Thursday, 1 June 2017

Prolog

Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Prolog
            Aah, malam ini aroma dunia terasa harum. Benar-benar hari terbaik untuk menyatakan perang pada dunia. Setidaknya itu yang kupikirkan setelah mengetahui jika Feniks sudah ikut campur dalam urusan kami.


            Aku harus bergerak cepat, menghentikan dunia ini yang sudah berjalan tidak karuan. Kemunafikan dan kepura-puraan, perselisihan dan pengkhianatan, selalu merangkul dunia ini. Tanpa disadari, mereka hanya terus bergerak, berjalan ke kedua tangan mahluk terkutuk itu.


            Mengakhiri dunia ini adalah pilihan yang paling masuk akal, hanya ini satu-satunya cara agar membebaskan segala mahluk yang tinggal di dunia ini.


Aku mencintai para mahluk di dunia, melebihi diriku sendiri. Maka aku berani mengambil tindakan ekstrim ini. Meski itu artinya seluruh mahluk di dunia ini mengutuk tindakanku.


            Di masa ini, di zaman ini, apapun yang terjadi aku harus melakukannya, harus, harus, dan harus melaksanakan keputusanku di masa lalu. Meski dunia ini menghalangi, meski semua dewa menentang keputusanku, aku akan tetap melakukannya.


            Dua penjaga gerbang mengangkat kedua tangan, terlihat bersiaga sambil memberikan reaksi waspada berlebihan padaku. Wajahnya terlihat membiru ketakutan, bagaikan sudah melihat hantu saja. Haha– sungguh menggemaskan.


            Aku tetap berjalan mendekati mereka, ingin memasuki rumah yang dijaga oleh dua penjaga itu. Salah satu penjaga berteriak dengan nada tinggi yang ketakutan, ‘Siapa kau!?’.


Tak mengherankan dia bertanya seperti itu. Aku yang saat ini memakai jubah hitam besar, jadi wajar jika dia bertanya seperti itu. Tapi jika kulepas jubah ini, mereka pasti akan memberikan senyuman kebahagiaan, membiarkanku masuk, menyambut kepulanganku.


Tapi aku tak bisa melakukan hal itu, ada yang harus kulakukan di kediaman paling vital di benua ini, kediaman Halsy Aeldra. Sang pahlawan yang kagumi umat manusia.


Sedikit kuangkat kepala, membalas tatapan mereka. Wajah mereka terlihat terkejut, tersentak seluruh tubuh dan hati. Tatapan mereka langsung kosong, mulut mereka berbusa, langsung tak sadarkan diri.


Uhumm– setidaknya aku tak membunuh mereka, hanya membuat mereka pingsan tanpa memberikan luka yang menyakitkan.


Aku berjalan melewati gerbang, memasuki kediamannya lebih dalam. Setiap ada orang yang datang, selalu kubuat tak sadarkan diri. Apapun yang terjadi, aku tak ingin membunuh seseorang sampai Raja iblis dan wanita itu.


Kamar sederhana menjadi akhir dari langkahku, wanita itu tertidur di atas kasurnya. Wajahnya rupawan, meski ada beberapa kerutan kelelahan di sekitar wajah. Kantung mata terlihat dengan jelas. Sisa waktu hidup wanita itu sudah mencapai batasnya. Ya, wanita yang menjadi kunci kedamaian benua ini, Sang Demigod Halsy.


Tangan kanan mulai kuangkat ke arah wajahnya, berniat mengeluarkan sentuhan terakhir untuknya. Akan kuringankan penderitaanmu, akan kulepas keletihanmu. Biarkan aku menjadi algojomu, biarkan aku mengambil kehidupanmu yang berharga–


“Akhirnya kau datang, Dewa Havoc.” Wanita itu berucap, memotong isi pikiranku. Dia mulai membuka mata, duduk di atas kasur, memberikan senyuman kecil padaku.


Aku menarik kembali tangan kananku, lekas menundukkan kepala dan tak membalas pernyataannya. Hati ini, jiwa ini terasa amat sakit. Aku ingin menangis dan berteriak ketika wanita itu mengeluarkan suaranya.


Ahh, ini sebabnya aku datang di malam hari, tak ingin membunuh beliau dalam keadaan tersadar. Hati nurani tak kuat, tak kuasa mengambil dia yang memberikanku segalanya.


