Sunday, 9 September 2018

Chapter 9

Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing


Chapter 9
Pernyataan Tak Terduga

            Sebelum kejadian yang menggetarkan jiwa terjadi. Beberapa waktu sebelumnya, di waktu yang bersamaan ketika Reia memulai ceritanya.


            Di depan pintu ruangan sebelah timur, tempat Selenia beristirahat. Di sana Kiril terlihat sedang berdiri di depan pintu kamar, berniat menyentuh gagang pintu .


            Tapi tindakannya itu terhenti sesaat, bersamaan dari dia yang mulai memejamkan mata. Meski begitu, dalam waktu yang sangat singkat juga dia lekas membuka matanya kembali, memperlihatkan ekspresi keseriusan di wajah sambil membuka pintu di hadapannya.


            Memasuki ruangan yang dipenuhi aroma harum yang layaknya kamar seorang gadis muda, tatapan keseriusan Kiril terkunci pada gadis yang tertidur lelap dengan pakaian tidur putih bersih dengan tubuh menghadap jendela luar, maka tak heran jika wajah rupawan gadis itu tak terlihat.


            Gadis itu berambut pendek berwarna hitam dengan kulit putih mulus begitu mempesona.


            Ya, dia adalah Putri Selenia.


            Mengambil bangku di dekatnya, Kiril lekas duduk sambil terus melontarkan tatapan keseriusan pada Selenia yang mulai bangun dari tidurnya.


            “Wah, bukankah Kakak itu temannya Reia, yah?” senyum Selenia membalikkan seluruh badan ke arah Kiril.


            Kiril membalas senyuman Selenia lalu menjawab.


            “Ya.”


            “.....” Keheningan merangkul keduanya. Selenia dan Kiril hanya saling terdiam memberikan tatapan sampai....


            “Luna ...? Bukan ...., Aurora, kah?” tiba-tiba Selenia mengajukan pertanyaan dengan senyuman kecil yang terpampang dan mata terpejam.


Sontak, ekspresi keterkejutan Kiril mulai nampak. Meski itu tak terlalu lama sampai dia menyunggingkan senyuman, sedikit menundukkan kepala dengan nada suara yang terdengar lebih segan.


“Ya....”


“Hmm ...,” Selenia membuka matanya, memberikan tatapan kecil pada Kiril yang masih menundukkan kepala.


“Melihat sikapmu, sepertinya kau memang sudah mengetahuinya. Apa gadis yang berasal dari Luna itu juga?” Selenia kembali bertanya dengan nada suara yang terdengar berbeda dan penuh wibawa.


“Ya ....”


“Begitu ..., jadi sampai sini saja yah,” datar Selenia menutup mata beberapa saat sebelum akhirnya kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.


“Aahh ..., setelah aku mengambil nyawa-nya, kupikir aku masih bisa bersama mereka lebih lama lagi, karena yang mengetahui hal ini hanya beliau. Tapi, tak kusangka jika keturunan Charlotte dan Ren akan muncul sekarang?” senyum Selenia terkekeh geli dengan mata terpejam beberapa saat. Nada suaranya terdengar ringan dan seolah mengajukan pertanyaan pada Kiril.


“....” Kiril hanya tetap diam dengan kepala yang tertunduk seolah menunjukkan keseganan.


Selenia yang tak mendengar jawaban dari Kiril lekas kembali membuka matanya, meliriknya cukup tajam dan mengajukan pertanyaannya.


“Untuk apa kalian datang ke dunia ini ...?”


“....” Kiril terdiam merasakan hawa ganjil di sekitar Selenia yang benar-benar membuat detak jantung semakin berdetak cepat.


“Tidak hanya kau dan gadis bernama Reia itu. Dua gadis lainnya– tidak, mungkin empat gadis lainnya juga datang ke dunia ini. Apa yang sebenarnya coba kalian lakukan ...? Bersatu untuk menghentikanku? Serangga seperti kalian ...!?” Selenia kembali bertanya dengan kedua bola mata melebar seolah memberikan ancaman sangat kuat pada Kiril yang mulai menutup mata, bertahan dari intimidasi tak terbayangkan dari mahluk superior sepertinya.


