Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter 9
Pernyataan Tak Terduga
Chapter 9
Sebelum kejadian yang
menggetarkan jiwa terjadi. Beberapa waktu sebelumnya, di waktu yang bersamaan ketika
Reia memulai ceritanya.
Di depan pintu ruangan sebelah
timur, tempat Selenia beristirahat. Di sana Kiril terlihat sedang berdiri di
depan pintu kamar, berniat menyentuh gagang pintu .
Tapi tindakannya itu terhenti sesaat,
bersamaan dari dia yang mulai memejamkan mata. Meski begitu, dalam waktu yang
sangat singkat juga dia lekas membuka matanya kembali, memperlihatkan ekspresi keseriusan
di wajah sambil membuka pintu di hadapannya.
Memasuki ruangan yang dipenuhi aroma
harum yang layaknya kamar seorang gadis muda, tatapan keseriusan Kiril terkunci
pada gadis yang tertidur lelap dengan pakaian tidur putih bersih dengan tubuh menghadap
jendela luar, maka tak heran jika wajah rupawan gadis itu tak terlihat.
Gadis itu berambut pendek berwarna
hitam dengan kulit putih mulus begitu mempesona.
Ya, dia adalah Putri Selenia.
Mengambil bangku di dekatnya, Kiril
lekas duduk sambil terus melontarkan tatapan keseriusan pada Selenia yang mulai
bangun dari tidurnya.
“Wah, bukankah Kakak itu temannya
Reia, yah?” senyum Selenia membalikkan seluruh badan ke arah Kiril.
Kiril membalas senyuman Selenia lalu
menjawab.
“Ya.”
“.....” Keheningan merangkul
keduanya. Selenia dan Kiril hanya saling terdiam memberikan tatapan sampai....
“Luna ...? Bukan ...., Aurora, kah?”
tiba-tiba Selenia mengajukan pertanyaan dengan senyuman kecil yang terpampang
dan mata terpejam.
Sontak,
ekspresi keterkejutan Kiril mulai nampak. Meski itu tak terlalu lama sampai dia
menyunggingkan senyuman, sedikit menundukkan kepala dengan nada suara yang terdengar
lebih segan.
“Ya....”
“Hmm
...,” Selenia membuka matanya, memberikan tatapan kecil pada Kiril yang masih
menundukkan kepala.
“Melihat
sikapmu, sepertinya kau memang sudah mengetahuinya. Apa gadis yang berasal dari
Luna itu juga?” Selenia kembali bertanya dengan nada suara yang terdengar
berbeda dan penuh wibawa.
“Ya
....”
“Begitu
..., jadi sampai sini saja yah,” datar Selenia menutup mata beberapa saat
sebelum akhirnya kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.
“Aahh
..., setelah aku mengambil nyawa-nya,
kupikir aku masih bisa bersama mereka lebih lama lagi, karena yang mengetahui
hal ini hanya beliau. Tapi, tak kusangka jika keturunan Charlotte dan Ren akan
muncul sekarang?” senyum Selenia terkekeh geli dengan mata terpejam beberapa
saat. Nada suaranya terdengar ringan dan seolah mengajukan pertanyaan pada Kiril.
“....”
Kiril hanya tetap diam dengan kepala yang tertunduk seolah menunjukkan
keseganan.
Selenia
yang tak mendengar jawaban dari Kiril lekas kembali membuka matanya, meliriknya
cukup tajam dan mengajukan pertanyaannya.
“Untuk
apa kalian datang ke dunia ini ...?”
“....”
Kiril terdiam merasakan hawa ganjil di sekitar Selenia yang benar-benar membuat
detak jantung semakin berdetak cepat.
“Tidak
hanya kau dan gadis bernama Reia itu. Dua gadis lainnya– tidak, mungkin empat gadis lainnya juga datang ke dunia ini. Apa yang sebenarnya coba kalian lakukan
...? Bersatu untuk menghentikanku? Serangga seperti kalian ...!?” Selenia
kembali bertanya dengan kedua bola mata melebar seolah memberikan ancaman
sangat kuat pada Kiril yang mulai menutup mata, bertahan dari intimidasi tak
terbayangkan dari mahluk superior sepertinya.
“.....” Kelenggangan lagi-lagi
datang menyelimuti ruangan itu. Di saat Selenia yang membuang wajah dari lawan
bicaranya, Kiril tetap menutup mata dan mengkerutkan dahi seolah berusaha
sekuat mungkin untuk tetap sadar dari intimidasi gadis yang duduk di atas kasur
itu.
“Yah ..., terserah jika kau tak
ingin menjawab pertanyaanku juga, aku takkan memaksa,” senyum Selenia dengan
nada suara seperti biasanya. Nada suara dari Selenia yang begitu ramah dan enak
didengar.
Gadis berambut hitam itu lekas
melirik ke arah pintu keluar beberapa saat sebelum akhinya menyungginkan
senyuman dan berucap.
“Kalian berdua juga, kenapa berdiri
di luar sana? Masuklah jika kalian ingin mengatakan sesuatu padaku.”
Ekspresi keterkejutan lekas nampak
di wajah Kiril yang menengok pintu keluar.
Dan
benar saja, dua gadis yang sudah diperlihatkan sebelumnya memasuki ruangan
dengan ekspresi wajah kecemasan.
Gadis berambut hitam dengan wajah
mirip seperti Reia berucap mengemukakan pendapatnya sambil memberikan tatapan
penuh kecemasan pada Selenia.
“Sudah kuduga sihir level 9 tak
bagus, Chaca. Gadis ini ..., benar-benar monster ...,”
“Tak aneh, Leia. Dia adalah simbol
dari kebatilan itu, mahluk yang mengambil nyawa orang tua kita .... Naga
Kebatilan, Dewa Havoc ...,” jawab gadis yang memiliki telinga lancip seperti
Kiril, Chaca. Bahkan bagi dia yang dijuluki ‘pengemban berkat berlebihan’ pun
merasa tak nyaman ketika berdiri di hadapan Selenia.
“Hee kalian juga sudah tahu
tentangku yah,” Selenia mulai menghadap Leia dan Chaca, tersenyum dengan kepala
meneleng yang terlihat menggemaskan.
“Yah meski aku sudah menduga hal
ini,” lanjut Selenia tanpa senyuman dan mata terpejam.
Kekhawatiran semakin terlihat jelas
dari Leia dan Chaca yang melihat wajah Selenia. Dan lagi-lagi kelenggangan
menyelimuti ruangan itu sampai...
“Kenapa saat itu aku tak
merasakannya, jika gadis inilah ...,” tanya Leia melirik Chaca.
“Mungkin dia menggunakan semacam
Limiter seperti Reia, bahkan aku sendiri pun tak menyadarinya. Mungkinkah dari
Dewi Earthesia?” khawatir Chaca sambil terus memberikan tatapan pada Selenia.
“Ya, kau benar. Seperti yang diduga
dari keturunaan Dea Charlotte.”
“.....” Chaca menukikkan alisnya dan
memberikan tatapan tajamnya pada Selenia, seolah diselimuti kemarahan yang amat
sangat kuat.
“Jadi ada apa? Kalian ingin
mengatakan sesuatu kan? Aku sedikit buru-buru sekarang,” tanya Selenia dengan
nada ringan.
“Sejujurnya aku tak pernah ingin
meminta bantuan pada mahluk yang mengambil nyawa ayahku, tapi demi hancurnya
dunia ini akan kukatakan padamu alasan kami datang ke dunia ini,” kesal Leia yang
juga mulai memberikan tatapan tajam pada Selenia seperti halnya Chaca.
“Tunggu, kau gila, Leia!? Ingin
melibatkan mahluk ini dalam perselisihan kita!” kesal Kiril yang juga mulai
menunjukan kemarahan.
“Apapun akan kulakukan untuk
mengakhiri dunia yang menyedihkan ini!” kesal Leia membalas lirikan tajam
Kiril.
“Kalian berdua serius ...?” cemas
Kiril yang diselimuti ketakutan.
“Ya, dengan terlibatnya monster ini
kau tak bisa menghentikan tujuan kam ....” jelas Chacha memberikan lirikan tajam
ke arah kakaknya, tapi ucapannya semakin pelan dan tak terdengar karena ucapan mahluk
superior di dekatnya.
“Tak peduli yah, aku tak ingin
terlibat dengan masalah kalian ....” Selenia mulai berjalan mendekati jendela
dengan senyuman manis.
“Apa-kau-bilang!?” kesal Leia mengeja
pertanyaan, dan memberikan tatapan kemurkaan pada punggung Selenia.
