Title: Iris Dragon 2
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter II
Wilfere
***
Chapter II
Wilfere
Masih di hari yang sama, hari terburuk bagi Lisienata.
Makanan ke tiga untuk tahanan telah datang, pertanda malam telah tiba.
Zaxia
duduk di atas kasur, bersandar pada dinding ruangan yang kokoh. Menulis sesuatu
di atas buku yang ia minta sebelumnya dari Ray. Terlihat serius, menuliskan
rencana hidup bersama putranya nanti di masa depan setelah keluar dari penjara.
Lisienata
terlihat duduk, mencium lutut di ujung ruangan. Tatapan matanya kosong, bagai
bangkai ikan tak berharga. Mentalnya benar-benar hancur, terus mengeluarkan
kalimat berulang. Bertanya pada diri sendiri akan apa kesalahannya.
Zaxia
melirik khawatir anak lelaki yang murung, menutup mata dan buku catatan.
Menghentikan pekerjaan, mulai berbaring dan berucap.
“Ingin
bunuh diri ...?”
Tubuh
Lisienata bereaksi, menatap Zaxia penuh penasaran. Mulai tersenyum, kembali
menundukkan kepala dan menjawab pertanyaan.
“Y-ya, mungkin
Nata halus mati. Tak ada yang menginginkan –“
“Kau
pikir aku akan membiarkanmu melakukan hal itu?”Zaxia bertanya sambil
membenarkan posisi bantalnya. Kembali tertidur, menatap datar langit-langit
ruangan.
“Ap-apa
Nyonya menginginkan aku yang mengelikan ini –“ Lisienata bertanya kembali.
“Jangan
besar kepala. Kau berhutang lima tahun padaku. Aku sudah mengurusmu selama itu.
Kau harus menjadi budakku, melayaniku.” Zaxia memberikan senyuman kecil.
“Ya,
maaf karena telah mengulus mahluk sepertik –“
“Makanlah,
itu perintah pertama dari tuanmu.” Zaxia membalikkan badan, tidur berhadapan
dengan dinding ruangan.
Lisienata
menatap makanan yang diberikan penjaga sipir, terkejut penasaran. Kembali
mengajukan pertanyaan.
“Tap-tapi
itu milik Ny-Nyonya –“
“Lalu
kenapa?” Zaxia kembali memotong perkataan, bertanya dengan nada ringan.
Lisienata
terdiam, masih menatap penasaran punggung wanita dewasa yang tak tertidur itu.
Keheningan muncul di antara mereka, menyeruak memenuhi ruangan sampai ....
“Cepat
makanlah, Anak Bodoh!!” Zaxia berteriak cukup keras, menghancurkan keheningan.
Lisienata terkejut, lekas memakan makanan. Menangis dan memberikan senyuman
lebar. Bahagia dan menjawab pernyataan Zaxia dengan anggukan cepat.
Zaxia
juga tersenyum saat menyembunyikan wajah. Terlihat menawan dan indah, begitu
menyilaukan dari dirinya yang pernah dijuluki sebagai gadis tercantik di Benua
Dealendra.
Suasana
sungguh terasa damai, Lisienata memakan lahap makanannya. Entah memang sedang
kelaparan atau hanya sebagai pelampiasan akan kejadian mengerikan yang
dialaminya tadi siang.
Zaxia
yang memasang senyuman mulai menutup mata, berwajah sedih hampir menangis.
Hatinya masih terasa sakit mengingat kejadian yang dialami anak asuhnya.
Dia
memang bukan ibu kandung, bukan yang melahirkannya, bukan yang menyusuinya.
Tapi rasa cinta dan kasih sayang pada anak asuhnya itu tulus seperti pada anak
kandungnya sendiri.
Mulai
mengingat mendiang adik tercintanya yang gugur dalam perang melawan ras iblis
beberapa tahun yang lalu. Zaxia bersumpah dalam hati, meyakinkan diri dalam
jiwa. Jika dirinya akan melindungi anak asuh– putranya itu.
Dia
membalikkan tubuh, memberikan senyuman kecil menatap Lisienata yang masih memakan
makanannya. Bahagia, melayang hatinya. Tak kuasa melebarkan senyuman melihat
dirinya yang makan dengan lahap. Rasa laparnya dikalahkan oleh perasaan bahagia
itu.
