Title: Iris Dragon
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter XIII
Chapter XIII
Perpisahan
Matahari bersinar
terang dengan langit berwarna biru seperti bola mata Putri Alyshial. Hari yang
cocok untuk melakukan ujian kecocokan tingkat.
Beberapa siswa terpilih, terlihat
duduk di kursi undangan. Memakai pakaian tempur, berwajah gugup menunggu
giliran masing-masing. Aeldra salah satunya, dia Kineser yang tidak diketahui
tingkatannya.
Alyshial dan yang lainnya tidak duduk
di sana. Mereka duduk menonton jalannya ujian kecocokkan dari kursi penonton.
Ya
hampir semua siswa berada di sana, penasaran akan tingkatan dari lelaki yang
dijuluki terkuat. Terkecuali Lapis.
Ujian kenaikan tingkat pada dasarnya
diperuntukan untuk para Kineser yang belum terindetifikasi atau terdaftar dalam
database pusat.
Maksud
dari terindetifikasi di sini adalah, Kineser yang dikatakan tingkat dua belum
tentu masih tingkat dua setelah beberapa tahun terlewat.
Hal
yang paling jelas untuk mengetahui kemampuan berkembang adalah dari cooldown
skill dan jumlah alternatif yang mereka gunakan. Maka dari itulah, tes
kecocokkan ini dilakukan.
Hanya
seorang siswa yang sangat berwajah khawatir, bergemetar kebingungan akan
kondisi di hadapannya. Itu Aeldra.
Tak
aneh, dia tak memiliki ilmu Kinesis apapun. Dia sungguh berpikir keras,
bagaimana caranya untuk keluar dari masalah saat ini.
Ketika
dirinya berdiri, kebingungan karena disuruh mengeluarkan kemampuannya oleh
penguji. Seketika muncul Lapis di sana, berteriak menghentikan jalannya ujian.
Dia
berjalan cepat, meminta para guru untuk tak melakukan tes kecocokkan pada
Aeldra.
Aeldra
tersenyum lebar, bahagia wajahnya. Berbeda dengan Lapis yang sedikit
mengkerutkan dahi ke atas. Menaruh prihatin.
“Dia
bukan Kineser!! Kalian tak akan mendapatkan hasil apapun darinya yang hanya
manusia biasa!!” Bukan untuk membantunya keluar dari masalah. Dia malah
membocorkan semuanya, akan fakta dari Aeldra yang bukanlah Kineser.
Para
guru dan murid sontak dibuat terkejut oleh pernyataan Lapis. Tak terkecuali
bagi Shina yang berdiri, melebarkan mata pada Lapis yang berjalan mendekati
arena, tempat Aeldra berdiri.
“Ap-apa
yang kau katakan, Putri! Aku juga seorang –“ Aeldra membiru, berwajah khawatir
cukup ketakutan.
“Maafkan
aku! Setelah kejadian di pantai itu aku semakin sadar. Garis depan terlalu
berbahaya untukmu. Kau memang kuat, dalam hal fisik. Tapi lawanmu nanti
bukanlah manusia, aku harap –“
Aeldra
sungguh berwajah khawatir, menurunkan pandangan. Kedua tangannya bergemetar.
Hanya satu kalimat yang ada dalam pikirannya. “Hanya sampai di sini, kah?”
“Tunggu,
Putri Lapis. Darimana kau mengetahu –“ Seorang guru penguji berjalan mendekat,
memasuki pembicaraan.
“Kau
meragukan intuisiku? Aku bisa mengetahui, mana yang seorang Kineser dan bukan.
Aku bisa mengetahui mana yang lemah dan kuat.”
“Assasins, itu kah kau, Aeldra?” Shina
sedikit marah, menatap tajam Aeldra. Aeldra tetap menurunkan pandangan, tak
berani menjawab Shina yang berjalan cepat mendekatinya.
Selenia
dan Alyshial juga memasuki lapangan, berjalan di belakang. Berwajah khawatir.
“Tap-tapi
dialah yang membunuh Goblin itu? Yang menyelamatkan Putri Seleni –“ Penguji
berpikir, menyentuh dagu.
“Maaf,
tapi sebenarnya itu perbuatanku,” Hardy langsung muncul di belakang sang guru.
