Friday, 9 September 2016

Chapter XIII

Title: Iris Dragon
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Chapter XIII
Perpisahan



            Matahari bersinar terang dengan langit berwarna biru seperti bola mata Putri Alyshial. Hari yang cocok untuk melakukan ujian kecocokan tingkat.


            Beberapa siswa terpilih, terlihat duduk di kursi undangan. Memakai pakaian tempur, berwajah gugup menunggu giliran masing-masing. Aeldra salah satunya, dia Kineser yang tidak diketahui tingkatannya.


            Alyshial dan yang lainnya tidak duduk di sana. Mereka duduk menonton jalannya ujian kecocokkan dari kursi penonton.


Ya hampir semua siswa berada di sana, penasaran akan tingkatan dari lelaki yang dijuluki terkuat. Terkecuali Lapis.


            Ujian kenaikan tingkat pada dasarnya diperuntukan untuk para Kineser yang belum terindetifikasi atau terdaftar dalam database pusat.


Maksud dari terindetifikasi di sini adalah, Kineser yang dikatakan tingkat dua belum tentu masih tingkat dua setelah beberapa tahun terlewat.


Hal yang paling jelas untuk mengetahui kemampuan berkembang adalah dari cooldown skill dan jumlah alternatif yang mereka gunakan. Maka dari itulah, tes kecocokkan ini dilakukan.


Hanya seorang siswa yang sangat berwajah khawatir, bergemetar kebingungan akan kondisi di hadapannya. Itu Aeldra.


Tak aneh, dia tak memiliki ilmu Kinesis apapun. Dia sungguh berpikir keras, bagaimana caranya untuk keluar dari masalah saat ini.


Ketika dirinya berdiri, kebingungan karena disuruh mengeluarkan kemampuannya oleh penguji. Seketika muncul Lapis di sana, berteriak menghentikan jalannya ujian.


Dia berjalan cepat, meminta para guru untuk tak melakukan tes kecocokkan pada Aeldra.


Aeldra tersenyum lebar, bahagia wajahnya. Berbeda dengan Lapis yang sedikit mengkerutkan dahi ke atas. Menaruh prihatin.


“Dia bukan Kineser!! Kalian tak akan mendapatkan hasil apapun darinya yang hanya manusia biasa!!” Bukan untuk membantunya keluar dari masalah. Dia malah membocorkan semuanya, akan fakta dari Aeldra yang bukanlah Kineser.


Para guru dan murid sontak dibuat terkejut oleh pernyataan Lapis. Tak terkecuali bagi Shina yang berdiri, melebarkan mata pada Lapis yang berjalan mendekati arena, tempat Aeldra berdiri.


“Ap-apa yang kau katakan, Putri! Aku juga seorang –“ Aeldra membiru, berwajah khawatir cukup ketakutan.


“Maafkan aku! Setelah kejadian di pantai itu aku semakin sadar. Garis depan terlalu berbahaya untukmu. Kau memang kuat, dalam hal fisik. Tapi lawanmu nanti bukanlah manusia, aku harap –“


Aeldra sungguh berwajah khawatir, menurunkan pandangan. Kedua tangannya bergemetar. Hanya satu kalimat yang ada dalam pikirannya. “Hanya sampai di sini, kah?


“Tunggu, Putri Lapis. Darimana kau mengetahu –“ Seorang guru penguji berjalan mendekat, memasuki pembicaraan.


“Kau meragukan intuisiku? Aku bisa mengetahui, mana yang seorang Kineser dan bukan. Aku bisa mengetahui mana yang lemah dan kuat.”


Assasins, itu kah kau, Aeldra?” Shina sedikit marah, menatap tajam Aeldra. Aeldra tetap menurunkan pandangan, tak berani menjawab Shina yang berjalan cepat mendekatinya.


Selenia dan Alyshial juga memasuki lapangan, berjalan di belakang. Berwajah khawatir.


“Tap-tapi dialah yang membunuh Goblin itu? Yang menyelamatkan Putri Seleni –“ Penguji berpikir, menyentuh dagu.


