Thursday, 10 November 2016

Chapter 2

Title: Iris Dragon 2
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Chapter II
Wilfere





            Masih di hari yang sama, hari terburuk bagi Lisienata. Makanan ke tiga untuk tahanan telah datang, pertanda malam telah tiba.



            Zaxia duduk di atas kasur, bersandar pada dinding ruangan yang kokoh. Menulis sesuatu di atas buku yang ia minta sebelumnya dari Ray. Terlihat serius, menuliskan rencana hidup bersama putranya nanti di masa depan setelah keluar dari penjara.



            Lisienata terlihat duduk, mencium lutut di ujung ruangan. Tatapan matanya kosong, bagai bangkai ikan tak berharga. Mentalnya benar-benar hancur, terus mengeluarkan kalimat berulang. Bertanya pada diri sendiri akan apa kesalahannya.



            Zaxia melirik khawatir anak lelaki yang murung, menutup mata dan buku catatan. Menghentikan pekerjaan, mulai berbaring dan berucap.



            “Ingin bunuh diri ...?”



            Tubuh Lisienata bereaksi, menatap Zaxia penuh penasaran. Mulai tersenyum, kembali menundukkan kepala dan menjawab pertanyaan.



            “Y-ya, mungkin Nata halus mati. Tak ada yang menginginkan –“



            “Kau pikir aku akan membiarkanmu melakukan hal itu?”Zaxia bertanya sambil membenarkan posisi bantalnya. Kembali tertidur, menatap datar langit-langit ruangan.



            “Ap-apa Nyonya menginginkan aku yang mengelikan ini –“ Lisienata bertanya kembali.



            “Jangan besar kepala. Kau berhutang lima tahun padaku. Aku sudah mengurusmu selama itu. Kau harus menjadi budakku, melayaniku.” Zaxia memberikan senyuman kecil.



            “Ya, maaf karena telah mengulus mahluk sepertik –“



            “Makanlah, itu perintah pertama dari tuanmu.” Zaxia membalikkan badan, tidur berhadapan dengan dinding ruangan.



            Lisienata menatap makanan yang diberikan penjaga sipir, terkejut penasaran. Kembali mengajukan pertanyaan.



            “Tap-tapi itu milik Ny-Nyonya –“



            “Lalu kenapa?” Zaxia kembali memotong perkataan, bertanya dengan nada ringan.



            Lisienata terdiam, masih menatap penasaran punggung wanita dewasa yang tak tertidur itu. Keheningan muncul di antara mereka, menyeruak memenuhi ruangan sampai ....



            “Cepat makanlah, Anak Bodoh!!” Zaxia berteriak cukup keras, menghancurkan keheningan. Lisienata terkejut, lekas memakan makanan. Menangis dan memberikan senyuman lebar. Bahagia dan menjawab pernyataan Zaxia dengan anggukan cepat.



            Zaxia juga tersenyum saat menyembunyikan wajah. Terlihat menawan dan indah, begitu menyilaukan dari dirinya yang pernah dijuluki sebagai gadis tercantik di Benua Dealendra.



            Suasana sungguh terasa damai, Lisienata memakan lahap makanannya. Entah memang sedang kelaparan atau hanya sebagai pelampiasan akan kejadian mengerikan yang dialaminya tadi siang.



            Zaxia yang memasang senyuman mulai menutup mata, berwajah sedih hampir menangis. Hatinya masih terasa sakit mengingat kejadian yang dialami anak asuhnya.



            Dia memang bukan ibu kandung, bukan yang melahirkannya, bukan yang menyusuinya. Tapi rasa cinta dan kasih sayang pada anak asuhnya itu tulus seperti pada anak kandungnya sendiri.



            Mulai mengingat mendiang adik tercintanya yang gugur dalam perang melawan ras iblis beberapa tahun yang lalu. Zaxia bersumpah dalam hati, meyakinkan diri dalam jiwa. Jika dirinya akan melindungi anak asuh– putranya itu.



            Dia membalikkan tubuh, memberikan senyuman kecil menatap Lisienata yang masih memakan makanannya. Bahagia, melayang hatinya. Tak kuasa melebarkan senyuman melihat dirinya yang makan dengan lahap. Rasa laparnya dikalahkan oleh perasaan bahagia itu.



