Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Prolog
Prolog
Aah, malam ini aroma dunia terasa harum. Benar-benar hari terbaik untuk menyatakan perang pada dunia.
Setidaknya itu yang kupikirkan setelah mengetahui jika Feniks sudah ikut campur
dalam urusan kami.
Aku harus bergerak cepat,
menghentikan dunia ini yang sudah berjalan tidak karuan. Kemunafikan dan
kepura-puraan, perselisihan dan pengkhianatan, selalu merangkul dunia ini.
Tanpa disadari, mereka hanya terus bergerak, berjalan ke kedua tangan mahluk terkutuk itu.
Mengakhiri dunia ini adalah pilihan
yang paling masuk akal, hanya ini satu-satunya cara agar membebaskan segala mahluk
yang tinggal di dunia ini.
Aku
mencintai para mahluk di dunia, melebihi diriku sendiri. Maka aku berani
mengambil tindakan ekstrim ini. Meski itu artinya seluruh mahluk di dunia ini mengutuk tindakanku.
Di masa ini, di zaman ini, apapun
yang terjadi aku harus melakukannya, harus, harus, dan harus melaksanakan
keputusanku di masa lalu. Meski dunia ini menghalangi, meski semua dewa
menentang keputusanku, aku akan tetap melakukannya.
Dua penjaga gerbang mengangkat kedua
tangan, terlihat bersiaga sambil memberikan reaksi waspada berlebihan padaku.
Wajahnya terlihat membiru ketakutan, bagaikan sudah melihat hantu saja. Haha– sungguh
menggemaskan.
Aku tetap berjalan mendekati mereka,
ingin memasuki rumah yang dijaga oleh dua penjaga itu. Salah satu penjaga
berteriak dengan nada tinggi yang ketakutan, ‘Siapa kau!?’.
Tak
mengherankan dia bertanya seperti itu. Aku yang saat ini memakai jubah hitam
besar, jadi wajar jika dia bertanya seperti itu. Tapi jika kulepas jubah ini,
mereka pasti akan memberikan senyuman kebahagiaan, membiarkanku masuk,
menyambut kepulanganku.
Tapi
aku tak bisa melakukan hal itu, ada yang harus kulakukan di kediaman paling
vital di benua ini, kediaman Halsy Aeldra. Sang pahlawan yang kagumi umat
manusia.
Sedikit
kuangkat kepala, membalas tatapan mereka. Wajah mereka terlihat terkejut,
tersentak seluruh tubuh dan hati. Tatapan mereka langsung kosong, mulut mereka
berbusa, langsung tak sadarkan diri.
Uhumm–
setidaknya aku tak membunuh mereka, hanya membuat mereka pingsan tanpa
memberikan luka yang menyakitkan.
Aku
berjalan melewati gerbang, memasuki kediamannya lebih dalam. Setiap ada orang
yang datang, selalu kubuat tak sadarkan diri. Apapun yang terjadi, aku tak
ingin membunuh seseorang sampai Raja iblis dan wanita itu.
Kamar
sederhana menjadi akhir dari langkahku, wanita itu tertidur di atas kasurnya.
Wajahnya rupawan, meski ada beberapa kerutan kelelahan di sekitar wajah.
Kantung mata terlihat dengan jelas. Sisa waktu hidup wanita itu sudah mencapai
batasnya. Ya, wanita yang menjadi kunci kedamaian benua ini, Sang Demigod
Halsy.
Tangan
kanan mulai kuangkat ke arah wajahnya, berniat mengeluarkan sentuhan
terakhir untuknya. Akan kuringankan penderitaanmu, akan kulepas keletihanmu.
Biarkan aku menjadi algojomu, biarkan aku mengambil kehidupanmu yang berharga–
“Akhirnya
kau datang, Dewa Havoc.” Wanita itu berucap, memotong isi pikiranku. Dia mulai
membuka mata, duduk di atas kasur, memberikan senyuman kecil padaku.
Aku
menarik kembali tangan kananku, lekas menundukkan kepala dan tak membalas
pernyataannya. Hati ini, jiwa ini terasa amat sakit. Aku ingin menangis dan berteriak
ketika wanita itu mengeluarkan suaranya.
Ahh,
ini sebabnya aku datang di malam hari, tak ingin membunuh beliau dalam keadaan
tersadar. Hati nurani tak kuat, tak kuasa mengambil dia yang memberikanku
segalanya.
“Halsy
Aeldra, aku ingin membunuhmu sekarang. Hari ini, kau harus meninggalkan dunia.
Apapun yang terjadi.” Aku berucap dengan mulut yang sedikit bergemetar.
Tenggorokan terasa tercekik, mengucapkan kalimat mengerikan itu di hadapannya.
Wanita
itu mulai tersenyum bahagia, menutup matanya. Kenapa dia memperlihatkan
ekspresi wajah itu!? Tindakannya hanya membuatku semakin kesulitan untuk
mengambil nyawanya.
“Aah...
kau dulu sangat menggemaskan, berlari-larian ke sana kemari. Tertawa riang
seperti Almeera.”
“....”
Aku tak menjawab pernyataanya, kembali menundukkan kepala seolah enggan mengadu
pandangan.
“Kau
dan Angela mengkhianati kepercayaan dunia dan berbagai mahluk di dunia ini. Kau
bahkan berani mengambil nyawa kakak kandung dan kakak iparmu. Hanya demi
melindungiku, hanya untukku kau rela melakukan hal itu.” Aku menundukkan
kepala, menitiskan sedikit air mata. Sungguh sakit hati ini mengingat masa
lalu, mengingat dia yang mati-matian melindungiku dari dunia yang ingin
melenyapkanku.
“Aku
melakukan hal yang benar menurutku. Meski kau ancaman dunia ini, meski kau
adalah simbol malapetaka. Kau tetap berharga bagiku. Kuperjuangkan kehidupanmu,
meski itu artinya aku harus memusuhi dunia. Karena bagaimanapun ..., kau
tetaplah putriku.”
Aku
tak bisa menjawab, tetap menundukkan kepala, menitiskan air mata lebih deras.
Tak bisa, tak mampu, sungguh tak kuasa mengambil dia yang amat berharga.
Tak
lama dia tertawa kecil hingga terlihat giginya. Tetesan butir air mata juga
terlihat di masing-masing sisi matanya. Wanita yang paling kuhormati segalanya
itu mulai berucap di keheningan malam yang merangkul kami berdua.
“Sebelum
kau mengambil nyawaku, bisakah kita mengobrol dulu, bercerita dulu? Selain itu
ada beberapa hal penting yang ingin kusampaikan sebelum kematianku. Penting
untukmu, penting untuk kembaranmu, dan penting untuk dunia ini.”
“Ya
..., Ibunda.” Aku menjawab, tetap menundukkan kepala. Mengepalkan erat kedua
tangan ini hingga bergemetar.
“Em
jadi ..., bagaimana dia di saat-saat terakhirnya?” ibu bertanya, memberikan
senyuman lebar. Air mata sedikit menetes di sisi matanya.
“Ayah
tersenyum bahagia setelah aku menusuk dadanya. Dia memberikan pesan padamu,
jika dia menunggumu di sana.”
“Begitu,
jadi dia menungguku yah ....” ibu menyatukan kedua tangan, dikepal di depan
dada. Tersenyum, mengeluarkan tangisan kebahagiaan. Membuatku terdiam, melihat
dia yang seperti itu.
“Jadi, apa kau tak ingin merubah pikiranmu?
Tetap mengikuti takdirmu?” ibu kembali bertanya, sedikit menurunkan pandangan.
“Berbeda
dengannya, aku akan tetap memenuhi takdirku.” Aku menjawab dengan tegas, tanpa
sedikitpun keraguan.
“Sungguh beruntungnya yah, Havoc. Memiliki
wadah yang sejalan dengan tujuanmu. Tidak sepertiku,” Ibu kembali berucap,
mata kirinya bersinar, iris matanya berubah warna menjadi kuning keemasan.
Pupilnya juga berubah seperti ular.
Aku
terkejut melihat kejadian itu, hati ini terasa membara. Seluruh permukaan
kulitku terasa merinding bersemangat. Kembaranku, mahluk yang paling menentang
keras tujuanku.
“Wilfere!?
Kenapa kau ..., ah jadi begitu. Ibu mengambil sebagian kekuatannya, kau juga
bisa menggunakan tubuh ibuku.”
“Ya seperti itulah ....” Wilfere dalam
tubuh Halsy berucap, sedikit tertawa di ucapan terakhirnya.
“Jadi
ada apa? Sampai kau keluar dan berbicara pada adikmu ini?” senyum kecilku,
memberikan tatapan dalam padanya.
“Halsy, kau yang jelaskan ....” Wilfere
bergumam. Mata kiri Halsy tertutup perlahan.
Halsy
menganggukkan kepala, lekas berucap dengan nada keseriusan yang dalam.