“....!” Chacha juga kembali
memberikan perhatiannya pada Selenia dengan tatapan setajam mungkin.
“Seperti yang kukatakan, aku tak
ingin terlibat dengan masalah kalian.”
“Kau belum mendengarkan apa yang
kami katakan! Jika kau mengetahuinya, kuyakin kau juga akan turut sert –“
“Jangan terlalu memaksakan
keinginganmu itu..., mahluk rendah...”
Selenia memotong ucapan Leia sambil menolehkan kepalanya ke arah mereka.
Suaranya terdengar bergetar dan begitu mengguncang jiwa, hingga membuat Kiril, Leia,
bahkan Chacha terkejut dan tak sadar berjalan selangkah mundur.
Kedua pupil dan iris mata Selenia
terlihat berbeda dan begitu menakutkan, seperti mata reptil dari mahluk legenda yang sering disebut ‘Naga’.
“Iris-Dragon
....?” tak sadar, Leia bertanya mengeja ucapan sambil memegang dadanya yang
terasa sangat sesak.
“Dengan mata seperti itu. Gadis ini...,
hampir mencapai bentuk sempurnanya?” Chaca tetap memberikan tatapan kemarahan
namun juga ketakutan pada Selenia.
“Ya, dan ini sangat berbeda dengan
Lisienata. Selenia ...., sudah dalam bentuk sempurnanya sebagai Arcdemigod.
Ti-tinggal masalah waktu dan keinginan dia saja jika ingin berubah menjadi Dewa
Havoc.”
“....!”
Ketegangan benar-benar terasa
diantara mereka, Kiril dan yang lainnya hanya menyunggingkan wajah penuh
kecemasan menatap gadis berambut hitam di depannya. Tapi suasana tak
mengenakkan itu tiba-tiba mulai luntur ketika.
“Lalu selain itu ..., tidakkah
kalian ingin melakukan sesuatu atas pertabuatanku? Aku takkan melawan jika
kalian ingin menyerangku,” senyum
Selenia berjalan mendekati Leia, melepaskan aura mengerikan sebelumnya
hingga membuat suasana di ruangan itu kembali normal.
“Apa maksudmu?” tanya Chaca yang
masih menunjukkan kewaspadaan pada Selenia.
“Buft ..., hahahaahahahahaha!”
mendengar pertanyaan heran Chacha, Selenia sontak tertawa terbahak-bahak hingga
membuat sekitarnya berwajah was-was.
“Lamban sekali kalian ini! Inilah
diriku, Inkarnasi Dewa Havoc, yang mengambil nyawa tiga pahlawan besar, dan bukankah
dua dari orang itu adalah orang tua kalian yang menyedihkan!”
“...!!” Chacha dan Leia kembali
mengerutkan dahinya terlihat memberikan tatapan kemurkaan.
“Chalica, Leia! Jangan terpancing
oleh perkataannya!” khawatir Kiril berteriak.
“Charlotte hanyalah gadis naif yang
mudah terbawa arus, gila harta, dan pendendam. Lebih buruk dari itu, dia tak
bisa memanfaatkan kekuatannya yang bisa mengguncang dunia! Gadis menyedihkan
yang membuat gelar ‘Dea’ yang diberikan Dewi Aurora sia-sia,” cerca Selenia
dengan senyuman arogan pada Chacha yang terdiam menundukkan kepala.
“Jangan pernah menjelek-jelekkan
...,” geram Chaca dengan emosi yang amat sangat dalam. Tubuhnya bergemetar,
rambutnya yang indah dan berwarna merah mulai terangkat karena aura kemarahan
disekitarnya yang benar-benar terasa.
“ .... Ibunda!” lanjutnya memberikan
tatapan penuh kemurkaan pada Selenia. Bagaikan hewan buas yang sangat bernafsu
ingin menghabisi mangsanya.
“....” Selenia tersenyum puas
melihat wajah Chacha yang biasanya tenang berubah menjadi seperti itu.
“Menggelikan. Ren pun tak ada
bedanya. Dia mahluk menyedihkan dengan kemunafikan yang tak terkira. Bersikap
menjadi pahlawan? Menyelamatkan dunia ini? Padahal dia sendiri juga pernah menghancurkan
dunia seorang diri, bahkan ..., lelaki itu juga hampir membunuh Dewi Penjaga
dunia kalian,” senyum kecil Selenia melanjutkan ucapan sambil melirik Leia yang
membelalakan kedua bola mata, tapi tak terlalu lama sampai dia mengubah
tatapannya jadi sangat tajam.