            Tapi susasana damai itu pecah saat muncul sebuah cahaya dimensi tepat di depan jeruji besi. Lisienata yang sedang mengunyah makanan hanya memiringkan kepala, kebingungan wajahnya. Terlihat menggemaskan.



            Zaxia yang menyadari itu lekas keluar dari tempat tidur, berwajah khawatir ketakutan. Melompat menyelamatkan putranya.



            Benar-benar tepat waktu, pedang yang terlihat berharga melayang cepat ke arah kepala Lisienata. Untungnya ada Zaxia yang menyelamatkan dirinya. Pedang itu menancap pada dinding shelter yang terlihat kuat. Benar-benar mengerikan.



            Zaxia mengkerutkan dahi ke bawah, memasang wajah kemarahan yang dihiasi kekhawatiran amat dalam.



            “Nyonya –“Lisienata bertanya, bergemetar tubuhnya cukup ketakutan, tapi.



            “Diamlah!” Zaxia memotong perkataan, mendorong Lisienata untuk berlindung di belakang tubuhnya. Tatapan matanya tertuju ke depan, berisi kewaspadaan maksimal.



            Tiga cahaya dimensi lebih besar kembali terlihat, berwarna ungu kegelapan. Dari dimensi paling kanan muncul wanita berambut putih, memiliki warna mata berbeda. Berwarna biru dan kuning seperti ular, layaknya Lisienata.



            “Angeli– tidak, Engelina ...!” tubuh Zaxia bergemetar, menatap tajam Engelina yang memasang wajah kemarahan.



            Dari dimensi yang berada di posisi tengah muncul wanita yang dipuja oleh segala kalangan. Sang Demigod yang diagung-agungkan oleh dunia dan segala ras.



            “Halsy Aeldra ....” Zaxia memberikan senyuman khawatir, berjalan selangkah mundur.



            Di belakang Halsy juga terlihat wanita rupawan berambut hitam, bermata coklat karamel. Wanita lainnya yang sangat berpengaruh bagi dunia.



            “Bahkan Mediator Shina juga?” senyum Zaxia khawatir. Menatap wanita di belakang Halsy.



            Halsy dan Shina berwajah khawatir, memberikan tatapan prihatin pada Zaxia yang melindungi Lisienata.



            “Serahkan dia, Zaxia Andini. Jika tidak, kau akan dianggap sebagai pengkhianat oleh dunia dan akhirat.” Wanita dari gerbang dimensi kiri berucap, berjalan mendekati Zaxia. Berambut ungu panjang, berwarna mata bunga lavender.



            Mahluk terkuat di pihak manusia, mahluk yang diyakini sebagai reinkarnasi Hellblau Dracline.



            “Salbina Sasa Anybreaker Skyline ....” Zaxia menelan ludah, menutup sebelah mata, hampir terjatuh karena intimidasi Salbina yang kuat.



            “Nyo-nyonya?” Lisienata kembali bertanya, sangat khawatir dan kebingungan melihat pemandangan di sekitarnya.



            Zaxia hanya memeluk tubuhnya sangat erat, memberikan tatapan khawatir pada orang-orang yang terkenal di mata dunia.



            “Jadi begitu rupanya, lelaki itu telah memberi tahu kalian.” Zaxia menggeram, semakin memperlihatkan kemarahan.



            “Minggirlah, Gadis Kotor! Kau tak pernah tahu!! Akan betapa mengerikannya mahluk itu!!” Elena yang berada dalam tubuh Angelina berteriak, memberikan tatapan kemarahan pada Zaxia.



            “Elena tenanglah –“ Angelina berucap khawatir, menutup mata birunya.



            “Mana bisa aku tenang jika mahluk yang diramalkan itu benar-benar terlahir ke dunia!!”



            “Zaxia, ini demi kebaikan kita semua. Kita harus meniadakan dirinya. Kau juga sudah tau, kan? Akan keberadaan dia–“ Halsy berucap khawatir. Membujuk sang sahabat.



            “Takkan pernah! Takkan kubiarkan kalian menyentuh dirinya!!” Zaxia berucap, menatap keseriusan lawan bicaranya. Membuat Salbina sedikit terkejut, panas hatinya mendengar perkataan Zaxia.