Sontak ketegangan menyebar, menatap ketakutan Hardy. Beberapa ada yang bersiaga
untuk bertarung.
“Jangan
serang lelaki bodoh ini. Ini permintaan dari ibu.” Lapis berucap, melirik kakak
lelaki di sampingnya.
“Astaga, sekarang aku jadi mengerti
rencanamu, Hardy. Kau yang menghasut Lapis untuk membongkar identitasku,”
batin Aeldra melirik sinis Hardy. Hardy hanya tersenyum khawatir menutup mata,
tak berani membalas lirikan.
“Katakan
Aeldra!! Apa itu benar!? Jika kau bukanlah Kineser melainkan –“
“Ya,
aku seorang Assasin. Kaum dari manusia biasa yang dilatih untuk membunuh
seorang Kineser.” Aeldra menutup mata, mengutarakan pernyataan pahitnya.
Menjawab pertanyaan Shina.
Selenia
menutup mulut dengan kedua tangan. Hampir menitiskan air mata, mengetahui fakta
jika Aeldra berada di pihak yang
berbeda.
Assasins
adalah sebutan manusia normal yang memberontak di masa ini. Mungkin itu
anggapan semua Kineser terhadap mereka.
Namun
faktanya, Asassins hanyalah orang-orang biasa yang mempelajari ilmu bela diri
khusus, sesuai dengan karakteristik tubuh dan sifatnya. Mereka hanya manusia
biasa yang berusaha beradaptasi dengan dunia saat ini.
“Aku
benar-benar terkejut, benar-benar tak mempercayainya.” Shina sangat marah, suhu
disekitarnya menaik karena kemampuannya.
“Ka-kau
menipuku? Mengkhianati kepercayaanku dan pertemanan kita! Merendahkan harga
diriku untuk kesekian kalinya!!” Alyshial juga terlihat sangat marah.
Memberikan tatapan tajam, begitu menyayat hati.
“Sekarang katakan padaku! Apa tujuanmu
memasuki sekolah in –“ Lapis berdiri tepat di hadapannya, memberikan tatapan
khawatir pada Aeldra.
“Tunggu
dulu, Kak Lapis!! Aku yang bersalah, Aeldra saat itu mengatakan jika dirinya
bukan Kineser, tapi aku –“
“Diamlah,
Nia. Ini urusanku dengannya.”
“....”
Aeldra diam, memalingkan wajah dari Lapis. Saat itu juga dia melihat tatapan
para siswa yang marah padanya, saling berbisik tak menyukai dirinya. Mereka
menatap sinis Aeldra setelah mengetahui jika lelaki pemilik luka bakar itu adalah
seorang Assasins.
“Jika
kau berkata ingin mengikuti pertempuran garis depan, aku takkan pernah
membiarkanmu untuk melakukan hal itu!! Takkan pernah, tak mau lagi aku
melihatmu seperti itu!” Lapis memberikan tatapan kemarahan. Menatap tajam
Aeldra.
Kini
perhatian semua siswa tidak tertuju pada Aeldra saja, tapi kini pada Lapis
juga. Mereka benar-benar penasaran mendengar arah pembicaraan Lapis yang mulai
melenceng.
Hardy
hanya tersenyum khawatir, berjalan mundur dan bergumam dalam hatinya. “Aku harap Ibu dan Nyonya Salbina ada di sini
sekarang ....”
“Aku
kuat. Maka dari itu, aku yang akan melindungimu sekarang! Kau tak perlu maju,
tak–“
“Astaga,
sungguh menyedihkan lelaki sepertiku ini. Dilindungi oleh seorang gadis, bahkan
gadis itu seorang tuan put –“
“Berhentilah
keras kepala, Hendra!! Kau tak pernah berubah akan hal ini!”
“Aku
yang tak pernah berubah? Kupikir itu milikmu, Lapis. Memang benar sekarang kau
lebih pendiam, tapi sifat aslimu itu masih tetap saja ada. Keras kepala, tak
ingin mendengarkan perkataan orang lain. Menganggap jika apa yang kau pikirkan
adalah yang terbaik.” Aeldra menutup mata, tersenyum khawatir.
“....”
Lapis terdiam memberikan tatapan tajam pada Aeldra. Bergemetar mendengar
perkataanya.
