Sunday, 10 June 2018

Chapter 4

Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Chapter 4
Pertemuan

            Beberapa menit setelah terjatuhnya mahluk raksasa berkulit hijau, yakni sang ogre yang menjadi lawan Valkyrie Dealendra.



            Benturan keras terdengar di belakang punggung Alyshial. Itu dari dua Minotaur yang melakukan benturan dengan masing-masing kepalanya. Di belakang Minotaour itu terlihat dua gerbang dimensi berwarna hitam dengan sisi kemerahmudaan.


            Itu perbuatan dari Rina yang terlihat sedang berkonsentrasi mengangkat tangan kananya ke depan, membelakangi dua monster tersebut.


            Ketika dua Minotaur itu terdiam bergeming sesaat, merasakan kesakitan akan dampak benturan. Tiba-tiba Lapis datang, membelah keduanya sekaligus dari belakang dengan pedang misteriusnya secara horizontal.


            “Ehh, padahal aku akan menyelesaikannya sendiri,” senyum kecil Rina melirik ke belakang, ke arah sahabatnya.


            Kepala Lapis mendongak, menatap langit di atasnya, terlihat dua gerbang dimensi dengan ratusan ujung pedang yang terlihat tajam dan berbahaya. Alat yang digunakan Rina untuk mengekseskusi musuhnya.


            “Terlalu lama ...,” datar Lapis berucap sebelum menghela nafas. Sedangkan Rina hanya tertawa kecil sambil membatalkan serangannya. Sisa Minotaur lainnya sudah dikalahkan dengan tubuh yang terbelah acak-acakan.


            Alyshial lagi-lagi terdiam melihat penampakan di depannya. Terpukau melihat kemampuan Rina yang mendekati Lapis. Tapi itu tak lama sampai ledakan tembok di samping kirinya terdengar.


            Kali ini bukan monster yang muncul, melainkan Almeera yang diselimuti listrik berwarna putih. Sabit raksasa terlihat melayang di sekitarnya seolah dikendalikan oleh listrik putihnya.


            “Natasha ...!?” Lapis terkejut melihat adiknya, tapi langsung terdiam setelah mendengar teriakkan sang adik yang dibumbui ketakutan.


            “Kakak!!” Almeera langsung memeluk tubuh kakaknya seolah sedang ketakutan. Seluruh kekuatan beserta sabit raksasanya pun menghilang.


            “Kakak tak apa-apa, kan!?” karut Almeera dengan kepala mendongak, menatap Lapis dengan air mata memenuhi wajah.


            “Astaga memangnya aku selemah itu, Natasha?” senyum Lapis sambil mengelus rambut putih Almeera dengan lembut. Rina dan Alyshial hanya tersenyum simpul melihat pertemuan Lapis dengan adiknya.


            “Ta-tapi .... Se-sebelumnya mama yang pergi. Almeera takut Ka-Kak Lapis juga ....” Almeera merapatkan bibirnya, menutup matanya sangat erat dengan air mata ketakutan menghiasi wajah.


            “Dasar bodoh.... Aku takkan pergi semudah itu, kan?” Lapis tertawa geli sambil terus mengusap lembut rambut Almeera, berniat menenangkan dirinya yang diselimuti rasa ketakutan.


            Lalu beberapa menit setelahnya, Rina terlihat berjalan mendekati lubang tembok yang diciptakan Almeera sambil bertanya.


            “Bagaimana sisanya yang di luar, Putri Almeera?”


            “Sudah Almeera binasakan. Siapapun yang berniat melukai keluarga Almeera, pasti Almeera hancurkan!” ucap Almeera dengan suara bergetar. Dia melepas pelukan dari sang kakak sambil menatap Rina penuh keseriusan.


            Dan benar saja, ketika Rina melihat ke luar melewati lubang yang diciptakan Almeera. Terlihat tumpukan mayat monster seperti Minotaur, Goblin, Minotaur, bahkan Giant dan Ogre. Tubuh mereka terlihat terbelah oleh sayatan benda tajam secara rapih.


            “...!” Rina membelakakan kedua bola matanya, tapi itu tak lama sambil dia tertawa kecil dan berucap.


            “Kau benar-benar sesuatu yah, Putri Almeera.”


            “....” Lapis dan Alyshial terdiam melihat Almeera yang memberikan tatapan keseriusan pada Rina. Seolah-olah setiap perkataanya itu benar-benar berasa dari hati terdalamnya.


            “Alys, kau tak apa-apa!?” tiba-tiba teriakkan wanita dewasa terdengar dari arah belakang Alys diikuti oleh para pengawal kerajaan berpakaian lengkap. Ekspresi penuh kecemasan pun menghiasi wajah wanita itu yang memakai mahkota kerajaan.


