Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter 4
Pertemuan
Chapter 4
Pertemuan
Beberapa menit setelah
terjatuhnya mahluk raksasa berkulit hijau, yakni sang ogre yang menjadi lawan
Valkyrie Dealendra.
Benturan keras terdengar di belakang
punggung Alyshial. Itu dari dua Minotaur yang melakukan benturan dengan
masing-masing kepalanya. Di belakang Minotaour itu terlihat dua gerbang dimensi
berwarna hitam dengan sisi kemerahmudaan.
Itu perbuatan dari Rina
yang terlihat sedang berkonsentrasi mengangkat tangan kananya ke depan, membelakangi dua monster tersebut.
Ketika dua Minotaur itu terdiam
bergeming sesaat, merasakan kesakitan akan dampak benturan. Tiba-tiba Lapis
datang, membelah keduanya sekaligus dari belakang dengan pedang misteriusnya
secara horizontal.
“Ehh, padahal aku akan
menyelesaikannya sendiri,” senyum kecil Rina melirik ke belakang, ke arah
sahabatnya.
Kepala Lapis mendongak, menatap
langit di atasnya, terlihat dua gerbang dimensi dengan ratusan ujung pedang
yang terlihat tajam dan berbahaya. Alat yang digunakan Rina untuk mengekseskusi
musuhnya.
“Terlalu lama ...,” datar Lapis
berucap sebelum menghela nafas. Sedangkan Rina hanya tertawa kecil sambil
membatalkan serangannya. Sisa Minotaur lainnya sudah dikalahkan dengan tubuh
yang terbelah acak-acakan.
Alyshial lagi-lagi terdiam melihat
penampakan di depannya. Terpukau melihat kemampuan Rina yang mendekati Lapis.
Tapi itu tak lama sampai ledakan tembok di samping kirinya terdengar.
Kali ini bukan monster yang muncul,
melainkan Almeera yang diselimuti listrik berwarna putih. Sabit raksasa
terlihat melayang di sekitarnya seolah dikendalikan oleh listrik putihnya.
“Natasha ...!?” Lapis terkejut
melihat adiknya, tapi langsung terdiam setelah mendengar teriakkan sang adik
yang dibumbui ketakutan.
“Kakak!!” Almeera langsung memeluk
tubuh kakaknya seolah sedang ketakutan. Seluruh kekuatan beserta sabit
raksasanya pun menghilang.
“Kakak tak apa-apa, kan!?” karut Almeera dengan kepala mendongak, menatap Lapis dengan air mata memenuhi wajah.
“Astaga memangnya aku selemah itu,
Natasha?” senyum Lapis sambil mengelus rambut putih Almeera dengan lembut. Rina
dan Alyshial hanya tersenyum simpul melihat pertemuan Lapis dengan adiknya.
“Ta-tapi .... Se-sebelumnya mama
yang pergi. Almeera takut Ka-Kak Lapis juga ....” Almeera merapatkan bibirnya,
menutup matanya sangat erat dengan air mata ketakutan menghiasi wajah.
“Dasar bodoh.... Aku takkan pergi
semudah itu, kan?” Lapis tertawa geli sambil terus mengusap lembut rambut
Almeera, berniat menenangkan dirinya yang diselimuti rasa ketakutan.
Lalu beberapa menit setelahnya, Rina
terlihat berjalan mendekati lubang tembok yang diciptakan Almeera sambil
bertanya.
“Bagaimana sisanya yang di luar,
Putri Almeera?”
“Sudah Almeera binasakan. Siapapun
yang berniat melukai keluarga Almeera, pasti Almeera hancurkan!” ucap Almeera
dengan suara bergetar. Dia melepas pelukan dari sang kakak sambil menatap Rina penuh keseriusan.
Dan benar saja, ketika Rina melihat
ke luar melewati lubang yang diciptakan Almeera. Terlihat tumpukan mayat
monster seperti Minotaur, Goblin, Minotaur, bahkan Giant dan Ogre. Tubuh mereka
terlihat terbelah oleh sayatan benda tajam secara rapih.
“...!” Rina membelakakan kedua bola
matanya, tapi itu tak lama sambil dia tertawa kecil dan berucap.
“Kau benar-benar sesuatu yah, Putri
Almeera.”
“....” Lapis dan Alyshial terdiam
melihat Almeera yang memberikan tatapan keseriusan pada Rina. Seolah-olah
setiap perkataanya itu benar-benar berasa dari hati terdalamnya.
“Alys, kau tak apa-apa!?” tiba-tiba
teriakkan wanita dewasa terdengar dari arah belakang Alys diikuti oleh para
pengawal kerajaan berpakaian lengkap. Ekspresi penuh kecemasan pun menghiasi wajah wanita itu
yang memakai mahkota kerajaan.