“Maaf, tapi sebenarnya itu perbuatanku,” Hardy langsung muncul di belakang sang guru. Sontak ketegangan menyebar, menatap ketakutan Hardy. Beberapa ada yang bersiaga untuk bertarung.


“Jangan serang lelaki bodoh ini. Ini permintaan dari ibu.” Lapis berucap, melirik kakak lelaki di sampingnya.


Astaga, sekarang aku jadi mengerti rencanamu, Hardy. Kau yang menghasut Lapis untuk membongkar identitasku,” batin Aeldra melirik sinis Hardy. Hardy hanya tersenyum khawatir menutup mata, tak berani membalas lirikan.


“Katakan Aeldra!! Apa itu benar!? Jika kau bukanlah Kineser melainkan –“


“Ya, aku seorang Assasin. Kaum dari manusia biasa yang dilatih untuk membunuh seorang Kineser.” Aeldra menutup mata, mengutarakan pernyataan pahitnya. Menjawab pertanyaan Shina.


Selenia menutup mulut dengan kedua tangan. Hampir menitiskan air mata, mengetahui fakta jika  Aeldra berada di pihak yang berbeda.


Assasins adalah sebutan manusia normal yang memberontak di masa ini. Mungkin itu anggapan semua Kineser terhadap mereka.


Namun faktanya, Asassins hanyalah orang-orang biasa yang mempelajari ilmu bela diri khusus, sesuai dengan karakteristik tubuh dan sifatnya. Mereka hanya manusia biasa yang berusaha beradaptasi dengan dunia saat ini.


“Aku benar-benar terkejut, benar-benar tak mempercayainya.” Shina sangat marah, suhu disekitarnya menaik karena kemampuannya.


“Ka-kau menipuku? Mengkhianati kepercayaanku dan pertemanan kita! Merendahkan harga diriku untuk kesekian kalinya!!” Alyshial juga terlihat sangat marah. Memberikan tatapan tajam, begitu menyayat hati.


 “Sekarang katakan padaku! Apa tujuanmu memasuki sekolah in –“ Lapis berdiri tepat di hadapannya, memberikan tatapan khawatir pada Aeldra.


“Tunggu dulu, Kak Lapis!! Aku yang bersalah, Aeldra saat itu mengatakan jika dirinya bukan Kineser, tapi aku –“


“Diamlah, Nia. Ini urusanku dengannya.”


“....” Aeldra diam, memalingkan wajah dari Lapis. Saat itu juga dia melihat tatapan para siswa yang marah padanya, saling berbisik tak menyukai dirinya. Mereka menatap sinis Aeldra setelah mengetahui jika lelaki pemilik luka bakar itu adalah seorang Assasins.


“Jika kau berkata ingin mengikuti pertempuran garis depan, aku takkan pernah membiarkanmu untuk melakukan hal itu!! Takkan pernah, tak mau lagi aku melihatmu seperti itu!” Lapis memberikan tatapan kemarahan. Menatap tajam Aeldra.


Kini perhatian semua siswa tidak tertuju pada Aeldra saja, tapi kini pada Lapis juga. Mereka benar-benar penasaran mendengar arah pembicaraan Lapis yang mulai melenceng.


Hardy hanya tersenyum khawatir, berjalan mundur dan bergumam dalam hatinya. “Aku harap Ibu dan Nyonya Salbina ada di sini sekarang ....”


“Aku kuat. Maka dari itu, aku yang akan melindungimu sekarang! Kau tak perlu maju, tak–“


“Astaga, sungguh menyedihkan lelaki sepertiku ini. Dilindungi oleh seorang gadis, bahkan gadis itu seorang tuan put –“


“Berhentilah keras kepala, Hendra!! Kau tak pernah berubah akan hal ini!”


“Aku yang tak pernah berubah? Kupikir itu milikmu, Lapis. Memang benar sekarang kau lebih pendiam, tapi sifat aslimu itu masih tetap saja ada. Keras kepala, tak ingin mendengarkan perkataan orang lain. Menganggap jika apa yang kau pikirkan adalah yang terbaik.” Aeldra menutup mata, tersenyum khawatir.


“....” Lapis terdiam memberikan tatapan tajam pada Aeldra. Bergemetar mendengar perkataanya.


“Aku membenci kebaikanmu yang seperti Ibu,” lanjutnya


“Kau terlalu berlebihan, menyamakan kebaikanku dengan Sang Demigod.”


Suasana terasa hening setelah perkataan terakhir Aeldra. Seluruh siswa dan guru masih memberikan tatapan penasaran akan hubungan keduanya.


“Ap-apa hubungan mereka?” Shina berjalan mendekat, berbisik khawatir pada Hardy.


“Sama seperti kita, Bride – Elect,” bisik Hardy membalas.


“....!!” Shina melebarkan mata, terkejut menutup mulut. Amarahnya seorang lenyap mengtahui hubungan Aeldra dengan Lapis. Jawaban Hardy itu benar-benar sebuat kejutan besar bagi Shina.


“Tapi Reeslevia, tolong jangan bocorkan hal ini. Ini permintaan langsung dari ibuku.”


“Y-ya ....”


“Jadi katakan, apa tujuanmu memasuki sekolah ini?! Kau bisa saja keras kepala menolak permintaan Nia!” Lapis kembali bertanya, menimbulkan suasana tegang kembali.


“Aku juga ingin mengetahuinya.” Alyshial yang masih marah berjalan mendekat, menatap tajam Aeldra.


“Bukankah sudah jelas? Alasan manusia biasa memasuki sekolah ini. Sudah pasti itu karena ..., uang.”


            Seluruh siswa dan guru terkejut mendengar ucapan Aeldra, termasuk Lapis. Hanya satu orang yang tak terkejut, berwajah khawatir melirik Alyshial yang memberikan pertanyaan pada Aeldra.


            “Aku tak yakin hanya itu saja, Aeldra ....”



***



Fakta Aeldra bukan seorang Kineser benar-benar sudah tersebar luar di penjuru sekolah. Bukan hal yang aneh dia akan mendapatkan Drop Out karena hal ini, tapi karena permintaan Putri Lapis sendiri. Drop Out untuk Aeldra akan diundur sampai akhir kenaikan kelas.


Fakta Aeldra yang seorang Assasins juga sudah diketahui para siswa dan guru. Dia semakin dijauhi, terasingkan oleh sekitarnya.


Teman-temannya juga seperti Haikal dan yang lainnya ikut menjaga jarak. Tak mempercayai dia yang sudah mengkhianati kepercayaan.


Assasins sudah dianggap sebagai pemberontak oleh dunia. Jumlah mereka tidak lebih dari 10 orang, dan Aeldra adalah salah satu dari 10 orang itu.


Ada satu orang yang merasa bersalah karena kejadian dua hari yang lalu. Lapis, dia tak menyangka jika Aeldra akan didiskriminasi seperti itu. Tak menyangka jika Aeldra akan mengakui dirinya sendiri sebagai asassins. Tindakannya itu sama saja dengan menyuruh seluruh ruang lingkup sekolah untuk membenci dirinya.


Putri Alyshial terlihat benar-benar kecewa terhadap Aeldra. Dia selain Selenia lah yang menaruh kagum dan hormat pada Aeldra. Hatinya terasa sakit, hancur mendengar Aeldra yang dianggap bagian dari pemberontakan.


Aeldra tak peduli dengan sekitarnya, tak berwajah sedih bahkan menangis akan perlakuan sekitar. Sudah terbiasa. Bagaimanapun juga, lelaki pemilik luka bakar itu mantan seorang anak pinggiran. Mentalnya sudah sangat kuat.


Setiap ada beberapa siswa yang ingin melakukan penindasan padanya, Aeldra selalu balik melawan, memberikan ancaman mengerikan. Membuat dia semakin dibenci segalanya. Padahal dia hanya mempertahankan diri, tak bersalah.


Hanya Selenia yang selalu mengamati Aeldra dari kejauhan. Dia juga merasa bersalah karena dulu memaksa Aeldra memasuki sekolah itu.


Akhir minggu, paska insiden terbongkarnya rahasia Aeldra. Jam istirahat, di atap gedung bangunan kelasnya. Aeldra berbaring di atas kursi kayu yang panjang, terlihat kuat dan kokoh. Berwarna coklat kehitaman.