“Aku
membenci kebaikanmu yang seperti Ibu,” lanjutnya
“Kau
terlalu berlebihan, menyamakan kebaikanku dengan Sang Demigod.”
Suasana
terasa hening setelah perkataan terakhir Aeldra. Seluruh siswa dan guru masih
memberikan tatapan penasaran akan hubungan keduanya.
“Ap-apa
hubungan mereka?” Shina berjalan mendekat, berbisik khawatir pada Hardy.
“Sama
seperti kita, Bride – Elect,” bisik
Hardy membalas.
“....!!”
Shina melebarkan mata, terkejut menutup mulut. Amarahnya seorang lenyap mengtahui
hubungan Aeldra dengan Lapis. Jawaban Hardy itu benar-benar sebuat kejutan
besar bagi Shina.
“Tapi
Reeslevia, tolong jangan bocorkan hal ini. Ini permintaan langsung dari ibuku.”
“Y-ya
....”
“Jadi
katakan, apa tujuanmu memasuki sekolah ini?! Kau bisa saja keras kepala menolak
permintaan Nia!” Lapis kembali bertanya, menimbulkan suasana tegang kembali.
“Aku
juga ingin mengetahuinya.” Alyshial yang masih marah berjalan mendekat, menatap
tajam Aeldra.
“Bukankah
sudah jelas? Alasan manusia biasa memasuki sekolah ini. Sudah pasti itu karena
..., uang.”
Seluruh siswa dan guru terkejut
mendengar ucapan Aeldra, termasuk Lapis. Hanya satu orang yang tak terkejut,
berwajah khawatir melirik Alyshial yang memberikan pertanyaan pada Aeldra.
“Aku
tak yakin hanya itu saja, Aeldra ....”
***
Fakta
Aeldra bukan seorang Kineser benar-benar sudah tersebar luar di penjuru
sekolah. Bukan hal yang aneh dia akan mendapatkan Drop Out karena hal ini, tapi
karena permintaan Putri Lapis sendiri. Drop Out untuk Aeldra akan diundur
sampai akhir kenaikan kelas.
Fakta
Aeldra yang seorang Assasins juga sudah diketahui para siswa dan guru. Dia
semakin dijauhi, terasingkan oleh sekitarnya.
Teman-temannya
juga seperti Haikal dan yang lainnya ikut menjaga jarak. Tak mempercayai dia
yang sudah mengkhianati kepercayaan.
Assasins
sudah dianggap sebagai pemberontak oleh dunia. Jumlah mereka tidak lebih dari
10 orang, dan Aeldra adalah salah satu dari 10 orang itu.
Ada
satu orang yang merasa bersalah karena kejadian dua hari yang lalu. Lapis, dia
tak menyangka jika Aeldra akan didiskriminasi seperti itu. Tak menyangka jika
Aeldra akan mengakui dirinya sendiri sebagai asassins. Tindakannya itu sama
saja dengan menyuruh seluruh ruang lingkup sekolah untuk membenci dirinya.
Putri
Alyshial terlihat benar-benar kecewa terhadap Aeldra. Dia selain Selenia lah
yang menaruh kagum dan hormat pada Aeldra. Hatinya terasa sakit, hancur
mendengar Aeldra yang dianggap bagian dari pemberontakan.
Aeldra
tak peduli dengan sekitarnya, tak berwajah sedih bahkan menangis akan perlakuan
sekitar. Sudah terbiasa. Bagaimanapun juga, lelaki pemilik luka bakar itu
mantan seorang anak pinggiran. Mentalnya sudah sangat kuat.
Setiap
ada beberapa siswa yang ingin melakukan penindasan padanya, Aeldra selalu balik
melawan, memberikan ancaman mengerikan. Membuat dia semakin dibenci segalanya.
Padahal dia hanya mempertahankan diri, tak bersalah.
Hanya
Selenia yang selalu mengamati Aeldra dari kejauhan. Dia juga merasa bersalah
karena dulu memaksa Aeldra memasuki sekolah itu.
Akhir
minggu, paska insiden terbongkarnya rahasia Aeldra. Jam istirahat, di atap gedung
bangunan kelasnya. Aeldra berbaring di atas kursi kayu yang panjang, terlihat
kuat dan kokoh. Berwarna coklat kehitaman.