            “Berikan mahluk itu, Manusia. Kau terlalu bodoh, naif, dan egois. Umurmu pendek, tak mengetahui betapa berbahayanya mahluk yang kau lindungi itu,” sosok menakjubkan merasuki Shina. Mata Shina bercahaya, rambutnya berubah putih, kulitnya bercahaya.



            “Haha–, bahkan Sang Malaikat juga turut serta memburu anak ini,” Zaxia menatap Shina penuh kekhawatiran.



            “Sependapat, Gabriel. Mahluk itu harus ditiadakan. Kehadirannya tak seharusnya diperkenankan ada di dunia ini.” Kali ini rambut dan mata Shina berwarna putih kekuningan, bagai cahaya matahari.



            “Kamu dengar itu, Zaxia? Dia harus ditiadakan. Demi kebaikan kita, dunia, dan akhirat in –“



            “Aku takkan mengulangi pernyataanku sebelumnya, Halsy.”



            “Percuma, Halsy. Gadis ini keras kepala seperti batu, kita harus memaksanya. Jika memang diperlukan, kita juga harus menyingkirkannya,” geram Salbina, berjalan selangkah maju mendekati Zaxia dan Lisienata.



            “Nyonya!” Lisienata memeluk Zaxia, berwajah ketakutan. Sedikit meneteskan air mata. Zaxia semakin mengkerutkan dahi, bergemetar tubuhnya.



            Salbina memasang wajah datar, mengangkat tangan kanan ke ara Zaxia dan putranya. Ratusan gerbang dimensi di belakang tubuh dia dan orang-orang bersama dengannya langsung muncul.



            Ratusan senjata suci mulai keluar dari gerbang dimensi, mengarah pada Zaxia. Engelina menyembunyikan tangan kanannya di belakang tubuh. Memunculkan sebuah senjata sabit raksasa, itu milik Elena. Mata biru Angelina hanya berwajah khawatir, melirik seseorang yang satu tubuh dengannya.



            “Ka-kau langsung mengeluarkan senjata pamungkasmu?” khawatir Angelina.



            “Tidak hanya aku, tapi kalian juga semua seharusnya sepertiku. Jangan lupakan ini, mahluk itu adalah kembaran dari iblis yang memundur mukul Raja Iblis kedua. Menghancurkan dunia sebelumnya hingga menciptakan dunia ini!!” Elena berteriak menjawab pertanyaan Angelina.



            “Sependapat, Putri Gehena. Kita tak bisa bermain-main, tak bisa menganggap mudah dirinya. Berhati-hatilah kalian semua, khususnya anda, Halsy Aeldra.”



            Mendengar peringatan dari salah satu malaikat tinggi, Halsy berwajah khawatir. Lekas berjalan mundur, bersembunyi di belakang Shina, Angelina dan Salbina.



            Melihat hal itu Zaxia semakin memasang wajah kemarahan. Berkonsentrasi hebat hingga rambutnya terangkat ke atas. Auranya terasa berat, membuat tubuh Lisienata bergemetar, berjalan mundur menjauhinya.



            “Diamlah di sana. Jangan bergerak sedikitpun,” pelan Zaxia berucap, tak sedikitpun menatap Lisienata. Tapi ucapannya itu benar-benar ditunjukan untuk putranya.



            Engelina seketika menghilang, sudah berada di samping kiri Lisienata. Sudah siap melayangkan tebasan sabit raksasa miliknya. Hanya persekian detik sampai sabit itu menyentuh kepalanya, akan tetapi.



            Sudah ada Zaxia di samping kanan putranya, memberikan tatapan amat tajam, memukul Engelina dengan tangan kanan yang bersinar. Melihat hal itu, Engelina membatalkan serangan. Menggunakan gagang sabit sebagai perisai.



            Retakan mengerikan langsung muncul saat pukulan itu bertabrakan dengan gagang sabit. Lantai dan dinding sekitarnya retak hampir dihancurkan. Engelina terpukul mundur, menabrak dinding ruangan sangat keras.



            “Ku-kurang ajar, Si-siapa kau!?” Elena bertanya, menatap Zaxia penuh kemarahan. Amat sangat terkejut karena Zaxia bisa memukul mundur dirinya.



