Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter 7
Cerita Masa Lalu I
Chapter 7
Keheningan masih
merangkul ruangan yang menjadi tempat pembicaraan Hardy dan yang lainnya.
Seluruh tatapan tertuju pada Reia yang masih bersandar pada dinding bangunan
dengan kedua mata tertetutup.
“Baik, kita mulai darimana yah ....”
Reia mengeluarkan suara manisnya hingga memecah keheningan. Tak lupa menyunggingkan
senyuman kecil menatap seluruh penghuni ruangan.
“....” Mereka yang mendapat tatapan
darinya hanya terdiam dengan raut wajah penasaran pada Reia. Tak terkecuali itu
bagi Aeldra dan Lapis.
“Baik aku ceritakan dulu cerita masa
lalu yang amat-amat sangat lamaa..., tentang para Raja Iblis, Dua naga surga, tiga
pahlawan besar, dan hubungan mereka. Tak apa kan? Biar kalian tidak banyak
bertanya nantinya.”
“Jika ini akan memakan waktu lama,
biarkan aku memberi perintah dulu.” Hardy berucap lalu menengok ke arah
Reeslevia.
“Eh? Sekarang?” Reeslevia yang
berdiri di belakangnya lekas menyunggingkan ekspresi keterkejutan.
“Ya kita ungsikan masyarakat ke
tempat penampungan bawah tanah. Fasilitas di bawah sana juga lebih lengkap dari
pada di sini.”
“Memang
benar, tapi bukankan fasilitas itu ditunjukkan untuk para keluarga kerajaan
....” batin Rina cemas dengan kedua mata terpejam beberapa saat.
“Ya, baiklah. Biarkan aku yang memberi
perintah.” Reeslevia menganggukkan kepala dengan senyuman kecil, lalu berjalan
meninggalkan ruangan untuk menghubungi bawahannya.
Keheningan kembali datang merangkul
semua penghuni ruangan di sana, meski tak terlalu lama sampai Reeslevia kembali
memasuki ruangan.
“Baik, ceritakanlah..., Putri Reia,”
senyum Hardy dengan senyuman kecil.
“Hee, hebat yah bisa tahu jika aku
juga seorang putri,” senyum kecil Reia dengan kedua bola mata sedikit melebar.
“Itu mudah saja untuk menebaknya,”
senyum kecil Hardy dengan tawaan kecil di akhir ucapan.
“Yah tapi aku tak peduli dengan
status menggelikan ini,” senyum Reia menutup mata sebelum akhirnya berucap.
“Baik, kita kembali masalah utamanya.
Pertama, biarkan aku bertanya pada kalian semua...” Reia menatap sekitarnya cukup
dalam sebelum akhirnya melanjutkan ucapan dengan pertanyaan.
“Kalian tau ‘kan siapa itu Raja
Iblis kedua?”
“Bukankah itu Fallen Angel Lucifer?” tanya Ratu Alysha dengan nada suara ragu.
“Ya, benar. Gak aneh sih jika orang-orang
mengetahui ini. Nah ..., sekarang pertanyaannya, ada yang tau siapa Raja Iblis
Pertama?”
“....” Kontan keheningan mulai
datang merangkul mereka yang tak mengetahui jawaban. Termasuk Lapis yang berwajah
cemas sambil menggelengkan kepala sebelum akhirnya melirik lelaki yang ia
cinta.
Ekspresi keterkejutan pun nampak di
wajah Lapis setelah melihat ekspresi wajah Aeldra.
Aeldra
terlihat menukikkan alisnya ke bawah, memperlihatkan kemarahan. Ekspresi
wajahnya yang seperti itu seolah mengetahui jawaban dari pertanyaan Reia.
Sambil
memberikan ancaman yang begitu tak mengenakkan, akhirnya Aeldra menggeram
dengan nada penuh kemarahan mengeluarkan suaranya.
“Abujaan
bukanlah Raja iblis .... ”
“....” Sontak senyuman Reia melebar,
tidak seperti sekitarnya yang menatap terkejut dan bingung akan pernyataan
Aeldra.
“Tak aneh jika kau mengetahui nama
itu. Toh, mantan penjaga surga itu bernaung dalam tubuhmu,” jelas Reia dengan
tawaan kecil di akhir ucapan.
“Siapa itu ...?” tanya Hardy
penasaran melirik Aeldra.
“....” Aeldra tak menjawab dan hanya
terus memberikan tatapan tajam pada Reia.
“Mantan
penjaga surga?” Reeslevia juga bertanya dengan nada suara cemas dalam
batinnya.
“Menjawab,
diriku juga tidak tahu ....” jawab Malaikat yang menghuni tubuh Reeslevia.
“Aku tak tau dari mana kau
mengetahui hal ini. Tapi apa kau serius ingin menceritakan masa lalu itu? Perang
Besar antara para malaikat Sang Pencipta dengan mahluk pertama dunia fana?” Aeldra
berjalan selangkah mendekati Reia dengan tatapan lebar dan tajam.
“Ya maunya sih, agar nantinya tidak
banyak bertanya. Tapi tak apakah kuceritakan ini? Soal masalah darimana aku
mengetahuinya, akan kuberitahu padamu nanti,” senyum Reia membalas tatapan
tajam Aeldra.
“Tentu saja tidak –“
“Ceritakan!” jawaban Aeldra
tersanggahkan oleh Lapis yang memberikan tatapan keseriusan pada Reia.
Melihat
sepupunya yang seperti itu, Alyshial pun ikut beranjak dari kursinya dan
berucap dengan mantap.
“Jika cerita itu berhubungan dengan
ini semua, aku juga ingin mengetahuinya ....”
“Benar, tolong ceritakan.” Hardy
juga menyunggingkan senyuman kecil. Diikuti oleh orang-orang di sekitarnya yang
menyetujui pendapatnya.
Reia pun semakin melebarkan
senyumannya sambil melirik Aeldra yang menunjukan ekspresi kemarahan.
Tapi perlahan Aeldra mulai
mengontrol emosinya, menghela nafas beberapa saat, sebelum akhirnya melirik
Reia.
“Apa memang harus diceritakan mulai
dari sana? Mereka akan menjadi manusia pertama di masa ini yang mengetahui penyebab
munculnya zaman kegelapan dunia,” khawatir Aeldra melirik Reia.
“Harus mengetahuinya, khususnya
untuk Lapis. Dia harus mengetahui sebesar apa beban yang dia tanggung saat ini,”
Reia menjawab dengan keseriusan dan tanpa dengan senyuman.
“....” Lagi-lagi seluruh tatapan
tertuju pada Lapis, tak terkecuali bagi Aeldra. Lapis hanya memasang wajah
cemas menatap Reia.
“Baiklah, lakukan apapun yang kau
mau,” jelas Aeldra sambil bersandar pada dinding di belakangnya kembali.
“Baik, aku mulai ....” Reia menutup
mata beberapa saat, keheningan mulai merangkul orang-orang di sekitarnya. Hardy
dan yang lainnya pun sudah dengan sigap memasang telinga mereka berniat
mendengarkan cerita Reia yang terasa sangat sakral.
“Pada zaman dahulu, lebih tepatnya
pada masa awal setelah dunia ini dan berbagai dunia diciptakan. Untuk pertama
kalinya, Sang Pencipta akhirnya menciptakan mahluk fana yang akan menghuni
dunia fana.”
“Maksudmu manusia pertama dari ras
manusia?” tanya khawatir Alyshial.
“Bukan, ras pertama bukanlah ras
manusia, iblis, peri, atau yang lainnya. Ras pertama di dunia fana bernama Ras Nigerignis,
yang berarti ras api hitam, dan mereka adalah keturunan dari mahluk pertama
yang diciptakan Sang Pencipta yang kusebut tadi.”
“....” Hardy memperbaiki posisi
duduknya.
“Dan namanya mahluk pertama itu
adalah ..., Lucian Nigerignis Abujaan.”
“Abujaan,
nama yang tadi dia singgung?” Lapis melirik Aeldra sesaat. Sebelum akhirnya
menatap Reia kembali yang melanjutkan ceritanya dengan ekspresi wajah
keseriusan.
“Sesuai nama Nigerignis, Abujaan
memang terbuat dari api hitam, tapi faktanya jika hatinya amatlah sangat
bersih. Dia selalu membagikan kebaikan dan ilmunya di dunia ini, dunia kami,
bahkan di berbgai dunia lainnya.
Tidak
dalam dunia fana saja, dia juga sangat patuh pada perintah Sang Pencipta.
Hingga lelaki itu pun mendapatkan kedudukan tinggi di akhirat dan dunia. Tapi
meski begitu, dia tetap lelaki yang sederhana dan tak lupa diri akan siapa
sebenarnya dirinya.”
“.....”
Keheningan datang beberapa saat, berbagai macam raut wajah terlihat di sekitar
Reia yang menutup mata seolah berniat melanjutkan ucapan.
“Beberapa
milenium setelahnya, Abujaan pun memiliki keturunan yang sangat banyak, hingga
mereka terpecah menjadi tiga golongan, dan golongan pertama keturunan Abujaan
dipanggil Ras Nigerignis yang kusebutkan tadi.
Mereka
mendirikan berbagai macam kerajaan di seluruh penjuru dunia dan alam semesta.