Tapi
susasana damai itu pecah saat muncul sebuah cahaya dimensi tepat di depan
jeruji besi. Lisienata yang sedang mengunyah makanan hanya memiringkan kepala,
kebingungan wajahnya. Terlihat menggemaskan.
Zaxia
yang menyadari itu lekas keluar dari tempat tidur, berwajah khawatir ketakutan.
Melompat menyelamatkan putranya.
Benar-benar
tepat waktu, pedang yang terlihat berharga melayang cepat ke arah kepala
Lisienata. Untungnya ada Zaxia yang menyelamatkan dirinya. Pedang itu menancap
pada dinding shelter yang terlihat kuat. Benar-benar mengerikan.
Zaxia
mengkerutkan dahi ke bawah, memasang wajah kemarahan yang dihiasi kekhawatiran amat
dalam.
“Nyonya
–“Lisienata bertanya, bergemetar tubuhnya cukup ketakutan, tapi.
“Diamlah!”
Zaxia memotong perkataan, mendorong Lisienata untuk berlindung di belakang
tubuhnya. Tatapan matanya tertuju ke depan, berisi kewaspadaan maksimal.
Tiga
cahaya dimensi lebih besar kembali terlihat, berwarna ungu kegelapan. Dari
dimensi paling kanan muncul wanita berambut putih, memiliki warna mata berbeda.
Berwarna biru dan kuning seperti ular, layaknya Lisienata.
“Angeli–
tidak, Engelina ...!” tubuh Zaxia bergemetar, menatap tajam Engelina yang
memasang wajah kemarahan.
Dari
dimensi yang berada di posisi tengah muncul wanita yang dipuja oleh segala
kalangan. Sang Demigod yang diagung-agungkan oleh dunia dan segala ras.
“Halsy
Aeldra ....” Zaxia memberikan senyuman khawatir, berjalan selangkah mundur.
Di
belakang Halsy juga terlihat wanita rupawan berambut hitam, bermata coklat
karamel. Wanita lainnya yang sangat berpengaruh bagi dunia.
“Bahkan
Mediator Shina juga?” senyum Zaxia khawatir. Menatap wanita di belakang Halsy.
Halsy
dan Shina berwajah khawatir, memberikan tatapan prihatin pada Zaxia yang
melindungi Lisienata.
“Serahkan
dia, Zaxia Andini. Jika tidak, kau akan dianggap sebagai pengkhianat oleh dunia
dan akhirat.” Wanita dari gerbang dimensi kiri berucap, berjalan mendekati
Zaxia. Berambut ungu panjang, berwarna mata bunga lavender.
Mahluk
terkuat di pihak manusia, mahluk yang diyakini sebagai reinkarnasi Hellblau Dracline.
“Salbina
Sasa Anybreaker Skyline ....” Zaxia menelan ludah, menutup sebelah mata, hampir
terjatuh karena intimidasi Salbina yang kuat.
“Nyo-nyonya?”
Lisienata kembali bertanya, sangat khawatir dan kebingungan melihat pemandangan
di sekitarnya.
Zaxia
hanya memeluk tubuhnya sangat erat, memberikan tatapan khawatir pada orang-orang
yang terkenal di mata dunia.
“Jadi
begitu rupanya, lelaki itu telah memberi tahu kalian.” Zaxia menggeram, semakin
memperlihatkan kemarahan.
“Minggirlah, Gadis Kotor! Kau tak pernah
tahu!! Akan betapa mengerikannya mahluk itu!!” Elena yang berada dalam
tubuh Angelina berteriak, memberikan tatapan kemarahan pada Zaxia.
“Elena
tenanglah –“ Angelina berucap khawatir, menutup mata birunya.
“Mana bisa aku tenang jika mahluk yang
diramalkan itu benar-benar terlahir ke dunia!!”
“Zaxia,
ini demi kebaikan kita semua. Kita harus meniadakan dirinya. Kau juga sudah
tau, kan? Akan keberadaan dia–“ Halsy berucap khawatir. Membujuk sang sahabat.
“Takkan
pernah! Takkan kubiarkan kalian menyentuh dirinya!!” Zaxia berucap, menatap
keseriusan lawan bicaranya. Membuat Salbina sedikit terkejut, panas hatinya
mendengar perkataan Zaxia.