“Dengarkan
aku, aku akan menjelaskan kondisi kalian sebenarnya. Pada dasarnya kalian
memang hanya manusia biasa, bukanlah dewa. Aku membicarakan tentangmu dan
Lisienata, wahai Putriku. Kalian hanya memiliki zat Dewa yang berdiam diri
dalam jasad kalian. Baik kekuatan, kesadaran, bahkan ambisi. Segala apa yang
ada dalam Dewa tersebut tersimpan dalam tubuh kalian. Dengan kata lain, saat
kalian dilahirkan ke dunia ini, kalian memiliki dua kepribadian.
Tapi
ketika beranjak dewasa, jika segala sesuatu yang ada di zat Dewa itu sesuai,
sejalan, dan sepahaman dengan diri kalian. Maka perlahan dua kepribadian itu
akan menghilang dan menyatu. Kalian akan menjadi Dewa itu sendiri.” Jelasnya
menutup mata. Dia sedikit mengambil nafas untuk sesaat. Membuat hatiku terasa
sakit bagai dihancurkan.
“Tapi
itu tidak berlaku bagi Lisienata. Dia memiliki ambisi, pemahaman, dan tujuan
yang berbeda dengan Dewa Wilfere. Membuat dia terus memiliki kesadaran.
Terperangkap dalam bayang-bayang takdir yang tak ia inginkan.
Dia
juga bagaikan arwah yang mati-matian mengendalikan jasadnya. Itu semua karena
kekuatan Wilfere yang terlalu besar.
Sedangkan
kau masuk dalam kategori pertama, Putriku. Manusia yang bisa menyesuaikan diri
dengan kehendak zat dewa. Dengan kata lain manusia yang berevolusi menjadi
dewa itu sendiri,” pelan Halsy menundukkan kepala. Mengambil nafasnya kembali. Sungguh
setiap kali dia berhenti seperti ini, membuat hatiku terasa sakit.
“Kami
menyebutnya Archdemigod. Demigod
pertama, awal dari para Demigod. Aku dan kamu termasuk salah satunya.” Halsy
menutup mata, berucap hingga membuatku bergemetar terkejut ketakutan.
Aku selangkah berjalan mundur, mulai
mengingat kembali misteri besar di dunia ini yang sampai saat ini belum
kupecahkan.
Semenjak tubuhku bersatu dengan
Havoc seutuhnya, aku sudah mendapatkan pengetahuan dan ingatan dari havoc.
Termasuk pengetahuan berupa sosok keberadaan berbagai dewa di berbagai dunia.
Setiap dunia pasti memiliki dewanya
masing-masing. Begitupula dengan Dunia ini. Dunia yang dipanggil Earth ini pasti
memiliki Dewanya sendiri, yang mengawasi dan menjaga kedamaian.
Halangan terbesarku bukanlah
Wilfere, melainkan dewa penjaga di dunia ini. Tapi selama aku datang ke dunia
ini di masa lampau, tak pernah sekalipun aku mendengar, melihat apalagi bertemu
dengan sang penguasa dunia ini.
Setelah mendengar ucapan terakhir dari
ibu, kini semuanya jelas, kini semuanya masuk akal jika aku takkan pernah bisa
bertemu sang penguasa dunia ini. Itu semua karena sang penguasa adalah ....
Aku lebih memilih bertanya langsung padannya, dengan nada suara pelan dan terbata-bata, bahkan mungkin tak
terdengar olehnya. “God Slayer: Deity Of
The Earth ...?”
Ibu
memberikan senyuman kecil sambil menatapku sangat dalam, seolah memiliki arti
yang amat berharga. Tak lama, lambang di dahinya mulai bersinar kekuningan,
wanita yang paling kuhormati itu pun menutup mata dan berucap dengan suara yang
menggema di hati.
“Kau adalah orang pertama yang mengetahui hal
ini, Putriku. Aku memang Halsy, tapi aku juga salah satu dari lima God Slayers
sepertimu. Dengan kata lain Dewa yang bertanggung jawab atas di dunia ini. Deity
Of The Earth, Dewi Earthesia.”
wow
ReplyDeleteJadi Havoc itu kembaran lapis apa almeera?
ReplyDeletebukan keduanyaa~
DeleteKembaran wilfer ya
ReplyDeleteiya, gadis yg di atas kembaran wilfere
DeleteKapan update yg ke-3 kak
DeleteSasuga mastah selalu membuatku penasaran
ReplyDeleteLanjut senpai...
ReplyDelete