“Ibu ...!?” Alys terkejut melihat
ibunya yakni Ratu Alysha yang berlari menghampirinya.
“Oh, ada Rina, Lapis, dan Almeera
juga,” senyum Alysha sedikit terkejut
setelah melihat Lapis dan yang lainnya.
“Wah itu Bibi Alysha!” Almeera
melepas ekspresi keseriusannya, dan berubah riang sambil menatap Ratu Alysha
yang mulai berjalan mendekati mereka.
“Untunglah kalian juga selamat,”
senyum Alysha sambil mengusap pelan kepala Almeera, lalu menatap Lapis yang
tersenyum dan sedikit menundukkan kepala memberi hormat, lalu berucap.
“Saya juga bersyukur Bibi baik-baik
saja.”
“Jadi, bagaimana keadaannya di
sini?” Ratu Alysha bertanya.
“Lapis dan yang lainnya sudah
mengalahkan mereka, Bu.” Alys menjelaskan sambil berjalan mendekati ibunya.
Sedangkan gurunya yang pingsan sudah ia serahkan pada salah satu pengawal yang
datang bersama ibunya untuk diberikan pertolongan.
“Benarkah? Tapi Ibu tetap mempercayainya sih jika Lapis dan Rina melakukannya,” senyum Alysha melirik Lapis dan Rina.
“.... Tapi sebenarnya kami hanya
mengurus sedikit, sisanya sudah disapu bersih oleh gadis kecil itu,” senyum
Rina menghela nafas sesaat sebelum berucap mengeluarkan pernyataan. Tatapannya
tertuju pada Almeera.
“Eh oleh Almeera?” Alysha kembali
mengusap lembut kepala Almeera.
“Hehehe ...!” Almeera tertawa kecil
berisikan rasa kebanggaan.
“Tapi lain kali kau harus hati-hati
Natasha, jangan memaksakan diri.” Lapis berucap tegas memarahi adiknya agar tak
besar kepala.
“Baaaiik!” Almeera mengeluh dengan manja sambil menganggukkan kepala.
“....” Sedangkan sekitarnya hanya
tertawa melihat tingkah kakak beradik di dekatnya. Dalam suasana yang masih
hangat itu, tiba-tiba Alyshial berjalan mendekati ibunya sambil bertanya.
“Ah iya Bu, Alys ingin bertanya
sesuatu.”
“Eh, apa?”
“Apa Alys punya kakak atau adik?”
tanya Alys lansgung, sontak seluruh perhatian termasuk Lapis dan yang lainnya tertuju padanya.
“Hah!?” Alysha terkejut kebingungan
tapi itu tak lama sampai dia menyentuh dagu dan terlihat berpikir.
“Da-darimana kau mendengar hal ini?”
senyum Alysha dengan raut wajah prihatin.
“Ap-apa maksud ekspresi ibu itu
...?” Alyshial mulai terlihat cemas juga melihat ekspresi wajah ibunya.
“Yah, tak apa sih karena kamu sudah
besar. Sebenarnya saat waktu ibu mengandungmu, kau itu memiliki kembaran, dan
dia adalah kakakmu. Tapi sayangnya proses persalinan untuk kakakmu tak berjalan
lancar, dan seperti itu lah ...,” senyum Alysha menjelaskan dengan suara pelan, dan bahkan
hampir menghilang suaranya karena mengingat kenangan pahit di masa lalu.
“....!!” kedua bola mata Alys
terbelalak lebar, begitupula dengan Lapis dan Rina. Sungguh tak menyangka akan
jawaban Ratu Kerajaan Skyline.
“Ta-tapi itu hanya masa lalu, Ibu
kini memilikimu. Ibu akan melindungi apapun yang terjadi, kenangan pahit yang
menimpa kakakmu pasti takkan terul –“
“Ba-bagaimana...!” ucapan Ratu Alysha
terpotong oleh putrinya yang berteriak penuh keraguan karena rasa panik.
“Eh bagaimana apa?” Alysha bertanya dan menatap kebingungan putrinya.
“Ba-bagaimana jika ‘dia’ itu masih
hidup!?” Alys bertanya menatap ibunya dengan kedua mata yang memerah.
“....” Alysha terdiam dan terkejut
mendengar pernyataan putrinya. Tapi tak hanya dia, seluruh orang di sekitarnya
juga terkejut mendengar pertanyaan Alys.
“A-apa yang kau katakan, Alys?