“Berikan mahluk itu, Manusia. Kau terlalu
bodoh, naif, dan egois. Umurmu pendek, tak mengetahui betapa berbahayanya
mahluk yang kau lindungi itu,” sosok menakjubkan merasuki Shina. Mata Shina
bercahaya, rambutnya berubah putih, kulitnya bercahaya.
“Haha–,
bahkan Sang Malaikat juga turut serta memburu anak ini,” Zaxia menatap Shina
penuh kekhawatiran.
“Sependapat, Gabriel. Mahluk itu harus
ditiadakan. Kehadirannya tak seharusnya diperkenankan ada di dunia ini.” Kali ini rambut
dan mata Shina berwarna putih kekuningan, bagai cahaya matahari.
“Kamu
dengar itu, Zaxia? Dia harus ditiadakan. Demi kebaikan kita, dunia, dan akhirat
in –“
“Aku
takkan mengulangi pernyataanku sebelumnya, Halsy.”
“Percuma,
Halsy. Gadis ini keras kepala seperti batu, kita harus memaksanya. Jika memang
diperlukan, kita juga harus menyingkirkannya,” geram Salbina, berjalan
selangkah maju mendekati Zaxia dan Lisienata.
“Nyonya!”
Lisienata memeluk Zaxia, berwajah ketakutan. Sedikit meneteskan air mata. Zaxia
semakin mengkerutkan dahi, bergemetar tubuhnya.
Salbina
memasang wajah datar, mengangkat tangan kanan ke ara Zaxia dan putranya.
Ratusan gerbang dimensi di belakang tubuh dia dan orang-orang bersama dengannya
langsung muncul.
Ratusan
senjata suci mulai keluar dari gerbang dimensi, mengarah pada Zaxia. Engelina
menyembunyikan tangan kanannya di belakang tubuh. Memunculkan sebuah senjata
sabit raksasa, itu milik Elena. Mata biru Angelina hanya berwajah khawatir,
melirik seseorang yang satu tubuh dengannya.
“Ka-kau
langsung mengeluarkan senjata pamungkasmu?” khawatir Angelina.
“Tidak hanya aku, tapi kalian juga semua
seharusnya sepertiku. Jangan lupakan ini, mahluk itu adalah kembaran dari iblis
yang memundur mukul Raja Iblis kedua. Menghancurkan dunia sebelumnya hingga
menciptakan dunia ini!!” Elena berteriak menjawab pertanyaan Angelina.
“Sependapat, Putri Gehena. Kita tak bisa bermain-main,
tak bisa menganggap mudah dirinya. Berhati-hatilah kalian semua, khususnya
anda, Halsy Aeldra.”
Mendengar
peringatan dari salah satu malaikat tinggi, Halsy berwajah khawatir. Lekas
berjalan mundur, bersembunyi di belakang Shina, Angelina dan Salbina.
Melihat
hal itu Zaxia semakin memasang wajah kemarahan. Berkonsentrasi hebat hingga
rambutnya terangkat ke atas. Auranya terasa berat, membuat tubuh Lisienata
bergemetar, berjalan mundur menjauhinya.
“Diamlah
di sana. Jangan bergerak sedikitpun,” pelan Zaxia berucap, tak sedikitpun
menatap Lisienata. Tapi ucapannya itu benar-benar ditunjukan untuk putranya.
Engelina
seketika menghilang, sudah berada di samping kiri Lisienata. Sudah siap
melayangkan tebasan sabit raksasa miliknya. Hanya persekian detik sampai sabit
itu menyentuh kepalanya, akan tetapi.
Sudah
ada Zaxia di samping kanan putranya, memberikan tatapan amat tajam, memukul Engelina dengan tangan kanan yang
bersinar. Melihat hal itu, Engelina membatalkan serangan. Menggunakan gagang
sabit sebagai perisai.
Retakan
mengerikan langsung muncul saat pukulan itu bertabrakan dengan gagang sabit.
Lantai dan dinding sekitarnya retak hampir dihancurkan. Engelina terpukul
mundur, menabrak dinding ruangan sangat keras.
“Ku-kurang ajar, Si-siapa kau!?” Elena
bertanya, menatap Zaxia penuh kemarahan. Amat sangat terkejut karena Zaxia bisa
memukul mundur dirinya.
“Jangan meremehkan dirinya, Keturunan Gehena.