“Halsy Aeldra, aku ingin membunuhmu sekarang. Hari ini, kau harus meninggalkan dunia. Apapun yang terjadi.” Aku berucap dengan mulut yang sedikit bergemetar. Tenggorokan terasa tercekik, mengucapkan kalimat mengerikan itu di hadapannya.


Wanita itu mulai tersenyum bahagia, menutup matanya. Kenapa dia memperlihatkan ekspresi wajah itu!? Tindakannya hanya membuatku semakin kesulitan untuk mengambil nyawanya.


“Aah... kau dulu sangat menggemaskan, berlari-larian ke sana kemari. Tertawa riang seperti Almeera.”


“....” Aku tak menjawab pernyataanya, kembali menundukkan kepala seolah enggan mengadu pandangan.


“Kau dan Angela mengkhianati kepercayaan dunia dan berbagai mahluk di dunia ini. Kau bahkan berani mengambil nyawa kakak kandung dan kakak iparmu. Hanya demi melindungiku, hanya untukku kau rela melakukan hal itu.” Aku menundukkan kepala, menitiskan sedikit air mata. Sungguh sakit hati ini mengingat masa lalu, mengingat dia yang mati-matian melindungiku dari dunia yang ingin melenyapkanku.


“Aku melakukan hal yang benar menurutku. Meski kau ancaman dunia ini, meski kau adalah simbol malapetaka. Kau tetap berharga bagiku. Kuperjuangkan kehidupanmu, meski itu artinya aku harus memusuhi dunia. Karena bagaimanapun ..., kau tetaplah putriku.”


Aku tak bisa menjawab, tetap menundukkan kepala, menitiskan air mata lebih deras. Tak bisa, tak mampu, sungguh tak kuasa mengambil dia yang amat berharga.


Tak lama dia tertawa kecil hingga terlihat giginya. Tetesan butir air mata juga terlihat di masing-masing sisi matanya. Wanita yang paling kuhormati segalanya itu mulai berucap di keheningan malam yang merangkul kami berdua.


“Sebelum kau mengambil nyawaku, bisakah kita mengobrol dulu, bercerita dulu? Selain itu ada beberapa hal penting yang ingin kusampaikan sebelum kematianku. Penting untukmu, penting untuk kembaranmu, dan penting untuk dunia ini.”


“Ya ..., Ibunda.” Aku menjawab, tetap menundukkan kepala. Mengepalkan erat kedua tangan ini hingga bergemetar.


“Em jadi ..., bagaimana dia di saat-saat terakhirnya?” ibu bertanya, memberikan senyuman lebar. Air mata sedikit menetes di sisi matanya.


“Ayah tersenyum bahagia setelah aku menusuk dadanya. Dia memberikan pesan padamu, jika dia menunggumu di sana.”


“Begitu, jadi dia menungguku yah ....” ibu menyatukan kedua tangan, dikepal di depan dada. Tersenyum, mengeluarkan tangisan kebahagiaan. Membuatku terdiam, melihat dia yang seperti itu.


 “Jadi, apa kau tak ingin merubah pikiranmu? Tetap mengikuti takdirmu?” ibu kembali bertanya, sedikit menurunkan pandangan.


“Berbeda dengannya, aku akan tetap memenuhi takdirku.” Aku menjawab dengan tegas, tanpa sedikitpun keraguan.


Sungguh beruntungnya yah, Havoc. Memiliki wadah yang sejalan dengan tujuanmu. Tidak sepertiku,” Ibu kembali berucap, mata kirinya bersinar, iris matanya berubah warna menjadi kuning keemasan. Pupilnya juga berubah seperti ular.


Aku terkejut melihat kejadian itu, hati ini terasa membara. Seluruh permukaan kulitku terasa merinding bersemangat. Kembaranku, mahluk yang paling menentang keras tujuanku.


“Wilfere!? Kenapa kau ..., ah jadi begitu. Ibu mengambil sebagian kekuatannya, kau juga bisa menggunakan tubuh ibuku.”


Ya seperti itulah ....” Wilfere dalam tubuh Halsy berucap, sedikit tertawa di ucapan terakhirnya.


“Jadi ada apa? Sampai kau keluar dan berbicara pada adikmu ini?” senyum kecilku, memberikan tatapan dalam padanya.


