Saturday, 18 March 2017

Chapter 12

Title: Iris Dragon 2
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower, Comedy.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Chapter XII
Reuni Keluarga

           Masih di waktu yang sama saat pertemuan Lisienata dengan gadis berjubah coklat. Di tempat yang lainnya, wilayah perbatasan antara Kerajaan Skyline dengan Kerajaan Central.



            Lapis terlihat bersama dengan Rina, berwajah khawatir menatap seorang lelaki yang berdiri di hadapannya. Wajahnya tidak terlihat, tertutupi oleh jubah berwarna putih keemasan.


            Aura kuat benar-benar dirasakan sang putri mahkota, tak heran jika dia memberikan tatapan khawatir, bertanya penasaran dalam hati. Akan siapa sebenarnya lelaki yang berdiri di hadapannya.


            Tak lama, lelaki itu berucap, membungkukkan tubuhnya, memberikan hormat sangat dalam pada Lapis.


            “Senang bertemu dengan anda yang menjadi kunci dunia .... Dia mengangkat kepala, terlihat kedua bola matanya yang berwarna hijau bercahaya. Membuat Lapis semakin mengkerutkan dahi, membuat Rina selangkah berjalan mundur, melirik penasaran sahabatnya.


            “Siapa kau ...?” Lapis bertanya dengan keseriusan yang dalam.


            “Tak perlu anda mengetahui nama saya, tapi yang jelas .... kedatangan saya hanyalah sebagai pelindung bagi anda yang menyandang gelar Last Mater.


            “Last Mater? Apa itu, pertama kali dengar yah,” senyum kecil Lapis, menunjukkan kearoganan. Membuat wajah Rina terkejut, melirik cemas sahabatnya. Berbisik pada Lapis sambil menutupi gerakan bibir dengan tangan kanannya.


            “La-Lapis ..., seharusnya kau juga menyadarinya, kan? Auranya benar-benar terasa kuat, kenapa kau malah menyinggungny –“


            “Katakan dengan jelas urusanmu, aku sedang buru-buru sekarang!” Lapis kembali berucap, cukup tinggi suaranya. Mulai mengingat kembali, wanita paling ia hormati dalam hidupnya sedang menunggunya.


            Si Lelaki berjubah cukup terkejut, tapi lekas tertawa kecil. Dia lekas membuka jubah kepalanya, tersenyum khawatir sambil berucap.


            “Maaf maafkan candaanku yang membosankan, aku hanya ingin memperkenalkan diriku saja di hadapan orang yang akan kulindungi mati-matian nanti. Tapi kau bisa memanggilku Kiril, Putri.” Wajahnya sangat rupawan dengan bola mata hijau muda. Rambutnya kuning keemasan. Telinga terlihat cukup panjang, membuat Lapis dan Rina terkejut ketakutan.


“Ka-kau seorang Elf?” Lapis bertanya gagap, menatap penasaran telinga lelaki bernama Kiril.


“Emm, aku seorang Elf.” Kiril menganggukan pelan kepalanya, tertawa kecil sambil menutup mata.


“Mus-mustahil, Elf terakhir adalah Putri Mira. Dia telah gugur saat bertarung habis-habisan dengan Iblis Cladiss. Siapa kau sebenarnya?” Lapis semakin memasang wajah penasaran, ketakutan seluruh permukaan tubuhnya.


“Sudah kukatakan, aku Kiril, Kiril ...., Putri Lapis. Tapi akan cukup merekpotkan jika dunia ini tau akan keberadaanku sekarang. Jadi aku meminta kalian berdua untuk menjaga rahasiaku untuk saat ini yah ....” Kiril berucap, mulai membuka matanya.


“Baiklah aku mengerti ....” Lapis dan Rina menganggukkan kepala, terlihat paham.


“Lisienata tak cukup kuat untuk melindungimu. Maka di sini lah aku ....” Kiril tertawa kecil, kembali menutup matanya sesaat.


“Lisienata?” Lapis dan Rina bertanya bersamaan, berwajah penasaran.


“Eh ...?” Kiril terdiam, cukup terkejut. Lekas menyentuh dagu, berpikir.


“Ah ah! Ma-maafkan, kesalahanku. Kau masih belum mengetahuinya yah ....” Kiril menyatukan kedua telapak tangan, berwajah khawatir dan meminta maaf.


“Eh?”


“Lupakan saja ucapanku sebelumnya, tak perlu dipikirkan,” Kiril menundukkan kepala.


“Ah, ba-baiklah ....” Rina dan Lapis saling mentap satu sama lain.


Kiril mulai mengeluarkan seseuatu di balik saku jubahnya, sebuah bola kaca berwarna kuning keemasan. Di dalamnya terdapat kupu-kupu emas yang indah. Tak bergerak sedikitpun.


Bola kaca seukuran kepalan tangan itu ia berikan pada Putri Lapis.


“Terimalah ini, usahakan agar anda terus membawanya, Putri. Ketika kondisi amat berbahaya datang mendekatimu, aku akan langsung berdiri di sampingmu. Membantu engkau yang dicintai dunia dan akhirat.”


“Ah, ba-baiklah,” khawatir Lapis, menerima bola kaca berwarna emas itu. Kiril mulai berbalik, berniat berjalan pergi, akan tetapi.


“Tu-tunggu, aku benar-benar tak mengerti dengan segala yang kau ucapkan. Dicintai dunia? Last Mater? Apa maksudnya? Selain itu, kenapa kau ingin melindungiku mati-matian? Aku tak mengenalmu, kau tak mengenalku, kan?”


“Pertanyaan yang lucu, Putri. Tapi memang benar aku tak mengenalmu –“


“Lalu! –“ kesal Lapis.


“Tapi aku– tidak, maksudku kami akan melindungimu. Bahkan jika dunia berakhir, hanya dirimu yang akan kami pertahakan kehidupannya. Para Dewa dari berbagai dunia juga berpikir hal yang sama.” Kiril memberikan tatapan serius amat dalam. Membuat jantung Lapis berdetak cepat.


Rina hanya memberikan lirikan khawatir pada Lapis, tubuhnya bergemetar mendengar pernyataan Kiril.


“Pa-para Dewa? Berbagai dunia?” Lapis juga berwajah khawatir, menyipitkan mata. Dia sungguh tak mengerti segala apa yang diucapkan Kiril.


“Maaf, aku terlalu banyak bicara. Sekarang masih belum waktunya, Putri.” Kiril menutup mulut, cukup cemas wajahnya. Tapi itu tak lama sampai dia kembali berucap.


“Baiklah, aku ingin pamit undur diri. Maaf mengganggu perjalanmu, Putri Lapis.” Kiril lekas melompat, tetawa kecil, lekas menghilang bagaikan arwah. Itu bukanlah teleport atau perpindahan dimensi. Membuat Rina dan Lapis cukup terkejut penasaran.



***


Kembali ke tempat Aeldra berada. Suasana masih terasa tegang, terlihat tatapan tajam dari Aeldra yang mengarah pada gadis berjubah coklat. Bagaikan mahluk buas yang siap menerkam mangsanya.


Begitupula dengan gadis tak dikenal yang memberikan tatapan membunuh pada Selenia. Hanya hitungan detik saja sampai suasana tegang itu berubah menjadi mencekam.


Akan tetapi.


Suara merdu terdengar cukup keras, cukup lembut hingga menarik perhatian semua orang di sana.


“Hentikan, Kak Leia. Mau sampai kapan Kakak sadar akan batasan Kakak sendiri ....” Gadis kecil itu memasang wajah datar, melayang lebih tinggi dari gadis berjubah coklat yang bernama Leia.


Dia memakai jubah putih keemasan, bermata hijau muda, berambut merah seperti permata ruby yang indah. Selain itu telinganya juga terlihat panjang, membuat sekitarnya terkejut penasaran.


“Elf!?” Ray terkejut menatap penasaran gadis kecil itu.