Ti-tidak mungkin jika dirinya ....” Alysha kebingungan memegang kepala, tapi
suaranya menghilang. Ekspresi wajahnya mulai berubah diselimuti kemarahan
sambil bertanya.
“Ma-maksudmu ayah membohongi Ibu!?”
Alys menganggukkan kepala di hadapan
ibunya sebelum berucap. “Ki-kita harus menanyakan hal ini pada Ayah, Bu!”
“Kau benar, Ibu juga merasa ada yang
janggal dari ucapannya waktu it –“
“Kakak ....!?” Almeera tiba-tiba berteriak,
menoleh ke kanan atas, menatap sosok yang berdiri mengamati mereka.
Sontak seluruh perhatian sekitar
mulai menatap sosok yang berdiri di atas benteng. Lelaki berambut hitam dengan
beberapa bagian rambutnya berwarna kuning lemon seperti Alys. Ya, itu adalah Aeldra.
Ratu Alysha terlihat berjalan
melewati Alys, memasang wajah menyeramkan pada Aeldra seolah berniat melindungi
putrinya. Para pengawal pun mulai mengacungkan senjata padanya.
“Aku
sudah menyembunyikan kehadarianku sebaik mungkin. Tapi astaga, sebenarnya
seberapa pekanya gadis ini ....” batin Aeldra menghela nafas di akhir
ucapan lalu menatap Almeera.
“Tapi
yah, seluruh monster sudah tak ada lagi. Sisanya hanya dua mahluk berkekuatan
misterius yang saling bertarung di ujung pantai– ah tunggu, apa salah satunya yang
kutemui waktu?”
“Wahh benar, ternyata Kakak yang
waktu itu!!” Almeera terlihat bahagia sambil menatap Aeldra.
“....” Aeldra hanya membalas
senyuman gadis kecil itu yang berlari mendekatinya.
“Sebaiknya
aku mundur sekarang, selama Lapis, Almeera, dan ‘gadis itu’ selamat. Itu sudah
cukup ....” batin Aledra sambil menatap Alys yang memberikan tatapan
ketakutan padanya.
Ketika Aeldra mulai berbalik dan
berniat melompat pergi, tiba-tiba.
“Tunggu!!” teriakan gadis terdengar,
itu dari Lapis yang sambil berjalan cepat mengikuti langkah Almeera.
“...?” Aeldra berbalik sesaat,
menatap Lapis tanpa satu katapun.
“Ap-apa itu semuanya benar ...?” Lapis bertanya pelan.
“Apa maksudmu, Putri Lapis?” Aeldra
memiringkan kepala karena kebingungan.
“Ap-apa kau benar-benar Kakakku
...?!” Alys bertanya langsung mewakili Lapis sambil berjalan melewati ibunya. Tatapan kecil berisi perasaan bersalah benar-benar terlihat di matanya.
Sontak pernyataan Alys itu menjadi
sebuah kejutan tak terduga bagi ibunya. Dia lekas menatap kebingungan dan
ketakutan putrinya.
“....!!” Tidak hanya sang ratu,
melainkan Aeldra juga dibuat terkejut setelah mendengar pertanyaan Alys. Dia lekas
membalikkan badannya, dan memberikan tatapan tajam begitu menyayat hati.
Aura di sekitarnya berubah menjadi
terasa berat, tak mengenakkan hati siapapun di sana.
“’Lelaki tua’ itu mengatakannya!?”
Aeldra bertanya dengan suara yang begitu berat seolah dipenuhi emosi yang kuat.
“Ap-apa maksudnya itu ...?” Ratu Alysha
terlihat memberikan tatapan kosong pada Aeldra. Raut wajahnya terlihat tak
karuan karena diselimuti berbagai macam perasaan yang bercampur aduk.
“....” Aeldra menutup mata dan
menghela nafas berniat mengontrol emosinya. Tapi itu tak lama sampai dia
membuka mata, dan berucap dengan nada suara yang datar seolah tak peduli.
“Aku tak tau lelaki itu sudah sampai
mana mengatakan tentangku. Tapi jika itu benar, memangnya apa yang akan kalian lakukan sekarang ...?”
“...!!” Alys beserta ibunya
tersentak kaget memberikan tatapan ketakutan pada Aeldra. Tidak hanya mereka, tapi semua orang di sekitar yang mendengar perbincangan mereka juga terkaget-kaget
mendengar pernyataan Aeldra yang begitu mengejutkan.
***
Di lain tempat bersamaan dengan
kemunculan Alysha di hadapan putrinya dan yang lainnya.
Di pesisir pantai terlihat tenang,
tiba-tiba muncul bayangan, lalu benturan sangat keras bagai ledakan hingga
mengangkat tumpukan pasir di bawahnya ke udara.