Halsy, kau yang jelaskan ....” Wilfere bergumam. Mata kiri Halsy tertutup perlahan.


Halsy menganggukkan kepala, lekas berucap dengan nada keseriusan yang dalam.


“Dengarkan aku, aku akan menjelaskan kondisi kalian sebenarnya. Pada dasarnya kalian memang hanya manusia biasa, bukanlah dewa. Aku membicarakan tentangmu dan Lisienata, wahai Putriku. Kalian hanya memiliki zat Dewa yang berdiam diri dalam jasad kalian. Baik kekuatan, kesadaran, bahkan ambisi. Segala apa yang ada dalam Dewa tersebut tersimpan dalam tubuh kalian. Dengan kata lain, saat kalian dilahirkan ke dunia ini, kalian memiliki dua kepribadian.


Tapi ketika beranjak dewasa, jika segala sesuatu yang ada di zat Dewa itu sesuai, sejalan, dan sepahaman dengan diri kalian. Maka perlahan dua kepribadian itu akan menghilang dan menyatu. Kalian akan menjadi Dewa itu sendiri.” Jelasnya menutup mata. Dia sedikit mengambil nafas untuk sesaat. Membuat hatiku terasa sakit bagai dihancurkan.


“Tapi itu tidak berlaku bagi Lisienata. Dia memiliki ambisi, pemahaman, dan tujuan yang berbeda dengan Dewa Wilfere. Membuat dia terus memiliki kesadaran. Terperangkap dalam bayang-bayang takdir yang tak ia inginkan.


Dia juga bagaikan arwah yang mati-matian mengendalikan jasadnya. Itu semua karena kekuatan Wilfere yang terlalu besar.


Sedangkan kau masuk dalam kategori pertama, Putriku. Manusia yang bisa menyesuaikan diri dengan kehendak zat dewa. Dengan kata lain manusia yang berevolusi menjadi dewa itu sendiri,” pelan Halsy menundukkan kepala. Mengambil nafasnya kembali. Sungguh setiap kali dia berhenti seperti ini, membuat hatiku terasa sakit.


“Kami menyebutnya Archdemigod. Demigod pertama, awal dari para Demigod. Aku dan kamu termasuk salah satunya.” Halsy menutup mata, berucap hingga membuatku bergemetar terkejut ketakutan.


            Aku selangkah berjalan mundur, mulai mengingat kembali misteri besar di dunia ini yang sampai saat ini belum kupecahkan.


            Semenjak tubuhku bersatu dengan Havoc seutuhnya, aku sudah mendapatkan pengetahuan dan ingatan dari havoc. Termasuk pengetahuan berupa sosok keberadaan berbagai dewa di berbagai dunia.


            Setiap dunia pasti memiliki dewanya masing-masing. Begitupula dengan Dunia ini. Dunia yang dipanggil Earth ini pasti memiliki Dewanya sendiri, yang mengawasi dan menjaga kedamaian.


            Halangan terbesarku bukanlah Wilfere, melainkan dewa penjaga di dunia ini. Tapi selama aku datang ke dunia ini di masa lampau, tak pernah sekalipun aku mendengar, melihat apalagi bertemu dengan sang penguasa dunia ini.


            Setelah mendengar ucapan terakhir dari ibu, kini semuanya jelas, kini semuanya masuk akal jika aku takkan pernah bisa bertemu sang penguasa dunia ini. Itu semua karena sang penguasa adalah ....


Aku lebih memilih bertanya langsung padannya, dengan nada suara pelan dan terbata-bata, bahkan mungkin tak terdengar olehnya. “God Slayer: Deity Of The Earth ...?


Ibu memberikan senyuman kecil sambil menatapku sangat dalam, seolah memiliki arti yang amat berharga. Tak lama, lambang di dahinya mulai bersinar kekuningan, wanita yang paling kuhormati itu pun menutup mata dan berucap dengan suara yang menggema di hati.


Kau adalah orang pertama yang mengetahui hal ini, Putriku. Aku memang Halsy, tapi aku juga salah satu dari lima God Slayers sepertimu. Dengan kata lain Dewa yang bertanggung jawab atas di dunia ini. Deity Of The Earth, Dewi Earthesia.”

8 comments: