Tuesday, 1 November 2016

Prolog

Title: Iris Dragon 2
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Prolog

Tahun 14, tahun iblis. Kekaisaran Aeldra diguyur hujan lebat dan mengerikan. Halilintar terus bersuara di atas langit. Bagai sang dewa sedang menunjukkan kemurkaan.

Tak ada satupun orang yang berani keluar rumah. Cuaca di malam hari itu benar-benar tak bersahabat, khususnya di wilayah Kerajaan Skyline.

Ada satu pertanda besar akan cuaca di luar, mungkin salah satunya adalah kelahiran anak kembar dari Sang Raja Kerajaan Skyline.

“Ini malapetaka! Dari segala waktu, kenapa harus sekarang!!” lelaki tua, berambut dan berjenggot putih berteriak ketakutan. Tersungkur jatuh ke belakang, menatap kosong dua bayi kembar di atas tempat tidur mewah.

Bayi di samping kanan menangis, layaknya seperti bayi pada umumnya. Tidak seperti bayi di samping kiri. Dia tertawa, amat sangat bahagia menatap sekitar. Membuat Sang Raja dan para penasihatnya memberikan tatapan ketakutan.

“Tu-tuan Ray!! Bayi ini adalah ...,” ucap penasihat cukup gugup.

“AKU TAU!!” Ray berteriak, menatap tajam bayi yang tertawa. Bayi itu sontak terdiam, mulai menangis seperti bayi di sampingnya.

Tiga penasihat dan satu pelayan langsung terdiam ketakutan. Ketegangan bertambah setelah teriakkan dari Ray.

“Elina, pisahkan Alyshial dari bayi ini.” Ray berucap, melirik pelayan di sampingnya. Mulai memberikan tatapan khawatir pada salah satu bayi yang tetap menangis.

“Ya, Tuan.”

“Dan katakan pada Alysha nanti. Bayi yang satunya tak bisa diselamatkan karena proses persalinan.”

“Eh ...?” Pelayan bernama Elina itu bergemetar, menatap ketakutan sang raja.

“Kumohon ....” Ray mengepalkan kedua tangannya erat, menyipitkan mata, menatap ketakutan bayi yang satunya.

“Ya, tuan ....!” Elina menangis, tak mengerti. Dia berasal dari luar, tak mengerti apa yang ditakutkan oleh sang raja dan para penasihat.

Setelah Elina pergi membawa bayi perempuan yang bernama Alyshial. Ketegangan semakin bertambah di dalam ruangan. Ray dan para penasihat masih memberikan tatapan ketakutan pada bayi lelaki yang menangis, kembaran dari Alyshial.

Matanya terlihat berbeda, bercahaya berwarna kuning. Aura terasa berat di sekitar bayi itu, membuat para penasihat amat segan terhadapnya.

“Dari semua zaman, era, dan generasi, kenapa ini semua harus menimpa anakku?!” Ray menutup mata serapat mungkin, berucap ketakutan pada dirinya sendiri.

“Kita harus membunuhnya, Tuan. Ini perjanjian kita dengan segala ras dan para malaikat. Bahkan Empress Halsy juga menginginkan hal ini.” Penasihat berucap, menatap khawatir bayi tersebut.

“Bayi ini hanya akan membawa malapetaka pada dunia dan akhirat. Kita tak bisa mengulang kejadian di masa lalu. Kita tidak bisa menerima mahluk sepertinya.” Penasihat lainnya berucap.

“Aku tau, biar aku yang melakukannya sendiri.” Ray berjalan mendekati bayi itu, menggendongnya. Berjalan meninggalkan ruangan. Perasaan bersalah masih mengganjal di hatinya.

Sambil terus berjalan meninggalkan istana, dia memikirkan berbagai cara untuk menyelamatkan buah hatinya. Pertentangan dalam jiwanya tak luput dia rasakan. Dia takut akan ramalan besar di masa lalu yang mengerikan. Tapi sesungguhnya, jauh di dalam hatinya. Dia juga tak pernah tega menghabisi nyawa putranya sendiri.

Alhasil, karena pertentangan dalam dirinya. Dia mulai memakai jubah tebal, membawa bayi itu ke penjara bawah tanah di Kerajaan Skyline. Penjara terkuat yang dibuat khusus para penjahat kelas berat.

Membuat pingsan seluruh penjaga, agar tak bisa melihat wajahnya. Akan sangat berbahaya jika tindakan tabunya itu diketahui semua mahluk.

Ray membuka pintu shelter, tempat salah satu penjahat terburuk berada. Dia mendekati gadis itu, memberikan senyuman sedih padanya.

“Apa yang diinginkan dari seorang Raja hingga menemui gadis sepertiku?” Gadis itu berambut kuning emas, memakai baju serba putih, baju tahanan. Dia tersenyum keheranan menatap Ray.

“Zaxia, aku ingin meminta tolong padamu. Kumohon, jaga anak ini.”