Tak hanya Ray, tapi Aeldra juga dibuat terkejut oleh kehadirannya. Bertanya penasaran akan siapa sebenarnya dirinya.


“Cha, ini kesempatan kita untuk memutus rantai penderitaan. Selain itu, kenapa kau melepas kupluk kepalamu?” Leia menurunkan pedangnya, berbalik dan mengangkat kepala menatap gadis kecil yang dipanggil Cha itu.


“Astaga, ini sebabnya aku tak menyukai orang-orang Luna.” Cha mengeluh, mengangkat telapak tangan, menutup matanya.


“Hei bocah sombong, kau tak menjawab pertanyaanku barusan,” Leia berucap, memberikan senyuman kekesalan.


“Mereka juga akan melihat wajah kita nanti, Kak. Selain itu, kita lebih baik mundur. Jangan terburu-buru seperti ini ....” Cha berbalik, berniat melayang pergi.


“Tak mau yah, aku akan bereskan semuanya hari ini.” Leia terlihat keras kepala, kembali memberikan tatapan tajam pada Selenia.


“Astaga, lihatlah tatapan mahluk itu. Kau yakin ingin melawannya?” Cha memiringkan tubuhnya, melirik Aeldra.


“Tapi ini kesempatan kit –“


“Ki-ta pe-rgi, Kak Leia. Kau hanya memperkeruh takdir dunia. Aku tak mau lagi berdebat dengan Para Dewa. Mendapatkan kesempatan seperti ini saja benar-benar butuh usaha keras, apa kau ingin mengacaukan segala rencana kita?” Cha berucap, mengeja beberapa perkataannya sambil melirik sinis Leia.


“Kau benar-benar gadis yang menyebalkan yahh –“ Leia bergumam kesal, ikut melayang mendekati rekannya. Akan tetapi.


“Tunggu, setelah percakapan kalian tadi, aku semakin tak bisa membiarkan kalian pergi begitu saja yah,” senyum kesal Aeldra, memotong perkataan, memberikan tatapan tajam pada gadis berambut merah Ruby. Hal itu membuat Alyshial dan yang lain memberikan tatapan khawatir padanya.


Cha mengeluh, menutup mata dan berbalik membalas tatapan Aeldra. Tatapannya sangat datar, tak menunjukan ekspresi apapun. Tapi tatapannya itu lebih dari cukup membuat sekitarnya berwajah cemas dan ketakutan.


“Kau seorang Dewa yang kuat, memiliki insting yang amat mengerikan. Seharusnya kau sendiri juga tahu akan batasanmu. Dengan coretan di punggungmu itu, dengan rantai tak terlihat itu, kau pikir bisa mengalahkan kami sekarang, Dewa Wilfere?” senyum kecilnya, duduk di atas udara hingga dagu menempel di lututnya. Terlihat menggemaskan.


Aeldra semakin mengkerutkan dahi, kedua tangannya bergemetar, wajahnya memerah terlihat murka. Tapi dia sadar diri, apa yang dikatakan gadis itu adalah kebenaran. Sekitarnya tidak mengetahui akan kekuatan mereka yang amat sangat tinggi, khususnya gadis yang dipanggil Cha itu.


“Orang-orang Luna dan Earthesia benar-benar tak ada bedanya. Ini sebabnya aku tak menyukai kalian. Ceroboh, sok kuat, munafik, dipenuhi dengan kepalsuan. Beruntungnya kami karena telah membinasakan ras kalian.” Cha mulai berdiri, menutup mata perlahan. Arah wajahnya ditunjukan pada Aeldra.


“Luna? Earthesia?” Aeldra bertanya pelan, masih memberikan tatapan tajam pada Cha. Gadis berambut merah itu mulai menyipitkan mata, berucap.


“Kau tidak mengenal mereka ...?”


“Ti-tidak ....” Aeldra menjawab pelan, mulai terlihat khawatir melihat ekspresi wajah lawan bicaranya.