            “Ibu ...!?” Alys terkejut melihat ibunya yakni Ratu Alysha yang berlari menghampirinya.


            “Oh, ada Rina, Lapis, dan Almeera juga,”  senyum Alysha sedikit terkejut setelah melihat Lapis dan yang lainnya.


            “Wah itu Bibi Alysha!” Almeera melepas ekspresi keseriusannya, dan berubah riang sambil menatap Ratu Alysha yang mulai berjalan mendekati mereka.


            “Untunglah kalian juga selamat,” senyum Alysha sambil mengusap pelan kepala Almeera, lalu menatap Lapis yang tersenyum dan sedikit menundukkan kepala memberi hormat, lalu berucap.


            “Saya juga bersyukur Bibi baik-baik saja.”


            “Jadi, bagaimana keadaannya di sini?” Ratu Alysha bertanya.


            “Lapis dan yang lainnya sudah mengalahkan mereka, Bu.” Alys menjelaskan sambil berjalan mendekati ibunya. Sedangkan gurunya yang pingsan sudah ia serahkan pada salah satu pengawal yang datang bersama ibunya untuk diberikan pertolongan.


            “Benarkah? Tapi Ibu tetap mempercayainya sih jika Lapis dan Rina melakukannya,” senyum Alysha melirik Lapis dan Rina.


            “.... Tapi sebenarnya kami hanya mengurus sedikit, sisanya sudah disapu bersih oleh gadis kecil itu,” senyum Rina menghela nafas sesaat sebelum berucap mengeluarkan pernyataan. Tatapannya tertuju pada Almeera.


            “Eh oleh Almeera?” Alysha kembali mengusap lembut kepala Almeera.


            “Hehehe ...!” Almeera tertawa kecil berisikan rasa kebanggaan.


            “Tapi lain kali kau harus hati-hati Natasha, jangan memaksakan diri.” Lapis berucap tegas memarahi adiknya agar tak besar kepala.


            “Baaaiik!” Almeera mengeluh dengan manja sambil menganggukkan kepala.


            “....” Sedangkan sekitarnya hanya tertawa melihat tingkah kakak beradik di dekatnya. Dalam suasana yang masih hangat itu, tiba-tiba Alyshial berjalan mendekati ibunya sambil bertanya.


            “Ah iya Bu, Alys ingin bertanya sesuatu.”


            “Eh, apa?”


            “Apa Alys punya kakak atau adik?” tanya Alys lansgung, sontak seluruh perhatian termasuk Lapis dan yang lainnya tertuju padanya.


            “Hah!?” Alysha terkejut kebingungan tapi itu tak lama sampai dia menyentuh dagu dan terlihat berpikir.


            “Da-darimana kau mendengar hal ini?” senyum Alysha dengan raut wajah prihatin.


            “Ap-apa maksud ekspresi ibu itu ...?” Alyshial mulai terlihat cemas juga melihat ekspresi wajah ibunya.


            “Yah, tak apa sih karena kamu sudah besar. Sebenarnya saat waktu ibu mengandungmu, kau itu memiliki kembaran, dan dia adalah kakakmu. Tapi sayangnya proses persalinan untuk kakakmu tak berjalan lancar, dan seperti itu lah ...,” senyum Alysha menjelaskan dengan suara pelan, dan bahkan hampir menghilang suaranya karena mengingat kenangan pahit di masa lalu.


            “....!!” kedua bola mata Alys terbelalak lebar, begitupula dengan Lapis dan Rina. Sungguh tak menyangka akan jawaban Ratu Kerajaan Skyline.


            “Ta-tapi itu hanya masa lalu, Ibu kini memilikimu. Ibu akan melindungi apapun yang terjadi, kenangan pahit yang menimpa kakakmu pasti takkan terul –“


            “Ba-bagaimana...!” ucapan Ratu Alysha terpotong oleh putrinya yang berteriak penuh keraguan karena rasa panik.


            “Eh bagaimana apa?” Alysha  bertanya dan menatap kebingungan putrinya.


            “Ba-bagaimana jika ‘dia’ itu masih hidup!?” Alys bertanya menatap ibunya dengan kedua mata yang memerah.


            “....” Alysha terdiam dan terkejut mendengar pernyataan putrinya. Tapi tak hanya dia, seluruh orang di sekitarnya juga terkejut mendengar pertanyaan Alys.