Dia cukup kuat, meski masih di bawah tingkatan raja iblis sekarang. Tapi dia
kuat, berbeda dengan Kineser yang lainnya.”
“Sependapat, Gabriel. Aku juga
merasakan sesuatu dari tubuh wanita ini,” malaikat dalam tubuh Shina kembali berucap.
“Mundur,
Engelina!!” Salbina berteriak, melepaskan ratusan senjata sucinya ke arah
Zaxia.
Melihat
hal itu Zaxia lekas berlari ke depan, Memasang posisi kuda-kuda siap memukul.
Menarik napas dalam-dalam. Berteriak, menggema di seluruh penjuru ruangan.
“Airquake Immortality ....”
Retakan udara
langsung muncul saat Zaxia memukul udara. Menghacurkan apapun di hadapannya,
ratusan senjata suci Salbina diretakkan. Berjatuhan dihancurkan. Salbina
mengangkat tangan kanan, Shina mengangkat tangan kiri. Membuat pelindung untuk
Halsy Aeldra di belakangnya.
Ruangan
Shelter yang kokoh dihancurkan oleh kemampuan tingkat akhir Zaxia. Ledakan
benar-benar terdengar keras, tapi anehnya tak ada satupun orang yang datang. Salah satu dari mereka telah melakukan sesuatu pada sekitarnya.
Setelah
badai gempa udara berakhir. Terlihat lah Salbina dan yang lainnya masih kokoh
berdiri, memberikan ekspresi datar pada Zaxia. Memperlihatkan perbedaan
kekuatan yang amat sangat jauh.
Zaxia
terdiam, berjalan mundur. Kembali menyentuh pundak putranya. Memberikan tatapan
frustasi pada lawannya.
“Shina, bolehkah?” Kedua malaikat
bertanya.
“Ya,”
Shina menutup mata, memegang dada dengan kedua tangan.
“Mass Dimension Code: Halberd!” Salbina berucap,
mulai merentangkan tangan kanan hingga sejajar dengan bahu. Seketika muncul
kapak raksasa yang membuat cekung lantai. Terlihat sangat kuat dan tak
terkalahkan.
“Angelina,
pinjam tubuhmu sebentar.” Engelina mulai menutup mata, aura hitam seketika
menyelimutinya. Terlihat menakutkan, membuat Lisienata bergemetar.
Zaxia hampir terjatuh, kehabisan
tenaga. Berwajah khawatir dan menatap tajam musuhnya. Berpikir keras, mencari
jalan keluar dari situasi penuh keputusasaan yang dihadapinya.
“Baiklah
..., saatnya penghakiman, Wanita Pendosa,” Shina berucap, merentangkan
sayap merpati putih di belakang tubuhnya. Sangat besar dan bercahaya. Suaranya
menggema. Sosok dua malaikat kelas atas sedang menggunakan tubuhnya.
“Kubalas
pukulanmu tadi berkali-kali lipat, Manusia ...,” lambang ras demigod di
dahi Engelina bersinar berwarna ungu kehitaman. Tato hitam dan cahaya ungu terlihat
mengerikan menyelimuti wajahnya, dua tanduk kokoh kijang muncul di atas kepala,
berwarna ungu kehitaman.
“Tak ada ampun untukmu sekarang, Kak Zaxia,” Salbina
bergumam pelan, mengangkat kapak raksasanya. Aura kuning keemasan langsung
terlihat, menyelimuti dirinya. Dia menatap tajam lawannya.
Zaxia mengkerutkan dahi ke atas,
memasang wajah frustasi. Tak pernah berhenti gemetar tubuhnya. Sadar diri,
mustahil baginya bertahan melawan mereka.
Halsy hanya memberikan senyuman
kesedihan, menangis perihatin melihat sang sahabat. Berucap pelan kembali
membujuk sahabatnya.
“Ku-kumohon, sekarang masih belum
terlambat, Zaxia. Serahkan anak itu. Dia adalah Kembaran Raja Iblis Ketiga.
Naga Surga Kuno, Dewa Wilfere.”
Seru banget... tapi sedih bgt...
ReplyDeleteBaca bagian kedua ini rasanya baper mau nangis...
Seru banget... tapi sedih bgt...
ReplyDeleteBaca bagian kedua ini rasanya baper mau nangis...