“Kau sedang waras, kan? Bisa-bisanya menitipkan anakmu pada seorang pembantai sadis sepertiku?” Zaxia memberikan senyuman ganjil dan mengerikan.

“To-tolonglah, hanya kau penjahat di sini yang kukenal. Putri Lear dan yang lainnya telah dibebaskan karena ulahmu –“

“Tidak mau, yah. Lagipula lusa nanti aku akan pergi dari dunia ini. Jangan-jangan kau lupa kalau pengadilan sudah menjatuhkan hukuman mati untuk –“

“Aku akan melepaskanmu dari hukuman itu! Aku berjanji, tapi aku sangat memohon. Jaga bayi ini, rawat dirinya.”

“Kau pasti bercanda, kan? Kau berniat mengkhianati negerimu sendiri dengan membebaskan pembantai sepertiku?” Zaxia menatap penasaran Ray.

“Ak-aku tak punya pilihan lain. Kumohon,” Ray menundukkan kepalanya, memeluk erat bayi yang ia gendong.

“Katakan, apa salahnya. Sampai kau tak bisa membesarkan putramu ini ....” Zaxia menatap penasaran bayi itu. Tapi tubuhnya langsung bereaksi, dia bergemetar. Berjalan selangkah mundur, menunjukkan reaksi siaga.

“Ap-apa itu ...!?” Zaxia menatap kosong bayi yang digendong Ray, memeluk tubuhnya sendiri. Tak pernah berhenti gemetar tubuhnya, keringat dingin mengucur dari seluruh tubuhnya.

“Kau kuat Zaxia, amat sangat kuat. Seharunya kau juga bisa merasakannya, jika bayi ini memiliki kekuatan yang lebih tinggi –“

“Ini bukan kekuatan, Ray! Ini kutukan? Tidak– sebuah kemutlakan. Bayi ini seperti sebuah kunci untuk zona yang baru, era yang baru, dunia yang baru?” Zaxia masih menatap penasaran bayi itu, tersenyum ketakutan.

“Kau bisa mengetahuinya!?” Ray menatap Zaxia amat sangat terkejut.

“Bebaskan aku dari penjara, maka aku akan mengambil bayi ini!” Zaxia masih memberikan senyuman, menghancurkan jeruji besi di hadapannya dengan mudah. Dia merebut bayi itu, menggendongnya. Mengusap kepalanya.

“Ba-baiklah, tapi aku tak yakin bisa membebaskanmu secepat mungki –“

“Tak apa,” Zaxia memberikan senyuman kecil, tetap mengusap kepalanya, meski tubuhnya terus bergemetar, menunjukan rasa ketakutan yang hebat.

“Aku berani bertaruh. Seluruh mahluk menginginkan bayi ini mati, dan tak pernah ingin ia terlahirkan,” lanjut Zaxia.

“....” Ray terdiam menundukkan kepala, mengepalkan erat kepalan tangannya.

“Kau harus menceritakannya nanti, Ray. Alasan dia seperti ini, mengemban kekuatan maha besar seperti ini. Alasan dia ditakuti oleh dunia dan segala mahluk.”

“Ya, aku berniat menceritakannya padamu. Beberapa minggu sekali aku akan datang menemuimu, memberikan kebutuhan untuk bayi ini. Lalu ada satu masalah lagi –”

“Ya aku tau, aku tak boleh membocorkan rahasia jika ini bayimu, kan? Tenang saja, aku mengerti.”

“Begitu ..., syukurlah.”

“Lalu, Ray. Siapa nama bayi ini?” Zaxia menggendong bayinya, berbalik dan berjalan memasuki jeruji besi kembali.

“....” Ray hanya terdiam, membuang sedikit nafas. Tersenyum mulai berucap.

“Setelah kulakukan ini padanya, aku tak pantas memberinya nama. Kau yang beri nama dia, Zaxia.”

Zaxia menghentikan langkah, menatap bayi itu yang tertawa padanya. Sangat menggemaskan. Tangan mungilnya menyentuh leher Zaxia. Membuat Zaxia tersenyum menutup mata.

Lisienata, kau tau apa arti nama itu, kan?” Zaxia berucap pelan. Ray yang mendengarkan hal itu lekas melebarkan mata, terkejut ketakutan menatap Zaxia. Dia hampir menangis, mulai menutup mata.

“Bukan maksudku untuk memberikan nama buruk padanya. Tapi ini memang kenyataan jika dia yang ingin dibuang oleh dunia.” Zaxia mulai menatap bayi itu.

“Kau tak pernah diinginkan, seperti diriku,” lanjut Zaxia berucap, seolah berbicara pada bayi itu.

“Ini perjanjian kita, Zaxia. Kumohon, lindungi anak in –“

“Aku tau, tenang saja. Aku akan melindunginya,  dari siapapun, dari apapun itu, meski itu dari kau sekalipun.”


***


1 comment: