berat dalam hidupnya.
Lebih tepatnya, tahun saat dia mendapatkan segel dari orang-orang terkuat di
dunia. Kilas balik akan pengorbanan Halsy dan Zaxia.
“Maaf
maaf maaf, maafkan aku ....”
Halsy masih memeluk kepala Zaxia,
menangis mengeluarkan air mata. Tapi kesedihannya itu dihancurkan oleh
teriakkan Salbina yang terlihat ketakutan.
“Ga-gawat!! Ka-kalian terlalu
keras!!” teriak Salbina menatap Shina dan Engelina.
“Benar yang dikatan Salbina, kalian
terlalu memberikan pengaruh kuat!!” Angela terlihat sangat marah menatap Shina
dan Engelina.
“HAH!?
Kita memang harus keras jika ingin menyegel kekuatan mahluk sepertinya!!” teriak kesal Elena yang berada dalam tubuh
Engelina. Engelina juga tak membantah pendapat iblis dalam tubuhnya.
“Diterima,
pendapat dari putri Gehena. Kita tidak bisa menahan kekuatan kita untuk
menyegel kekuatannya.” Archangel Michael dalam tubuh Shina berucap,
menggema di sekitar.
“Hal
yang buruk akan terjadi jika kita menahan batasan kekuatannya. Kemungkinan
terbesar, tubuh anak ini hancur. Jiwa dan kekuatannya keluar, mencari pengganti
jasad baru.” Archangel Gabriel berucap dari dalam tubuh Shina, sama menggemanya,
tapi dengan nada suara yang lebih lembut.
“Tapi jika dibiarkan seperti ini, beberapa
organ dalam anak ini akan hancur!! Kemungkinan dia bisa terus berbaring di sisa
hidupnya!!” kesal Salbina, menatap tajam sekitarnya.
“Kami tahu hal ini, meski dia
mengemban kekuatan sang dewa, dia tetaplah anak-anak. Tubuhnya takkan kuat
menerima gelombang kejut saat kekuatan itu dipaksa untuk terkurung.” Engelina berwajah khawatir, melirik Salbina.
Mendengar hal itu, Halsy lekas
membaringkan tubuh Zaxia ke dinding, beranjak dari posisi duduknya, mulai
berdiri menatap ketakutan Elena. Berucap hingga menggemparkan hati semua orang
yang mendengarnya.
“La-lakukan itu lagi, Elena! Biar
aku yang mengambil sebagian kekuatanny –“
“JANGAN BERCANDA!! Takkan kubiarkan
kau melakukan itu lagi!!” Angela berteriak sangat marah, memotong perkataan
Halsy. Membuat tubuh wanita itu bergemetar, terkejut ketakutan.
“Aku juga amat sangat tak setuju
dengan hal ini, Halsy! Kau tak perlu lagi –“ Salbina membenarkan perkataan
Angela, memberikan lirikan ketakutan pada sahabatnya.
“Tapi hanya aku yang bisa.
Setidaknya, aku ingin dia, anak ini mendapatkan kehidupan seperti anak lainnya.
Mau dilihat dari manapun, dia tetaplah anak-anak, membutuhkan perhatian kita
selaku orang dewasa. Aku ingin menolongnya, melindunginy –“
“Sadarkah
kau, Halsy Aeldra? Perkatanmu tadi seperti meminta kembali Elena untuk
mengulang lagi malapetaka yang menimpamu di umur 5 tahun.” Salah satu
malaikat berucap, menatap penasaran Halsy yang khawatir.
“Ya, aku yang paling tau risikonya,
rasa kesakitan yang menembus batasan otak.” Halsy memberikan senyuman yakin,
menatap Shina yang didiami malaikat.
“Tidak, jangan berani bergerak!!
Diam di tempatmu sekarang!!” Angela berteriak ketakutan, memberikan lirikan
kemurkaan pada Halsy. Menunjuk sang kekasih dengan tangan kiri yang bergemetar.
Tangan kanannya sedang sibuk, menahan kekuatan Lisienata.
Halsy tak menuruti perkataan Angela,
dia hanya memberikan senyuman kecil, tertawa kecil melihat Angela yang seperti
itu.
“Ha-Halsy, dengarkan aku!! Biar aku
yang mengurus anak ini! Tak mau lagi, takkan mau lagi aku melihatmu menderita.
Kumohon, jangan lakukan ini!” kali ini ekspresi wajah Angela terlihat
ketakutan. Bahkan memerah, terlihat ingin mengeluarkan air mata.
“Aku tak menderita, Angela. Aku
melakukan ini karena keinginanku sendiri. Kumohon biarkan aku membantumu,
membantu teman-temanku.” Halsy berucap, memberikan senyuman kecil menutup mata.
“Aku tak menyukai ini juga, Halsy!
Kenapa harus kau lagi yang melakukan ini? Berkorban untuk anak lelaki ini,
untuk dunia ini!?” tanya Salbina, memberikan lirikan pada sang sahabat. Berisi
kekesalan yang amat dalam.
“Terima kasih sudah
mengkhawatirkanku, tapi maaf. Aku akan tetap melakukan ini. Jangan salah paham,
aku melakukan ini untuk kepentinganku sendiri, ini hanya keegoisanku.” Halsy
memasang wajah serius, berjalan mendekati Engelina. Membuat wajah Engelina
khawatir. Angelina dan Elena yang berada dalam satu tubuh itu benar-benar
khawatir meliriknya.
“Kau yakin menginginkan ini?” tanya
Engelina, mengangkat tangan kanannya yang gemetar. Tangan kirinya sibuk seperti
Angela, menyegel kekuatan besar Lisienata.
“Ya ...!” Halsy berucap tinggi,
menganggukkan kepala cepat, menjawab pertanyaan Engelina dengan keyakinan.
Membuat sekitarnya berwajah khawatir meliriknya, termasuk dua malaikat yang
kini berdiam diri dalam tubuh Shina.
Tak lama, Engelina sudah mengangkat
tangan kanannya, mengarah pada Halsy yang menutup mata. Tangan kanan Engelina
tak pernah berhenti gemetar, bersiap mengeluarkan sinar seperti di masa lalu.
Sinar berwarna putih keabu-abuan yang memberikan rasa sakit mengerikan dalam
kepala penerimanya. Sinar yang membantu Halsy untuk menembus batasan otaknya,
mencapai tingkatan tertinggi dalam ilmu kinesis.
Kesakitan mengerikan menjalar ke
seluruh tubuh, merambat ke otak sebagai puncaknya. Wanita berharga itu
terjatuh, menutup mata serapat-rapatnya. Tak berteriak, hanya menggigit bibir
bawah hingga berdarah. Tubuhnya bergemetar, aura penderitaan benar-benar
menyelimuti tubuhnya. Membuat Angela dan sekitarnya menutup mata, menundukkan
kepala. Tak kuat menatap dia yang berharga seperti itu.
Tak lama, setelah Halsy mencapai
kemampuan Kinesisnya. Tanpa beristirahat sedikitpun, dia lekas mengangkat kedua
tangan, berniat mengambil ilmu kinesis Lisienata sepenuhnya.
“Tu-tunggu dulu!! Jika kau mengambil
semuanya, justru kau lah yang akan menderita. Terus berbaring di kasurmu dengan
ajal yang semakin dekat!!” Salbina berwajah ketakutan, menatap tajam Halsy
Aeldra.
“Aku tau, maka dari itu aku meminta
Elena sebelumnya. Aku sadar diri, jika setelah mengambil kekuatannya,
kehidupanku akan terkikis –“
“Gunakan tubuhku juga!!” Zaxia
berteriak, terlihat berdiri dengan bantuan dinding di samping. Membuat
sekitarnya berwajah khawatir dan terkejut.
“Ti-tidak, ini tugasku! Ka-kamu
istirahat saja Zaxia –“
“Halsy!!” Angela berteriak sangat
marah, memberikan lirikan amat tajam. Membuat Halsy terdiam, ketakutan untuk
kedua kalinya.
“Kumohon, jangan seperti ini. Jangan
lakukan ini, kau masih memiliki Lapis. Dia Putrimu, putri kita, dia masih
membutuhkanmu ....” Angela menundukkan kepala, menangis seolah ketakutan.
Halsy menurunkan pandangan, berwajah
khawatir mengalihkan pandangan dari Angela.
“Ba-baiklah, Zaxia pegang
punggungku. Kita bagi dua kekuatannya. Setengah di tubuhku, setengah di
tubuhmu.” Halsy berwajah khawatir, mulai mengangkat kedua tangannya ke arah
Lisienata. Matanya memerah, efek samping dari sebelumnya.
Cahaya berwarna biru muda mulai
keluar dari tubuh Lisienata, bergerak cepat seperti dihisap oleh Halsy. Halsy
mulai menutup mata amat rapat, berkonsentrasi keras. Zaxia melebarkan mata,
terlihat sangat terkejut. Itu pertama kali baginya merasakan bagaimana rasanya
mengambil kekuatan kinesis orang lain.
Terasa menyakitkan bagai dikoyak
oleh jutaan pedang di seluruh tubuhnya. Membuat otaknya bergemetar, serasa
hampir lepas dari kepala.
Lebih dari lima menit, Halsy dan
Zaxia seperti itu. Pada saat menit ke delapan, Halsy mulai berucap, memberikan
senyuman khawatir pada sahabatnya.
“Sudah cukup Zaxia, kau sudah
mengambil setengahnya, sekarang giliranku .... Kau bisa melepas punggungku.”
Zaxia tetap diam, tak mengikuti
permintaan Halsy. Kedua tangannya semakin bergemetar, matanya memerah dengan
kantung mata terlihat jelas, darah mulai menetes di sisi bibirnya. Dia
memberikan senyuman lebar penuh semangat menatap Halsy Aeldra.
“Ak-aku masih kuat ...,” ucapan
Zaxia yang pelan itu membuat tubuh Halsy bergemetar, menatap ketakutan Zaxia.
Tak lama dia lekas berteriak.
“Lepaskan aku sekarang!! Lepaskan! Lepaskan!!”
Halsy benar-benar terlihat tak tahan melihat sahabatnya yang seperti itu.
Menangis menggoyang-goyangkan tubuh agar kedua tangan Zaxia terlepas dari
punggungnya.
Zaxia tetap diam, menutup mata amat
erat. Mengeluarkan tangisan penuh kesedihan. Bukan karena rasa sakit, tapi
mengingat akan perjuangan Halsy. Berpikir betapa mengagumkannya wanita di
depannya yang sudah merasakan penderitaan ini berkali-kali lipat darinya. Hanya
untuk melindungi dunia.
“ZAXIA!!” Halsy berteriak dengan
nada tingginya, menangis menutup matanya amat rapat.
“De-de-dengar Halsy, pegorbananku
tak seberapa dengan apa yang kau lakukan. Se-selain itu, akulah ibu anak ini.
Biarkan aku berkorban untukny– Uhuk uhuk!!” Zaxia lekas tersungkur jatuh ke
belakang, tanpa sadar, batuk mengerikan hingga mengeluarkan darah kental.
Pandangannya rabun, tubuhnya terasa lemas sulit untuk digerakkan.
Kesakitan itu mulai menjalar pada
Halsy, giliran Halsy yang mendapatkan kekuatan Lisienata. Dia tersenyum
bahagia, meski mendapatkan rasa sakit yang mengerikan. Tapi itu tak apa, asal
sahabatnya bisa terlepas.
Zaxia benar-benar berusaha kembali
untuk bangkit, berniat menyentuh punggung Halsy, akan tetapi.
Shina sudah menjadi manusia biasa,
telah menyelesaikan tindakannya untuk menyegel kekuatan dewa dalam tubuh Lisienata.
Dia menahan Zaxia untuk menyentuh punggung Halsy. Engelina juga terlihat
menyelesaikan tugasnya, ikut menahan Zaxia yang ingin meraih punggung Halsy.
“Ku-kumohon tahan dia, Shina,
Engelina ....” Halsy menutup mata amat rapat, menahan rasa sakit yang
menyelimuti tubuhnya. Salbina dan Angela berwajah khawatir ketakutan
meliriknya. Khususnya Angela.
Bersamaan Angela dan Salbina
menyelesaikan tugasnya, Halsy juga telah selesai. Dia terjatuh ke belakang
dengan keringat dingin yang mengucur hebat.
Angela lekas berlari mendekatinya,
menangkap dia yang terjatuh ke belakang. Memberikan tatapan prihatin pada dia
yang berharga.
Halsy mengangkat tangan kanannya,
bukan untuk Angela tapi pada Zaxia. Dia menangis dengan pandangannya yang
lelah, berucap dengan nada suaranya yang lemah.
“Di-dia hampir mengambil semuanya.
Dia mengambil 80% kekuatannya. Ma-maaf, aku tak bisa menghentikannya.
Ma-maafkan aku, Zaxia ....” Halsy tak sadarkan diri, kelelahan. Kantung mata
terlihat di bawah matanya. Angela semakin memeluk tubuhnya, amat sangat erat,
mencium rambunya. Sedikit meneteskan air mata karena ketidakberdayaanya,
membuat sang kekasih mendapatkan penderitaanya lagi.
Zaxia berbaring pada dinding,
berucap dengan suara yang lemah.
“Li-lihat, bagaimana jika Halsy
mengambil semuanya. Hanya dengan persentase kecil saja dia sudah terlihat
seperti itu. Takkan kubiarkan wanita sepertimu terus menderita, Halsy ....”
Zaxia tertawa kecil, menutup mata amat rapat. Menahan kesakitan karena organ
tubuhnya banyak yang hancur.
“Zaxia, kau terlalu berlebihan ....”
Salbina memasang wajah prihatin pada Zaxia. Zaxia memberikan senyuman kecil,
berucap dengan nada ringan.
“Ini tanggung jawabku sebagai
seorang ibu. Dia anakku, biar aku yang menanggung semuanya ....” Zaxia ikut tak
sadarkan diri, kelelahan karena lukanya.
Keheningan merangkul mereka setelah
Zaxia tak sadarkan diri. Salbina dan Engelina berwajah khawatir menatapnya.
“Se-sekarang bagaimana?” Shina
bertanya, melirik khawatir Zaxia.
“Kemungkinan besar Zaxia tak ingin
melibatkan kita dalam mengurus anak ini. Tapi biar aku yang memantau dan
menjaga mereka berdua.” Salbina menutup mata, melirik Lisienata.
“Aku akan membawa Halsy pulang.
Kumohon jangan libatkan dia lagi,” Angela berdiri sambil menggendong
kekasihnya. Menatap sang kekasih yang tak sadarkan diri.
“Aku ingin pulang kembali ke benua
sebrang, masih ada yang harus kulakukan,” senyum kecil Engelina, menghilang
bersama dengan gerbang dimensinya.
***
jadi sedih ngeliat pengorbanan zaxia demi lisienata,lanjut terus kak lullaby semangat ya !
ReplyDelete