“Baiklah,
sekarang apa yang kau inginkan, Hardy?”
Lelaki
berambut merah muda tiba-tiba muncul dari gerbang dimensi, tersenyum sedih
menurunkan pandangan.
“Sungguh,
aku tak tahu kenapa bisa menjadi seperti ini. Aku hanya ingin kau berhenti dari
sekolah, keluar dan lekas menyelesaikan tug –“
“Aku
sendiri yang mengatakan jika aku Assasins. Berhenti meminta maaf seperti itu,
katakan saja apa alasan kau menghasut Lapis untuk membongkar rahasiaku.”
“Kita
tak punya banyak waktu lagi, Aeldra. Nyonya Salbina dan Engelina sudah gugur.
Mahluk itu yang melakukannya ...,”pelan Hardy menurunkan pandangan.
“...!!”
Aeldra membuka mata lebar-lebar, terkejut melirik Hardy. Tubuhnya bergemetar,
bereaksi mendengar kenyataan pahit dari mulut Hardy.
“Nyonya
Salbina dan Angelina? Tak mungkin, aku tak mempercayainya ....” Aeldra duduk,
menyatukan kedua tangan. Tubuhanya bergemetar, terus gemetar. Berwajah sedih,
menyipitkan mata hampir menangis.
Hardy
cukup terkejut melihat wajah Aeldra. Penasaran dan kebingungan melihatnya
seperti itu.
“Tapi
ini kenyataan –“
“Wanita
bodoh itu ...!! “ Aeldra menggeram, menundukkan kepala. Sekitarnya terasa
berat, membuat Hardy berjalan mundur. Membiru ketakutan.
Burung-burung
berterbangan, langit langsung menggelap. Perasaan tak mengenakkan langsung
menyebar menghinggapi seluruh penghuni Benua Dealendra. Termasuk Halsy sendiri.
Sang pahlawan berwajah sedih, memegang dada melihat jendela. “Lisienata ....”
Kembali
ke tempat Aeldra dan Hardy. Lelaki berambut merah muda masih bergemetar,
menatap Aeldra.
“Bagaimana
dengan ibumu?” Aeldra bertanya, menundukkan kepala.
“Saat
ini dia baik-baik saja. Tapi suatu saat nanti, dia juga akan didatangi mahluk
it –“
“Lindungi
dia dengan nyawamu!”
“Ku-kukira
kau membenciny –“
“Tak
peduli dia pernah menganggapku senjata, benda, dan mahluk tak berharga. Tapi
wanita itu juga salah satu orang yang membiarkan aku hidup, sama seperti Nyonya
Salbina dan Angelina.”
“Ba-baiklah.
Lalu soal mahluk itu?”
“Akhir
tahun ini, setelah peringatan pemakaman beliau.
Aku akan meninggalkan sekolah, memburu mahluk itu.”
“Bai-baiklah.”
“Satu
hal lagi ...,” Aeldra mengeluarkan tiga batu berwarna hitam keunguan dari
sakunya. Memberikan tiga batu itu pada Hardy.
“Berikan
ini pada mereka. Jika kau yang melakukannya,
mereka takkan menolak.” Hardy menerima batu itu, berwajah sedih.
“Ap-apa
ini benar tak apa untukmu?”
“Apanya
yang tak apa?” Aeldra mulai berdiri, berjalan memasuki pintu bangunan.
“Ini
terlalu menyedihkan. Kau mengetahui mereka, tapi mereka tak mengetahuimu. Aku yakin
jika masa lalumu itu lebih buruk dari ibuku. Semuanya terlihat jelas, jutaan
pedang yang menusuk hatimu itu, Aeldr–“
“Berhenti
memanggilku dengan nama itu sekarang. Nyonya Salbina telah tiada, aku yang sekarang
ini hanyalah senjata tak berpemilik.”
“...!!”
Hardy terkejut, bergemetar tubuhnya mendengar pernyataan Aeldra. Dia mengkerutkan
alis ke atas, menaruh prihatin amat dalam.
“Ah,
apa kau ingin memberikan nama untukku?” Aeldra tersenyum kecil, menolehkan kepala pada
Hardy, menutup mata sesaat.
“....”