“Itu hanya fitnah darimu! Aku takkan
mempercayainya ...,” Leia berjalan mendekati Selenia dengan tatapan kemurkaan.
Dia bahkan memanggil pedang merah marun yang diselimuti listik putih kemerahan,
berniat melampiaskan kemurkaannya sambil mengggeram.
“Ayah tidak seperti yang kau
katakan! Menurut Tuan Enrik dan Guru Salbina pun jika beliau adalah lelaki
dengan sifat penyayang pada siapapun!”
Chacha yang biasanya berpikir tenang
pun tak menghentikan tindakan Leia. Malah dia sendiri juga menginginkan jika
mahluk yang paling benci itu mendapatkan serangan Leia.
“Tunggu, Leia! Jangan gegabah ini
jebakan!!” Kiril berjalan cepat berniat menghentikan Leia, tapi lekas terdiam
cemas karena tangan Chacha yang menghalangi jalannya.
“Chalica?”
“....” Tak ada jawaban Chacha yang
terus memberikan tatapan kemurkaan pada Selenia.
“Ayah adalah lelaki terhebat dalam
hidupku! Salah satu dari orang yang yang kujungjung tinggi keberadaannya selain
ibu.”
“....” Selenia hanya tersenyum kecil
dengan mata tertutup. Dia juga terlihat merentangkan kedua tangannya hingga
sejajar dengan bahu, seolah bersiap menerima serangan gadis yang kini
berhadapan dengannya.
JLEB!!
Bersamaan dengan pedang merah marun
Leia menembus jantung Selenia, gadis berambut hitam panjang dengan wajah rupawan
itu kembali berucap melanjutkan pernyataan.
“DIA ADALAH PAHLAWAN KAMI!! Seluruh
mahluk di dunia kami sangat menghormatinya! Dia bukanlah orang yang munafik!
Dia bukanlah orang yang menghancurkan dunia, dan menyerang Dewi Penajaga Luna!
Dia ..., Ayah! Dia ....” Leia meneteskan air mata dengan tatapan tajam tertuju
pada Selenia yang menutup mata dan ..., “Burkgh uhuk uhuk!” batuk mengeluarkan darah.
Tapi,
dalam kurun waktu yang cepat Selenia tersenyum bahagia dan mengangkat tangan
kirinya ke samping, menghancurkan dinding dengan kekuatan misteriusnya.
JELEGARR!!
Dinding itu pun berlubang,
menghubungkan dengan dunia luar. Kontan tindakannya itu sedikit menarik
perhatian seluruh penghuni ruangan, meski itu tak terlalu lama sampai Leia
kembali meneriakkan emosinya.
“Dia tidak seperti yang kau katakan!
Ayah adalah ...,” Leia menutup matanya beberapa saat dengan amat sangat rapat,
seolah mengingat sosok yang sangat berharga dalam hidupnya.
Dan
bersamaan dengan itu, Chalica mulai berjalan mendekati dinding yang berlubang,
menyadari langkah kaki dari belakang tubuhnya.
“Mah-Mahluk
biadab ini!? Begitu, jadi ini yang dia incar ....!” batin kesal Chalica lalu
melompat dan melayang berniat meninggalkan tempat sambil terus memberikan
tatapan tajam pada Selenia.
“Daripada
dicap sebagai pengkhianat, dia lebih memilih memalsukan kematiannya sebagai ‘Selenia’.”
“KAU! Tidak hanya mengambil nyawa pahlawan
kami, kau juga bahkan menjelek-jelekkan beliau. Hanya dirimulah ....!” teriak
kembali Leia dan memberikan tatapan tajam ke arah Selenia yang sudah menutup
mata dan terlihat tak bernyawa.
“Hanya dirimu ..., yang takkan
pernah kumaafkan!” lanjutnya menggeram, dan bersamaan dengan itu, pintu kamar terbuka.
Reia, Alyshial, Lapis, dan Aeldra terlihat memasuki ruangan sambil memberikan
tatapan keterkejutan melihat kejadian yang mereka tak mengerti di hadapannya.
***
No comments:
Post a Comment