“Baiklah, sekarang apa yang kau inginkan, Hardy?”


Lelaki berambut merah muda tiba-tiba muncul dari gerbang dimensi, tersenyum sedih menurunkan pandangan.


“Sungguh, aku tak tahu kenapa bisa menjadi seperti ini. Aku hanya ingin kau berhenti dari sekolah, keluar dan lekas menyelesaikan tug –“


“Aku sendiri yang mengatakan jika aku Assasins. Berhenti meminta maaf seperti itu, katakan saja apa alasan kau menghasut Lapis untuk membongkar rahasiaku.”


“Kita tak punya banyak waktu lagi, Aeldra. Nyonya Salbina dan Engelina sudah gugur. Mahluk itu yang melakukannya ...,”pelan Hardy menurunkan pandangan.


“...!!” Aeldra membuka mata lebar-lebar, terkejut melirik Hardy. Tubuhnya bergemetar, bereaksi mendengar kenyataan pahit dari mulut Hardy.


“Nyonya Salbina dan Angelina? Tak mungkin, aku tak mempercayainya ....” Aeldra duduk, menyatukan kedua tangan. Tubuhanya bergemetar, terus gemetar. Berwajah sedih, menyipitkan mata hampir menangis.


Hardy cukup terkejut melihat wajah Aeldra. Penasaran dan kebingungan melihatnya seperti itu.


“Tapi ini kenyataan –“


“Wanita bodoh itu ...!! “ Aeldra menggeram, menundukkan kepala. Sekitarnya terasa berat, membuat Hardy berjalan mundur. Membiru ketakutan.


Burung-burung berterbangan, langit langsung menggelap. Perasaan tak mengenakkan langsung menyebar menghinggapi seluruh penghuni Benua Dealendra. Termasuk Halsy sendiri. Sang pahlawan berwajah sedih, memegang dada melihat jendela. “Lisienata ....”


Kembali ke tempat Aeldra dan Hardy. Lelaki berambut merah muda masih bergemetar, menatap Aeldra.


“Bagaimana dengan ibumu?” Aeldra bertanya, menundukkan kepala.


“Saat ini dia baik-baik saja. Tapi suatu saat nanti, dia juga akan didatangi mahluk it –“


“Lindungi dia dengan nyawamu!”


“Ku-kukira kau membenciny –“


“Tak peduli dia pernah menganggapku senjata, benda, dan mahluk tak berharga. Tapi wanita itu juga salah satu orang yang membiarkan aku hidup, sama seperti Nyonya Salbina dan Angelina.”


“Ba-baiklah. Lalu soal mahluk itu?”


“Akhir tahun ini, setelah peringatan pemakaman beliau. Aku akan meninggalkan sekolah, memburu mahluk itu.”


“Bai-baiklah.”


“Satu hal lagi ...,” Aeldra mengeluarkan tiga batu berwarna hitam keunguan dari sakunya. Memberikan tiga batu itu pada Hardy.


“Berikan ini pada mereka. Jika kau yang melakukannya, mereka takkan menolak.” Hardy menerima batu itu, berwajah sedih.


“Ap-apa ini benar tak apa untukmu?”


“Apanya yang tak apa?” Aeldra mulai berdiri, berjalan memasuki pintu bangunan.


“Ini terlalu menyedihkan. Kau mengetahui mereka, tapi mereka tak mengetahuimu. Aku yakin jika masa lalumu itu lebih buruk dari ibuku. Semuanya terlihat jelas, jutaan pedang yang menusuk hatimu itu, Aeldr–“


“Berhenti memanggilku dengan nama itu sekarang. Nyonya Salbina telah tiada, aku yang sekarang ini hanyalah senjata tak berpemilik.”


“...!!” Hardy terkejut, bergemetar tubuhnya mendengar pernyataan Aeldra. Dia mengkerutkan alis ke atas, menaruh prihatin amat dalam.


“Ah, apa kau ingin memberikan nama untukku?” Aeldra tersenyum kecil, menolehkan kepala pada Hardy, menutup mata sesaat.


“....” Hardy menundukkan kepala, sedikit menggelengkan kepala.