            “A-apa yang kau katakan, Alys? Ti-tidak mungkin jika dirinya ....” Alysha kebingungan memegang kepala, tapi suaranya menghilang. Ekspresi wajahnya mulai berubah diselimuti kemarahan sambil bertanya.


            “Ma-maksudmu ayah membohongi Ibu!?”


            Alys menganggukkan kepala di hadapan ibunya sebelum berucap. “Ki-kita harus menanyakan hal ini pada Ayah, Bu!”


            “Kau benar, Ibu juga merasa ada yang janggal dari ucapannya waktu it –“


            “Kakak ....!?” Almeera tiba-tiba berteriak, menoleh ke kanan atas, menatap sosok yang berdiri mengamati mereka.


            Sontak seluruh perhatian sekitar mulai menatap sosok yang berdiri di atas benteng. Lelaki berambut hitam dengan beberapa bagian rambutnya berwarna kuning lemon seperti Alys. Ya, itu adalah Aeldra.


            Ratu Alysha terlihat berjalan melewati Alys, memasang wajah menyeramkan pada Aeldra seolah berniat melindungi putrinya. Para pengawal pun mulai mengacungkan senjata padanya.


            “Aku sudah menyembunyikan kehadarianku sebaik mungkin. Tapi astaga, sebenarnya seberapa pekanya gadis ini ....” batin Aeldra menghela nafas di akhir ucapan lalu menatap Almeera.


            “Tapi yah, seluruh monster sudah tak ada lagi. Sisanya hanya dua mahluk berkekuatan misterius yang saling bertarung di ujung pantai– ah tunggu, apa salah satunya yang kutemui waktu?”


            “Wahh benar, ternyata Kakak yang waktu itu!!” Almeera terlihat bahagia sambil menatap Aeldra.


            “....” Aeldra hanya membalas senyuman gadis kecil itu yang berlari mendekatinya.


            “Sebaiknya aku mundur sekarang, selama Lapis, Almeera, dan ‘gadis itu’ selamat. Itu sudah cukup ....” batin Aledra sambil menatap Alys yang memberikan tatapan ketakutan padanya.


            Ketika Aeldra mulai berbalik dan berniat melompat pergi, tiba-tiba.


            “Tunggu!!” teriakan gadis terdengar, itu dari Lapis yang sambil berjalan cepat mengikuti langkah Almeera.


            “...?” Aeldra berbalik sesaat, menatap Lapis tanpa satu katapun.


            “Ap-apa itu semuanya benar ...?” Lapis bertanya pelan.


            “Apa maksudmu, Putri Lapis?” Aeldra memiringkan kepala karena kebingungan.


            “Ap-apa kau benar-benar Kakakku ...?!” Alys bertanya langsung mewakili Lapis sambil berjalan melewati ibunya. Tatapan kecil berisi perasaan bersalah benar-benar terlihat di matanya.


            Sontak pernyataan Alys itu menjadi sebuah kejutan tak terduga bagi ibunya. Dia lekas menatap kebingungan dan ketakutan putrinya.


            “....!!” Tidak hanya sang ratu, melainkan Aeldra juga dibuat terkejut setelah mendengar pertanyaan Alys. Dia lekas membalikkan badannya, dan memberikan tatapan tajam begitu menyayat hati.


            Aura di sekitarnya berubah menjadi terasa berat, tak mengenakkan hati siapapun di sana.


            “’Lelaki tua’ itu mengatakannya!?” Aeldra bertanya dengan suara yang begitu berat seolah dipenuhi emosi yang kuat.


            “Ap-apa maksudnya itu ...?” Ratu Alysha terlihat memberikan tatapan kosong pada Aeldra. Raut wajahnya terlihat tak karuan karena diselimuti berbagai macam perasaan yang bercampur aduk.


            “....” Aeldra menutup mata dan menghela nafas berniat mengontrol emosinya. Tapi itu tak lama sampai dia membuka mata, dan berucap dengan nada suara yang datar seolah tak peduli.


            “Aku tak tau lelaki itu sudah sampai mana mengatakan tentangku. Tapi jika itu benar, memangnya apa yang akan kalian lakukan sekarang ...?”


            “...!!” Alys beserta ibunya tersentak kaget memberikan tatapan ketakutan pada Aeldra. Tidak hanya mereka, tapi semua orang di sekitar yang mendengar perbincangan mereka juga terkaget-kaget mendengar pernyataan Aeldra yang begitu mengejutkan.



***


            Di lain tempat bersamaan dengan kemunculan Alysha di hadapan putrinya dan yang lainnya.


            Di pesisir pantai terlihat tenang, tiba-tiba muncul bayangan, lalu benturan sangat keras bagai ledakan hingga mengangkat tumpukan pasir di bawahnya ke udara.