Lalu setelah pasir itu menghilang
terlihat gadis berambut putih berseragam HoK yang sudah diperlihatkan
sebelumnya. Gadis bernama Reia.
Dia terlihat bangkit dengan darah di
pelipis kirinya, tapi meski begitu dia memasang wajah datar tak
memperlihatkan kesakitan. Dua belati
berwarna hitam dengan tepian tajamnya berwarna hijau terlihat ia genggam di
masing-masing tangannya.
“Kak Leia ....” Tatapan datar Reia
tertuju ke atas langit, lebih tepatnya pada seorang gadis berambut hitam yang
memiliki wajah mirip sepertinya. Gadis bernama Leia yang sebelumnya melakukan
penyerangan pada Selenia. Dia terlihat memegang pedang hitam pekat yang dialiri
listrik berwarna merah delima.
“Kenapa kau tak mengerti juga, Reia?
Kenapa kau tetap keras kepala membela dunia ini yang sudah memanfaatkan orang
tua kita?”
“Ayah dan Ibu membela dunia ini
tanpa paksaan. Tindakan Kakak saat ini benar-benar bertentangan dengan apa yang
mereka lakukan.” Reia mulai merendahkan tubuh dan punggungnya, memasang
kuda-kuda yang terlihat sangat sudah terlatih.
“Benarkah? Tapi aku tak peduli. Satu
hal yang pasti kutau hanyalah ..., mereka dimanfaatkan dan mati oleh dunia ini.
Tidak hanya ayah, tapi ibu juga ....” Leia memberikan tatapan keseriuan pada
adiknya, menarik kedua tangannya yang memegang pedang hingga kepalan tangannya
mendekati telinga kanan.
“Takkan kubiarkan Kakak
menghancurkan perjuangan mereka. Reia akan menghentikan kakak di sini.”
“Lakukan saja jika kau mampu, Reia.”
Berakhirnya dengan ucapan terakhir
Leia, tiba-tiba keduanya menghilang, lebih tepatnya bergerak dengan sangat
cepat melakukan pertarungan di udara. Benturan senjata mereka terdengar nyaring
dan bergemetar hingga menimbulkan getaran di daratan maupun lautan.
Pertarungan sudara kembar itu
benar-benar terlihat mengerikan. Baik kekuatan, kecepatan, bahkan
ketangkasannya benar-benar seimbang.
Lebih dari beberapa menit mereka
terus mengadu kekuatan sampai terdengar ucapan pelan, tapi anehnya masih bisa
terdengar oleh keduanya.
“Hentikan ini, Leia.”
“...!!” sontak Reia melompat mundur
sambil menatap waspada pada gadis yang sebelumnya berucap.
Itu gadis elf yang sudah
diperlihatkan sebelumnya yang bernama Chaca. Dia terlihat melayang lebih tinggi
di atas Leia.
“Apa lagi sekarang, Chaca!?” kepala
Leia mendongak ke atas dan memberikan tatapan kekesalan pada Chaca.
“Tolong ikuti rencana kita dengan
sungguh-sungguh. Hanya karena mereka memulai invasi hari ini, itu buka berarti
kita juga harus masuk dalam pertempuran ....” Chaca berucap menjelaskan.
“Tapi kesempatan langka ini.., tak
mungkin kita –“
“Mundur. Kau hanya merusak rencana kita.
Lagipula seluruh anak buahmu sudah dikalahkan oleh para tikus itu,” datar Chaca
dengan tatapan langsung ke bawah ke arah Leia.
“....!” Leia terdiam bergemetar
ketakutan karena ancaman gadis yang memiliki kekuatan lebih jauh darinya.
“Selain itu informasi berharga sudah
kita dapatkan. Kita bisa kapan saja memulai penyerangan. Untuk saat ini,
biarkan kekuatan mereka menurun karena invasi raja iblis yang baru,” senyum
Chaca menatap Reia.
“Chalica ....” Reia menatap cemas
Chaca.
“Baiklah, aku akan mundur. Kita akan
selesaikan ini nanti Reia,” geram kesal Leia menatap adiknya yang berdiri di
atas pasir. Lalu selanjutnya mereka pun terbang mundur.
Reia terlihat menghela nafas dan
menutup mata setelah kepergian mereka. Lalu berucap dengan mata yang kembali
terbuka.
“Jadi mereka sudah memulai
invasinya. Kalau begitu akhir dunia ini benar-benar semakin dekat .... Tidak
ada waktu lagi, aku harus memaksanya untuk melakukan hal itu.”
***
No comments:
Post a Comment