“Ini kali keduanya, orang yang memberiku nama pergi meninggalkanku. Ini sudah waktunya, katakan pada ibumu, batalkan program Bride – Elect untuk kami berdua. Ini demi kebaikannya juga.”


“Ya, aku mengerti ....” Hardy mengepalkan kedua tangannya sangat erat, bergemetar hingga menimbulkan luka.


“Lindungi Lapis dengan nyawamu, Hardy. Dia salah satu wanita berharga dalam hidupku selain dirinya. “


“Ya, Lisienata.”


“Aku lebih senang jika kau tidak memanggilku dengan bahasa peri itu, Hardy.” Aeldra tertawa kecil, berjalan melewati pintu masuk bangunan.



***
           


            Di waktu bersamaan, jam istirahat saat Hardy dan Aeldra melakukan perbincangan. Alyshial, Haikal, dan yang lainnya juga saling berbicara. Berdiskusi akan masalah Aeldra. Bahkan Shina juga ada di sana, mengikuti kemauan para adik tingkanya.


            “Mungkin kita salah paham. Buktinya dia tidak pernah menyerang kita semu –“


            “Tapi Selenia, lelaki itu seorang Assasins, sudah pasti dia musuh!” kesal Alyshial, menatap Nia.


            “Aeldra memang seorang Assansins, tapi aku jamin dia bukan anggota pemberontak.” Shina berucap, berwajah khawatir melirik Lapis. Hanya dia saat ini yang mengetahui hubungan Lapis dengan Aeldra.


            Lapis tetap diam, tak mengeluarkan suara. Tak berniat mengatakan apapun pada sekitarnya.


            “Setidaknya kita harus mengetahui latar belakangnya, masa lalu lelaki itu. Setelah itu kita bisa menarik kesimpulan tentangnya.” Haikal berucap, menatap sekitarnya.


            “Menurutku, apa yang dikatakan Haikal benar.” Annisa berwajah khawatir.


            “Aeldra bukan lelaki jahat.” Seica berwajah sedih menatap lantai.


            “Tentang masalah itu. Aku ingin kalian juga mendengarnya.” Alyshial berwajah cemas. Menimbulkan ketegangan di sekitar.


            “Ketahuilah, aku sudah mengakses database pusat. Tapi tak ada nama lelaki itu, kenyataan bahwa dia siapa sebenarnya, siapa orang tuanya tak pernah ada,” lanjut Alyshial.


            “...!?” Tak hanya semua orang yang terkejut, tapi Lapis juga dibuat terkejut oleh pernyataan Alyshial.


            “Co-coba kau cari dengan nama Hendr –“ khawatir Lapis.


            “Tak ada, kemarin aku melakukannya bersama ibuku. Tapi tak ada nama Hendra yang cocok dengan Aeldra.”


            “Tidak mungkin ....” Lapis bergemetar.


            “Putri Lapis, apa kau mengetahui tentangnya?”


            “Tidak terlalu jauh, yang kutau dia memang anak biasa. Tinggal dipinggiran. Aku bertemunya saat berumur 7 tahun. Dia seperti teman masa kecilku.”


            “Luka bakarnya itu dia dapatkan setelah menyelamatkanku,” lanjut Lapis merasa bersalah.


            “Luka bakarnya itu!? Jadi begitu yah ....” Alyshial sedikit prihatin.


            “Astaga, ini malah semakin membingungkan. Dia sebenarnya musuh atau bukan, kita benar-benar kekurangan informasi tentangnya,” senyum khawatir Shina.


            “Ak-aku bisa melihat ingatan masa lalunya. Tapi tak berani, itu seperti melihat privasi –“ Selenia berucap pelan, tapi perkataanya lekas tersanggahkan.


            “Lakukan saja, Nia! Asal kau tau, Aeldra saat ini sudah dianggap sebagai calon penjahat. Dia sudah mendapatkan tuduhan sebagai teroris. Jika kita bisa melihat masa lalunya, kita bisa yakin siapa dia sebenarnya.” Alyshial melebarkan senyuman menatap Selenia.


            “Aku juga setuju dengan pemikiran Putri Alyshial.” Rina juga tersenyum bersemangat menatap Selenia.