Pengetahuan mereka amat sangat jauh lebih hebat dari dunia ini bahkan dunia
kami sekarang.
Intinya
mereka mencapai puncak kejayaannya, hingga keturunan terakhir Abujaan bisa
mendirikan istana mereka sendiri di akhirat atas persetujuan Sang Pencipta.”
““Me-mendirikan
Kerajaan di akhirat!?”” Reeslevia dan Rina bertanya bersamaan dengan ekspresi
keterkejutan.
“Ya,
mereka benar-benar melakukannya. Sungguh semuanya baik-baik saja ...,
kemakmuran, dan keharmonisan benar-benar berlangsung baik sampai berabad-abad,
bahkan sampai ribuan tahun.
Tapi
lama kelamaan setelah Abujaan meninggal, keturunannya yakni golongan Nigerignis
dan dua golongan lainnya mulai haus akan kekuasaaan, satu-satunya yang tak
terlibat dalam perang itu hanyalah kerajaan yang berada di akhirat, kerajaan
termuda dari seluruh keturunan Abujaan.
Keturunan
yang melakukan perang terus saja merusak berbagai dunia, melakukan perang demi
mendapatkan kekuasaan lebih tinggi. Dan yang paling tersiksa karena perang
mereka ini adalah para Dewi Penjaga di berbagai dunia.”
“Dewi-Penjaga
...?” Seica bertanya pelan mengeja ucapannya.
“Ya,
Dewi Penjaga, mereka adalah mahluk pengamat yang mengawasi salah satu dunia dan
melaporkan langsung pada Sang Pencipta, meski faktanya jika Sang Pencipta sudah
mengetahui segalanya. Ketahuilah, keberadaan mereka sangat berharga, jika
mereka mati, maka dunia yang mereka jaga dan awasi pun terombang-ambing menuju
kehancuran.“ senyum Reia.
“Apa
di dunia kami juga ..., ada?” tanya Haikal dengan raut wajah kecemasan.
“Ya, Dewi Earthesia .... Itu nama
penjaga di dunia ini,” senyum Reia menutup mata beberapa saat kembali.
“Ji-jika begitu kemana beliau di
saat dunia ini ....” Alyshial bertanya dengan nada pelan dan dipenuhi emosi
campur aduk.
“....” Reia menatap Alyshial
beberapa saat sebelum akhirnya melirik Aeldra.
Sadar akan lirikan Reia, Aeldra pun
membalas lirikannya dengan tatapan terheran-heran.
“Yah tak apa kuberitahu juga. Lagipula
ini sudah memasuki akhir zaman. Lalu Lisienata mungkin ini juga akan sedikit
mengejutkanmu.” ucap Reia mengeluh sebelum akhirnya menghela nafas beberapa
saat dan berucap dengan senyuman ringan.
“....?” Aeldra memiringkan kepala
menunggu pernyataan Reia.
“Beliau sudah tak bisa melakukan
apapun karena keserakahan kalian pada bumi ini. Malah faktanya aku lebih
terkejut jika dirinya bisa bertahan sampai satu bulan yang lalu.”
“Satu bulan ..., yang lalu?” Lapis
bertanya pelan dengan kedua bola mata terbelalak lebar.
Kedua
tangan Aeldra pun ikut bergemetar setelah mengetahui fakta mengejutkan yang
dikeluarkan Reia, lalu menggeram dengan senyuman yang dipaksakkan.
“Begitu, sekarang masuk akal
semuanya ....”
Tak
hanya mereka berdua, tapi Hardy dan yang lainnya juga terkejut mendengar
pernyataan Reia. Ratu Alysha bahkan sampai menutup mulut dengan kedua
tangannya.
“Kakak
...? Tapi itu tidak-mungkin, dia ...,” Ratu Alysha bertanya dengan raut wajah
bingung seolah tak mempercayai ucapan Reia.
“....”
Reia hanya memasang wajah datar di saat ekspresi keterkejutan dari sekitar
tertuju padanya. Dan pada akhirnya, dia mulai menyentuh dahi sambil menggeram
kesal.
“Astaga
sekarang aku harus cerita yang lain lagi!? Tentang bagaimana beliau bisa
menjadi Earthesia!?”
“....”
“Un-untuk
sekarang kami takkan bertanya lebih lanjut tentang masalah itu. Sekarang kau
bisa melanjutkan ceritamu sebelumnya,” cemas Hardy menatap Reia, meski sangat
terlihat jelas dari wajahnya jika dia juga ingin mengetahuinya.
“Baiklah, lalu sampai mana tadi ...,
aku jadi lupa.” Reia menatap langit-langit ruangan terlihat mengingat-ingat.