Hardy menundukkan kepala, sedikit menggelengkan kepala.
“Ini
kali keduanya, orang yang memberiku nama pergi meninggalkanku. Ini sudah waktunya, katakan pada ibumu,
batalkan program Bride – Elect untuk kami berdua. Ini demi kebaikannya juga.”
“Ya,
aku mengerti ....” Hardy mengepalkan kedua tangannya sangat erat, bergemetar
hingga menimbulkan luka.
“Lindungi
Lapis dengan nyawamu, Hardy. Dia salah satu wanita berharga dalam hidupku selain
dirinya. “
“Ya,
Lisienata.”
“Aku
lebih senang jika kau tidak memanggilku dengan bahasa peri itu, Hardy.” Aeldra tertawa
kecil, berjalan melewati pintu masuk bangunan.
***
Di waktu bersamaan, jam istirahat
saat Hardy dan Aeldra melakukan perbincangan. Alyshial, Haikal, dan yang
lainnya juga saling berbicara. Berdiskusi akan masalah Aeldra. Bahkan Shina
juga ada di sana, mengikuti kemauan para adik tingkanya.
“Mungkin kita salah paham. Buktinya
dia tidak pernah menyerang kita semu –“
“Tapi Selenia, lelaki itu seorang
Assasins, sudah pasti dia musuh!” kesal Alyshial, menatap Nia.
“Aeldra memang seorang Assansins,
tapi aku jamin dia bukan anggota pemberontak.” Shina berucap, berwajah khawatir
melirik Lapis. Hanya dia saat ini yang mengetahui hubungan Lapis dengan Aeldra.
Lapis tetap diam, tak mengeluarkan
suara. Tak berniat mengatakan apapun pada sekitarnya.
“Setidaknya kita harus mengetahui
latar belakangnya, masa lalu lelaki itu. Setelah itu kita bisa menarik
kesimpulan tentangnya.” Haikal berucap, menatap sekitarnya.
“Menurutku, apa yang dikatakan Haikal
benar.” Annisa berwajah khawatir.
“Aeldra bukan lelaki jahat.” Seica
berwajah sedih menatap lantai.
“Tentang masalah itu. Aku ingin
kalian juga mendengarnya.” Alyshial berwajah cemas. Menimbulkan ketegangan di sekitar.
“Ketahuilah, aku sudah mengakses
database pusat. Tapi tak ada nama lelaki itu, kenyataan bahwa dia siapa
sebenarnya, siapa orang tuanya tak pernah ada,” lanjut Alyshial.
“...!?” Tak hanya semua orang yang
terkejut, tapi Lapis juga dibuat terkejut oleh pernyataan Alyshial.
“Co-coba kau cari dengan nama Hendr –“
khawatir Lapis.
“Tak ada, kemarin aku melakukannya
bersama ibuku. Tapi tak ada nama Hendra yang cocok dengan Aeldra.”
“Tidak mungkin ....” Lapis
bergemetar.
“Putri Lapis, apa kau mengetahui
tentangnya?”
“Tidak terlalu jauh, yang kutau dia
memang anak biasa. Tinggal dipinggiran. Aku bertemunya saat berumur 7 tahun.
Dia seperti teman masa kecilku.”
“Luka bakarnya itu dia dapatkan setelah
menyelamatkanku,” lanjut Lapis merasa bersalah.
“Luka bakarnya itu!? Jadi begitu yah
....” Alyshial sedikit prihatin.
“Astaga, ini malah semakin
membingungkan. Dia sebenarnya musuh atau bukan, kita benar-benar kekurangan
informasi tentangnya,” senyum khawatir Shina.
“Ak-aku bisa melihat ingatan masa
lalunya. Tapi tak berani, itu seperti melihat privasi –“ Selenia berucap pelan,
tapi perkataanya lekas tersanggahkan.
“Lakukan saja, Nia! Asal kau tau,
Aeldra saat ini sudah dianggap sebagai calon penjahat. Dia sudah mendapatkan
tuduhan sebagai teroris. Jika kita bisa melihat masa lalunya, kita bisa yakin
siapa dia sebenarnya.” Alyshial melebarkan senyuman menatap Selenia.
“Aku juga setuju dengan pemikiran
Putri Alyshial.” Rina juga tersenyum bersemangat menatap Selenia.