            “Tapi ....” Nia bergemetar, cukup ketakutan.


            “Lakukan itu Nia, demi menyelamatkan Aeldra juga dari tuduhan.” Lapis juga meminta tolong, menatap adik angkatnya sedalam mungkin.


            “Yaa ....” Nia mengangukkan kepala, paham dengan kedua tangannya yang tak pernah berhenti gemetar. Cukup ketakutan.


            Lalu malam harinya, Nia dengan bantuan teman-temannya mulai menyelinap, berniat mencari tahu akan masa lalu Aeldra.


            Cukup mudah baginya, wanita berambut hitam itu hanya memegang kepala Aeldra yang tertidur lelap. Aeldra yang menyadari tindakannya lekas membuka mata, memegang erat tangan Nia yang menyentuh kepalanya hingga Nia berteriak kesakitan.


            “Aww!!”


            “Nia ...!?” Aeldra berwajah khawatir, menatap Nia yang terus melebarkan matanya, kedua kakinya lemas.


            Terlambat bagi Aeldra, semua ingatan tentangnya berhasil Nia dapatkan. Gadis itu tetap mulai duduk di lantai, batuk tak tertahankan, hampir muntah. Nia menangis ketakutan menatap Aeldra yang berdiri, memasang wajah datar.


            “Kau melihat semuanya ...?”


            Nia menggelengkan kepala, tetap menangis ketakutan. Tubuhnya terus bergemetar, semakin hebat. Berucap gagap, bertanya pada Aeldra.


            “Ka-kau dan Putri Alyshial ...? Nyonya Salbina, Nyonya Halsy ...!? Penyihir Hitam Engelina?”


            “Sudah kuduga,” Aeldra menutup mata, berucap dalam batinnya. “Skenario terburuk, aku lengah. Memang sepertinya kulepas saja segel-segel ini.”


            “Ke-kenapa harus kau? Ini terlalu mengerikan ..., kau berada di dekat mereka. Tapi merek –“


            “Putri Selenia, aku tak bisa membunuhmu. Kau gadis yang sangat berharga bagi Putri Lapis. Tapi aku sangat memohon, jangan katakan ini pada siapapun. Khususnya pada Putri Lapis dan Putri Alyshial. Khususnya pada keluarga kerajaan ini.” Aeldra mulai menundukkan kepala sangat dalam, menutup mata rapat.


            “TAPI KAU ADALAH–“


            “AKU MOHON!!”


            “Ke-kenapa ..., ini benar-benar menyedihkan untukmu. Kau tak bersalah, tapi tak dianggap, tak diinginkan, bahkan sampai direndahkan.”


            “Aku takkan mengulang permintaanku tadi. Aku sangat memohon, aku berjanji akan pergi sekarang. Takkan berada di dekat kalian lagi.”


            “Tidak mau .... Jangan pergi. Kau tak bersalah! Kau –”


            “Terima kasih atas apa yang kau berikan padaku. Untuk segalanya, aku minta maaf. Kumohon jangan katakan kenyataan dari apa yang kau lihat dalam masa laluku. Kau hanya memberikan perasaan bersalah pada mereka.”


            “Ta-tapi ....”


            “Katakan pada mereka, jika aku memang seorang pemberontak. Jika aku memang musuh mereka.” Aeldra berjalan melewati Nia yang tetap menangis menundukkan kepala. Tersedu-sedu, seperti anak kecil. Lantai basah oleh air matanya.


            “Ini perpisahan. Selamat tinggal, Putri Selenia ....” Aeldra berjalan cepat, membawa foto dan kalung hitam, mirip seperti milik Nia. Dia meninggalkan kamar, mulai bergumam pelan dalam hatinya.


            “Ada perubahan, aku akan pergi sekarang. Katakan juga pada Halsy Aeldra.”


            “Ke-kenapa tiba-tiba?” suara Hardy langsung bergema dalam hati Aeldra. Terdengar penasaran.


            “Ada kejadian tak diinginkan. Kumohon awasi Nia, dia sudah mengetahui masa laluku.”


            “Be-benarkah ...!?” Hardy terdengar terkejut ketakutan.


            “Ya ....”


***

No comments:

Post a Comment