            “Jangan meremehkan dirinya, Keturunan Gehena. Dia cukup kuat, meski masih di bawah tingkatan raja iblis sekarang. Tapi dia kuat, berbeda dengan Kineser yang lainnya.”



            “Sependapat, Gabriel. Aku juga merasakan sesuatu dari tubuh wanita ini,”  malaikat dalam tubuh Shina kembali berucap.



            “Mundur, Engelina!!” Salbina berteriak, melepaskan ratusan senjata sucinya ke arah Zaxia.



            Melihat hal itu Zaxia lekas berlari ke depan, Memasang posisi kuda-kuda siap memukul. Menarik napas dalam-dalam. Berteriak, menggema di seluruh penjuru ruangan.



            “Airquake Immortality ....”



            Retakan udara langsung muncul saat Zaxia memukul udara. Menghacurkan apapun di hadapannya, ratusan senjata suci Salbina diretakkan. Berjatuhan dihancurkan. Salbina mengangkat tangan kanan, Shina mengangkat tangan kiri. Membuat pelindung untuk Halsy Aeldra di belakangnya.



            Ruangan Shelter yang kokoh dihancurkan oleh kemampuan tingkat akhir Zaxia. Ledakan benar-benar terdengar keras, tapi anehnya tak ada satupun orang yang datang. Salah satu dari mereka telah melakukan sesuatu pada sekitarnya.



            Setelah badai gempa udara berakhir. Terlihat lah Salbina dan yang lainnya masih kokoh berdiri, memberikan ekspresi datar pada Zaxia. Memperlihatkan perbedaan kekuatan yang amat sangat jauh.



            Zaxia terdiam, berjalan mundur. Kembali menyentuh pundak putranya. Memberikan tatapan frustasi pada lawannya.



            “Shina, bolehkah?” Kedua malaikat bertanya.



            “Ya,” Shina menutup mata, memegang dada dengan kedua tangan.



            “Mass Dimension Code: Halberd!” Salbina berucap, mulai merentangkan tangan kanan hingga sejajar dengan bahu. Seketika muncul kapak raksasa yang membuat cekung lantai. Terlihat sangat kuat dan tak terkalahkan.



            “Angelina, pinjam tubuhmu sebentar.” Engelina mulai menutup mata, aura hitam seketika menyelimutinya. Terlihat menakutkan, membuat Lisienata bergemetar.



            Zaxia hampir terjatuh, kehabisan tenaga. Berwajah khawatir dan menatap tajam musuhnya. Berpikir keras, mencari jalan keluar dari situasi penuh keputusasaan yang dihadapinya.



            “Baiklah ..., saatnya penghakiman, Wanita Pendosa,” Shina berucap, merentangkan sayap merpati putih di belakang tubuhnya. Sangat besar dan bercahaya. Suaranya menggema. Sosok dua malaikat kelas atas sedang menggunakan tubuhnya.



            “Kubalas pukulanmu tadi berkali-kali lipat, Manusia ...,” lambang ras demigod di dahi Engelina bersinar berwarna ungu kehitaman. Tato hitam dan cahaya ungu terlihat mengerikan menyelimuti wajahnya, dua tanduk kokoh kijang muncul di atas kepala, berwarna ungu kehitaman.



            “Tak ada ampun untukmu sekarang, Kak Zaxia,” Salbina bergumam pelan, mengangkat kapak raksasanya. Aura kuning keemasan langsung terlihat, menyelimuti dirinya. Dia menatap tajam lawannya.



            Zaxia mengkerutkan dahi ke atas, memasang wajah frustasi. Tak pernah berhenti gemetar tubuhnya. Sadar diri, mustahil baginya bertahan melawan mereka.



            Halsy hanya memberikan senyuman kesedihan, menangis perihatin melihat sang sahabat. Berucap pelan kembali membujuk sahabatnya.



            “Ku-kumohon, sekarang masih belum terlambat, Zaxia. Serahkan anak itu. Dia adalah Kembaran Raja Iblis Ketiga. Naga Surga Kuno, Dewa Wilfere.”
***

2 comments:

  1. Seru banget... tapi sedih bgt...
    Baca bagian kedua ini rasanya baper mau nangis...

    ReplyDelete
  2. Seru banget... tapi sedih bgt...
    Baca bagian kedua ini rasanya baper mau nangis...

    ReplyDelete