            Lalu setelah pasir itu menghilang terlihat gadis berambut putih berseragam HoK yang sudah diperlihatkan sebelumnya. Gadis bernama Reia.


            Dia terlihat bangkit dengan darah di pelipis kirinya, tapi meski begitu dia memasang wajah datar tak memperlihatkan kesakitan.  Dua belati berwarna hitam dengan tepian tajamnya berwarna hijau terlihat ia genggam di masing-masing tangannya.


            “Kak Leia ....” Tatapan datar Reia tertuju ke atas langit, lebih tepatnya pada seorang gadis berambut hitam yang memiliki wajah mirip sepertinya. Gadis bernama Leia yang sebelumnya melakukan penyerangan pada Selenia. Dia terlihat memegang pedang hitam pekat yang dialiri listrik berwarna merah delima.


            “Kenapa kau tak mengerti juga, Reia? Kenapa kau tetap keras kepala membela dunia ini yang sudah memanfaatkan orang tua kita?”


            “Ayah dan Ibu membela dunia ini tanpa paksaan. Tindakan Kakak saat ini benar-benar bertentangan dengan apa yang mereka lakukan.” Reia mulai merendahkan tubuh dan punggungnya, memasang kuda-kuda yang terlihat sangat sudah terlatih.


            “Benarkah? Tapi aku tak peduli. Satu hal yang pasti kutau hanyalah ..., mereka dimanfaatkan dan mati oleh dunia ini. Tidak hanya ayah, tapi ibu juga ....” Leia memberikan tatapan keseriuan pada adiknya, menarik kedua tangannya yang memegang pedang hingga kepalan tangannya mendekati telinga kanan.


            “Takkan kubiarkan Kakak menghancurkan perjuangan mereka. Reia akan menghentikan kakak di sini.”


            “Lakukan saja jika kau mampu, Reia.”


            Berakhirnya dengan ucapan terakhir Leia, tiba-tiba keduanya menghilang, lebih tepatnya bergerak dengan sangat cepat melakukan pertarungan di udara. Benturan senjata mereka terdengar nyaring dan bergemetar hingga menimbulkan getaran di daratan maupun lautan.


            Pertarungan sudara kembar itu benar-benar terlihat mengerikan. Baik kekuatan, kecepatan, bahkan ketangkasannya benar-benar seimbang.


            Lebih dari beberapa menit mereka terus mengadu kekuatan sampai terdengar ucapan pelan, tapi anehnya masih bisa terdengar oleh keduanya.


            “Hentikan ini, Leia.”


            “...!!” sontak Reia melompat mundur sambil menatap waspada pada gadis yang sebelumnya berucap.


            Itu gadis elf yang sudah diperlihatkan sebelumnya yang bernama Chaca. Dia terlihat melayang lebih tinggi di atas Leia.


            “Apa lagi sekarang, Chaca!?” kepala Leia mendongak ke atas dan memberikan tatapan kekesalan pada Chaca.


            “Tolong ikuti rencana kita dengan sungguh-sungguh. Hanya karena mereka memulai invasi hari ini, itu buka berarti kita juga harus masuk dalam pertempuran ....” Chaca berucap menjelaskan.


            “Tapi kesempatan langka ini.., tak mungkin kita –“


            “Mundur. Kau hanya merusak rencana kita. Lagipula seluruh anak buahmu sudah dikalahkan oleh para tikus itu,” datar Chaca dengan tatapan langsung ke bawah ke arah Leia.


            “....!” Leia terdiam bergemetar ketakutan karena ancaman gadis yang memiliki kekuatan lebih jauh darinya.


            “Selain itu informasi berharga sudah kita dapatkan. Kita bisa kapan saja memulai penyerangan. Untuk saat ini, biarkan kekuatan mereka menurun karena invasi raja iblis yang baru,” senyum Chaca menatap Reia.


            “Chalica ....” Reia menatap cemas Chaca.


            “Baiklah, aku akan mundur. Kita akan selesaikan ini nanti Reia,” geram kesal Leia menatap adiknya yang berdiri di atas pasir. Lalu selanjutnya mereka pun terbang mundur.


            Reia terlihat menghela nafas dan menutup mata setelah kepergian mereka. Lalu berucap dengan mata yang kembali terbuka.


            “Jadi mereka sudah memulai invasinya. Kalau begitu akhir dunia ini benar-benar semakin dekat .... Tidak ada waktu lagi, aku harus memaksanya untuk melakukan hal itu.”


***

No comments:

Post a Comment