“Sampai para Dewi Penjaga yang
tersiksa karena peperangan keturunan Abujaan.” Annisa mengeluarkan suara.
“Ah yah sampai sana.”
“Ehem ..., melihat tersiksanya para
Dewi Penjaga, Sang Pencipta pun mengutus beberapa malaikat tingkat tingginya
untuk mendampingi para Dewi Penjaga untuk membujuk keturunan Abujaan agar
menghentikan peperangan yang tak kunjung usai.”
“....”
“Tapi tak seperti leluhurnya, mereka
yang sudah terbutakan akan kekuatan dan kekuasaan menolak mentah-mentah
permintaan Dewi Penjaga. Lebih buruk dari itu, mereka juga bahkan berniat
menaklukkan seluruh akhirat.
Sang
Pencipta pun murka karena melihat kearogan Keturunan Abujaan. Dia memerintahkan
ribuan bahkan jutaan lebih Malaikat Tingkat Tinggi untuk menyerang seluruh
kerajaan ras nigerignis, kecuali kerajaan termuda mereka yang berada di
akhirat.”
“Malaikat Tingkat Tinggi, siapa mereka? Apa
kau juga termasuk? Apa mereka kuat sepertimu?” Reeslevia bertanya dalam
batinnya.
“Menjawab, mereka adalah malaikat satu
tingkat di bawah 10 Malaikat Utama. Membantah, jelas jika diriku tidak
termasuk. Menjelaskan, tidak lebih dari 2,78% mereka mengeluarkan kekuatannya,
itu sudah lebih dari cukup untuk membuat diriku binasa.”
“...!??”
Reeslevia membelalakan kedua bola matanya dengan seluruh tubuh bergemetar yang
bukan main. Tapi itu tak terlalu lama sampai Reia kembali berucap melanjutkan
ceritanya.
“Bahkan
bagi mereka pun kekuatan malaikat tingkat tinggi terlalu kuat, meski sudah
dengan teknologi yang super canggih. Lalu dalam waktu singkat, peperangan itu
pun berubah menjadi pembantaian satu pihak.
Raja
muda dari kerajaan termuda di akhirat hanya bisa menangis melihat sejenisnya
yang satu per satu dibinasakan oleh malaikat tingkat tinggi. Dia tak berani
bahkan tak mampu melawan.”
“Maksudmu
Raja dari Kerajaan Akhirat itu? Tapi kenapa dia tidak tergoda seperti yang
lainnya,” tanya Haikal.
“Karena
saat itu dia memiliki hati yang bersih seperti leluhurnya, Abujaan. Dia
memiliki kebaikan serta pengetahuan yang banyak meski umurnya masih ratusan
tahun. Bahkan dikatakan juga jika dia amat sangat menghormati Abujaan, hingga
nama belakangnya saja menggunakan nama depan Abujaan.”
“....Begitu,”
angguk Haikal.
“Namanya?
Kakak bilang namanya seperti Abujaan, kan?” Seica bertanya dengan senyuman.
Tanda sedikit bahagia setelah mendengar jika keturunan Abujaan ada yang masih
memiliki sifat seperti itu.
Tapi
senyuman Seica itu dibalas senyuman kecil oleh Reia yang seolah menunjukkan
kesedihan, lalu berucap dengan nada suara pelan dengan kedua mata terpejam.
“Nama
raja muda itu adalah.... Izalila Filius
Lucian ...,”.
“....”
Keheningan kembali merangkul seluruh penghuni ruangan dengan senyuman kecil
seperti Seica. Meski langsung hancur karena celetukan suara yang terdengar
bergetar dan dipenuhi emosi kuat.
“Lucifer
...!” Aeldra yang menggeram sambil memperlihatkan kemurkaannya seolah mewarisi
dendam dari sosok yang berdiam diri dalam tubuhnya.
“....!!”
lagi-lagi tatapan terkejut kembali dikeluarkan seluruh penghuni ruangan, terkecuali
Reia. Kali ini tatapan terkejut mereka bukan ditunjukkan pada Reia, melainkan
pada Aeldra.
Reia
mulai membuka matanya, lekas menyunggingkan senyuman kecil dan berucap dengan
nada pelan dengan tatapan tertuju pada sekitarnya.
“Ya...,
dia adalah Raja Iblis Kedua yang masih amat amat sangat muda.”
“....!?!”
“Nah,
sekarang kita akan memasuki inti ceritanya. Tentang hubungan Lucifer, Naga
Kembar Akhirat yakni Havia dan Wilfea, lalu tentang Tiga Pahlawan Besar yang
berhubungan erat denganku, Kiril, dan Lapis ...,” senyum Reia kembali menutup
matanya beberapa saat.
***
No comments:
Post a Comment