            “.....” Kelenggangan lagi-lagi datang menyelimuti ruangan itu. Di saat Selenia yang membuang wajah dari lawan bicaranya, Kiril tetap menutup mata dan mengkerutkan dahi seolah berusaha sekuat mungkin untuk tetap sadar dari intimidasi gadis yang duduk di atas kasur itu.


            “Yah ..., terserah jika kau tak ingin menjawab pertanyaanku juga, aku takkan memaksa,” senyum Selenia dengan nada suara seperti biasanya. Nada suara dari Selenia yang begitu ramah dan enak didengar.


            Gadis berambut hitam itu lekas melirik ke arah pintu keluar beberapa saat sebelum akhinya menyungginkan senyuman dan berucap.


            “Kalian berdua juga, kenapa berdiri di luar sana? Masuklah jika kalian ingin mengatakan sesuatu padaku.”


            Ekspresi keterkejutan lekas nampak di wajah Kiril yang menengok pintu keluar.


Dan benar saja, dua gadis yang sudah diperlihatkan sebelumnya memasuki ruangan dengan ekspresi wajah kecemasan.


            Gadis berambut hitam dengan wajah mirip seperti Reia berucap mengemukakan pendapatnya sambil memberikan tatapan penuh kecemasan pada Selenia.


            “Sudah kuduga sihir level 9 tak bagus, Chaca. Gadis ini ..., benar-benar monster ...,”


            “Tak aneh, Leia. Dia adalah simbol dari kebatilan itu, mahluk yang mengambil nyawa orang tua kita .... Naga Kebatilan, Dewa Havoc ...,” jawab gadis yang memiliki telinga lancip seperti Kiril, Chaca. Bahkan bagi dia yang dijuluki ‘pengemban berkat berlebihan’ pun merasa tak nyaman ketika berdiri di hadapan Selenia.


            “Hee kalian juga sudah tahu tentangku yah,” Selenia mulai menghadap Leia dan Chaca, tersenyum dengan kepala meneleng yang terlihat menggemaskan.


            “Yah meski aku sudah menduga hal ini,” lanjut Selenia tanpa senyuman dan mata terpejam.


            Kekhawatiran semakin terlihat jelas dari Leia dan Chaca yang melihat wajah Selenia. Dan lagi-lagi kelenggangan menyelimuti ruangan itu sampai...


            “Kenapa saat itu aku tak merasakannya, jika gadis inilah ...,” tanya Leia melirik Chaca.


            “Mungkin dia menggunakan semacam Limiter seperti Reia, bahkan aku sendiri pun tak menyadarinya. Mungkinkah dari Dewi Earthesia?” khawatir Chaca sambil terus memberikan tatapan pada Selenia.


            “Ya, kau benar. Seperti yang diduga dari keturunaan Dea Charlotte.”


            “.....” Chaca menukikkan alisnya dan memberikan tatapan tajamnya pada Selenia, seolah diselimuti kemarahan yang amat sangat kuat.


            “Jadi ada apa? Kalian ingin mengatakan sesuatu kan? Aku sedikit buru-buru sekarang,” tanya Selenia dengan nada ringan.


            “Sejujurnya aku tak pernah ingin meminta bantuan pada mahluk yang mengambil nyawa ayahku, tapi demi hancurnya dunia ini akan kukatakan padamu alasan kami datang ke dunia ini,” kesal Leia yang juga mulai memberikan tatapan tajam pada Selenia seperti halnya Chaca.


            “Tunggu, kau gila, Leia!? Ingin melibatkan mahluk ini dalam perselisihan kita!” kesal Kiril yang juga mulai menunjukan kemarahan.


            “Apapun akan kulakukan untuk mengakhiri dunia yang menyedihkan ini!” kesal Leia membalas lirikan tajam Kiril.


            “Kalian berdua serius ...?” cemas Kiril yang diselimuti ketakutan.


            “Ya, dengan terlibatnya monster ini kau tak bisa menghentikan tujuan kam ....” jelas Chacha memberikan lirikan tajam ke arah kakaknya, tapi ucapannya semakin pelan dan tak terdengar karena ucapan mahluk superior di dekatnya.


            “Tak peduli yah, aku tak ingin terlibat dengan masalah kalian ....” Selenia mulai berjalan mendekati jendela dengan senyuman manis.


            “Apa-kau-bilang!?” kesal Leia mengeja pertanyaan, dan memberikan tatapan kemurkaan pada punggung Selenia.


            “....!” Chacha juga kembali memberikan perhatiannya pada Selenia dengan tatapan setajam mungkin.


            “Seperti yang kukatakan, aku tak ingin terlibat dengan masalah kalian.”


            “Kau belum mendengarkan apa yang kami katakan! Jika kau mengetahuinya, kuyakin kau juga akan turut sert –“


            “Jangan terlalu memaksakan keinginganmu itu..., mahluk rendah...” Selenia memotong ucapan Leia sambil menolehkan kepalanya ke arah mereka. Suaranya terdengar bergetar dan begitu mengguncang jiwa, hingga membuat Kiril, Leia, bahkan Chacha terkejut dan tak sadar berjalan selangkah mundur.


            Kedua pupil dan iris mata Selenia terlihat berbeda dan begitu menakutkan, seperti mata reptil dari  mahluk legenda yang sering disebut ‘Naga’.


            “Iris-Dragon ....?” tak sadar, Leia bertanya mengeja ucapan sambil memegang dadanya yang terasa sangat sesak.


            “Dengan mata seperti itu. Gadis ini..., hampir mencapai bentuk sempurnanya?” Chaca tetap memberikan tatapan kemarahan namun juga ketakutan pada Selenia.


            “Ya, dan ini sangat berbeda dengan Lisienata. Selenia ...., sudah dalam bentuk sempurnanya sebagai Arcdemigod. Ti-tinggal masalah waktu dan keinginan dia saja jika ingin berubah menjadi Dewa Havoc.”


            “....!”


            Ketegangan benar-benar terasa diantara mereka, Kiril dan yang lainnya hanya menyunggingkan wajah penuh kecemasan menatap gadis berambut hitam di depannya. Tapi suasana tak mengenakkan itu tiba-tiba mulai luntur ketika.


            “Lalu selain itu ..., tidakkah kalian ingin melakukan sesuatu atas pertabuatanku? Aku takkan melawan jika kalian ingin menyerangku,” senyum  Selenia berjalan mendekati Leia, melepaskan aura mengerikan sebelumnya hingga membuat suasana di ruangan itu kembali normal.


            “Apa maksudmu?” tanya Chaca yang masih menunjukkan kewaspadaan pada Selenia.


            “Buft ..., hahahaahahahahaha!” mendengar pertanyaan heran Chacha, Selenia sontak tertawa terbahak-bahak hingga membuat sekitarnya berwajah was-was.


            “Lamban sekali kalian ini! Inilah diriku, Inkarnasi Dewa Havoc, yang mengambil nyawa tiga pahlawan besar, dan bukankah dua dari orang itu adalah orang tua kalian yang menyedihkan!”


            “...!!” Chacha dan Leia kembali mengerutkan dahinya terlihat memberikan tatapan kemurkaan.


            “Chalica, Leia! Jangan terpancing oleh perkataannya!” khawatir Kiril berteriak.


            “Charlotte hanyalah gadis naif yang mudah terbawa arus, gila harta, dan pendendam. Lebih buruk dari itu, dia tak bisa memanfaatkan kekuatannya yang bisa mengguncang dunia! Gadis menyedihkan yang membuat gelar ‘Dea’ yang diberikan Dewi Aurora sia-sia,” cerca Selenia dengan senyuman arogan pada Chacha yang terdiam menundukkan kepala.


            “Jangan pernah menjelek-jelekkan ...,” geram Chaca dengan emosi yang amat sangat dalam. Tubuhnya bergemetar, rambutnya yang indah dan berwarna merah mulai terangkat karena aura kemarahan disekitarnya yang benar-benar terasa.


            “ .... Ibunda!” lanjutnya memberikan tatapan penuh kemurkaan pada Selenia. Bagaikan hewan buas yang sangat bernafsu ingin menghabisi mangsanya.


            “....” Selenia tersenyum puas melihat wajah Chacha yang biasanya tenang berubah menjadi seperti itu.


            “Menggelikan. Ren pun tak ada bedanya. Dia mahluk menyedihkan dengan kemunafikan yang tak terkira. Bersikap menjadi pahlawan? Menyelamatkan dunia ini? Padahal dia sendiri juga pernah menghancurkan dunia seorang diri, bahkan ..., lelaki itu juga hampir membunuh Dewi Penjaga dunia kalian,” senyum kecil Selenia melanjutkan ucapan sambil melirik Leia yang membelalakan kedua bola mata, tapi tak terlalu lama sampai dia mengubah tatapannya jadi sangat tajam.


            “Itu hanya fitnah darimu! Aku takkan mempercayainya ...,” Leia berjalan mendekati Selenia dengan tatapan kemurkaan. Dia bahkan memanggil pedang merah marun yang diselimuti listik putih kemerahan, berniat melampiaskan kemurkaannya sambil mengggeram.


            “Ayah tidak seperti yang kau katakan! Menurut Tuan Enrik dan Guru Salbina pun jika beliau adalah lelaki dengan sifat penyayang pada siapapun!”


            Chacha yang biasanya berpikir tenang pun tak menghentikan tindakan Leia. Malah dia sendiri juga menginginkan jika mahluk yang paling benci itu mendapatkan serangan Leia.


            “Tunggu, Leia! Jangan gegabah ini jebakan!!” Kiril berjalan cepat berniat menghentikan Leia, tapi lekas terdiam cemas karena tangan Chacha yang menghalangi jalannya.


            “Chalica?”


            “....” Tak ada jawaban Chacha yang terus memberikan tatapan kemurkaan pada Selenia.


            “Ayah adalah lelaki terhebat dalam hidupku! Salah satu dari orang yang yang kujungjung tinggi keberadaannya selain ibu.”


            “....” Selenia hanya tersenyum kecil dengan mata tertutup. Dia juga terlihat merentangkan kedua tangannya hingga sejajar dengan bahu, seolah bersiap menerima serangan gadis yang kini berhadapan dengannya.


            JLEB!!


            Bersamaan dengan pedang merah marun Leia menembus jantung Selenia, gadis berambut hitam panjang dengan wajah rupawan itu kembali berucap melanjutkan pernyataan.


            “DIA ADALAH PAHLAWAN KAMI!! Seluruh mahluk di dunia kami sangat menghormatinya! Dia bukanlah orang yang munafik! Dia bukanlah orang yang menghancurkan dunia, dan menyerang Dewi Penajaga Luna! Dia ..., Ayah! Dia ....” Leia meneteskan air mata dengan tatapan tajam tertuju pada Selenia yang menutup mata dan ..., “Burkgh uhuk uhuk!”  batuk mengeluarkan darah.


Tapi, dalam kurun waktu yang cepat Selenia tersenyum bahagia dan mengangkat tangan kirinya ke samping, menghancurkan dinding dengan kekuatan misteriusnya.


            JELEGARR!!


            Dinding itu pun berlubang, menghubungkan dengan dunia luar. Kontan tindakannya itu sedikit menarik perhatian seluruh penghuni ruangan, meski itu tak terlalu lama sampai Leia kembali meneriakkan emosinya.


            “Dia tidak seperti yang kau katakan! Ayah adalah ...,” Leia menutup matanya beberapa saat dengan amat sangat rapat, seolah mengingat sosok yang sangat berharga dalam hidupnya.


Dan bersamaan dengan itu, Chalica mulai berjalan mendekati dinding yang berlubang, menyadari langkah kaki dari belakang tubuhnya.


            “Mah-Mahluk biadab ini!? Begitu, jadi ini yang dia incar ....!” batin kesal Chalica lalu melompat dan melayang berniat meninggalkan tempat sambil terus memberikan tatapan tajam pada Selenia.


            “Daripada dicap sebagai pengkhianat, dia lebih memilih memalsukan kematiannya sebagai ‘Selenia’.”


            “KAU! Tidak hanya mengambil nyawa pahlawan kami, kau juga bahkan menjelek-jelekkan beliau. Hanya dirimulah ....!” teriak kembali Leia dan memberikan tatapan tajam ke arah Selenia yang sudah menutup mata dan terlihat tak bernyawa.


            “Hanya dirimu ..., yang takkan pernah kumaafkan!” lanjutnya menggeram, dan bersamaan dengan itu, pintu kamar terbuka. Reia, Alyshial, Lapis, dan Aeldra terlihat memasuki ruangan sambil memberikan tatapan keterkejutan melihat kejadian yang mereka tak mengerti di hadapannya.



***

No comments:

Post a Comment