“Tapi ....” Nia bergemetar, cukup
ketakutan.
“Lakukan itu Nia, demi menyelamatkan
Aeldra juga dari tuduhan.” Lapis juga meminta tolong, menatap adik angkatnya
sedalam mungkin.
“Yaa ....” Nia mengangukkan kepala,
paham dengan kedua tangannya yang tak pernah berhenti gemetar. Cukup ketakutan.
Lalu malam harinya, Nia dengan
bantuan teman-temannya mulai menyelinap, berniat mencari tahu akan masa lalu Aeldra.
Cukup mudah baginya, wanita berambut
hitam itu hanya memegang kepala Aeldra yang tertidur lelap. Aeldra yang
menyadari tindakannya lekas membuka mata, memegang erat tangan Nia yang menyentuh
kepalanya hingga Nia berteriak kesakitan.
“Aww!!”
“Nia ...!?” Aeldra berwajah
khawatir, menatap Nia yang terus melebarkan matanya, kedua kakinya lemas.
Terlambat bagi Aeldra, semua ingatan
tentangnya berhasil Nia dapatkan. Gadis itu tetap mulai duduk di lantai, batuk
tak tertahankan, hampir muntah. Nia menangis ketakutan menatap Aeldra yang
berdiri, memasang wajah datar.
“Kau melihat semuanya ...?”
Nia menggelengkan kepala, tetap
menangis ketakutan. Tubuhnya terus bergemetar, semakin hebat. Berucap gagap,
bertanya pada Aeldra.
“Ka-kau dan Putri Alyshial ...?
Nyonya Salbina, Nyonya Halsy ...!? Penyihir Hitam Engelina?”
“Sudah kuduga,” Aeldra menutup mata,
berucap dalam batinnya. “Skenario
terburuk, aku lengah. Memang sepertinya kulepas saja segel-segel ini.”
“Ke-kenapa harus kau? Ini terlalu
mengerikan ..., kau berada di dekat mereka. Tapi merek –“
“Putri Selenia, aku tak bisa
membunuhmu. Kau gadis yang sangat berharga bagi Putri Lapis. Tapi aku sangat
memohon, jangan katakan ini pada siapapun. Khususnya pada Putri Lapis dan Putri
Alyshial. Khususnya pada keluarga kerajaan ini.” Aeldra mulai menundukkan
kepala sangat dalam, menutup mata rapat.
“TAPI KAU ADALAH–“
“AKU MOHON!!”
“Ke-kenapa ..., ini benar-benar menyedihkan
untukmu. Kau tak bersalah, tapi tak dianggap, tak diinginkan, bahkan sampai direndahkan.”
“Aku takkan mengulang permintaanku tadi.
Aku sangat memohon, aku berjanji akan pergi sekarang. Takkan berada di dekat
kalian lagi.”
“Tidak mau .... Jangan pergi. Kau
tak bersalah! Kau –”
“Terima kasih atas apa yang kau
berikan padaku. Untuk segalanya, aku minta maaf. Kumohon jangan katakan kenyataan
dari apa yang kau lihat dalam masa laluku. Kau hanya memberikan perasaan
bersalah pada mereka.”
“Ta-tapi ....”
“Katakan pada mereka, jika aku
memang seorang pemberontak. Jika aku memang musuh mereka.” Aeldra berjalan
melewati Nia yang tetap menangis menundukkan kepala. Tersedu-sedu, seperti anak
kecil. Lantai basah oleh air matanya.
“Ini perpisahan. Selamat tinggal,
Putri Selenia ....” Aeldra berjalan cepat, membawa foto dan kalung hitam, mirip seperti milik Nia.
Dia meninggalkan kamar, mulai bergumam pelan dalam hatinya.
“Ada
perubahan, aku akan pergi sekarang. Katakan juga pada Halsy Aeldra.”
“Ke-kenapa
tiba-tiba?” suara
Hardy langsung bergema dalam hati Aeldra. Terdengar penasaran.
“Ada
kejadian tak diinginkan. Kumohon awasi Nia, dia sudah mengetahui masa laluku.”
“Be-benarkah
...!?” Hardy terdengar terkejut ketakutan.
“Ya
....”
***
No comments:
Post a Comment