Mendengar hal itu Cha dan Leia sontak terkejut, Leia bahkan sampai menatap Cha penasaran. Tapi gadis mungil yang terlihat berkuasa itu hanya tersenyum dan menutup mata. Mulai tertawa kecil dan bertanya kembali pada Aeldra.


“Kau memiliki aroma kekuatan seperti Dewa Wilfere. Tapi kau bukanlah dia hahaha. Siapa kau sebenarnya? Mustahil dewa sepertinya tidak mengetahui mereka berdua.”


Aeldra berwajah khawatir, semakin bergemetar tubuhnya. Menyadari akan kelemahannya terbongkar.


“Seratus persen mutlak, kami bisa mengalahkanmu meski tanpa pertarungan habis-habisan. Aura yang kau keluarkan tadi hanya ancaman bukan, Lisienata? Kau tidak memiliki kekuatan Wilfere seutuhnya, sekitar 20% kekuatannya menghilang darimu. Aku tidak tau alasan kau terus berpura-pura memainkan peran dewa itu. Tapi jangan halangi tujuan kami, Kecoa.”


“...!!” Aeldra mengkerutkan dahi terlihat marah karena merasa diremehkan.


“Kalau begitu ini kesempatan kita Cha ...,” Leia kembali bertanya, melirik Selenia. Akan tetapi ucapannya terhenti, itu karena serangan dadakan dari Alyshial berupa tombak kristal yang amat kuat.


Tidak hanya itu tombak itu memiliki aura putih yang dapat membekukan udara. Jika tombak itu menusuk musuhnya, udara dingin tombak itu akan merambat membekukkan seluruh aliran darah dan daging.


Cha mulai mengangkat kepala, melirik serangan Alyshial, mengangkat tangan kirinya. Berucap pelan tak terdengar oleh sekitarnya.


Sontak serangan Alyshial itu bersinar terang hingga terurai menghilang menjadi butiran cahaya berkilauan. Membuat terkejut sekitarnya, termasuk Aeldra sendiri.


“Ki-ta mu-ndur, Kak Leia. Jangan terlibat dengan pertempuran yang tak ada artinya. Tujuan kita hanyalah satu .... Kau tau kan?” tanya Cha mulai menundukkan kepala dan tangan, sedikit menghela nafas.


“Ya ak-aku tau, membunuh Sang Last Mater.” Leia berucap pelan, melayang mendekati Cha. Berwajah khawatir dan ketakutan setelah melihat kekuatan gadis kecil itu.


“Selain itu aku masih cukup ragu jika gadis itu orangnya. Aku tak bisa mempercayai perkataan laki-laki itu.” Cha melirik Selenia sesaat.


Selenia mengkerutkan dahi ke atas, berjalan selangkah mundur. Dia ketakutan dengan lirikan gadis kecil bernama Cha.


Cha dan Leia mulai melayang ke atas langit, menghilang layaknya ruh, seperti lelaki bernama Kiril. Membuat sekitar berwajah penasaran, tetap menatap langit. Berbeda dengan Aeldra.


Aeldra hanya menurunkan pandangan, mengepalkan erat kedua tangannya. Suasana terasa hening di sekitar, seluruh tatapan dari pihak Alyshial mulai tertuju padanya.


Tanpa sedikitpun membalas tatapan mereka, Aeldra mulai berbalik, berjalan pergi.


“Tunggu Aeldra!” teriak Alyshial yang dipenuhi kemarahan. Sedangkan Selenia terlihat memberikan tatapan sayu pada Aeldra.


Aeldra tak mendengar, tetap melangkah. Berjalan pergi meninggalkan mereka.


“Lisienata tunggu ....” Kali ini sang Raja Skyline yang berucap, berjalan selangkah mendekatinya. Dia masih memberikan tatapan kekhawatiran amat dalam. Membuat Alysha dan Alyshial berwajah penasaran, menatap dia yang memanggil Aeldra dengan panggilan berbeda.


            Aeldra menghentikan langkah, berbalik, memberikan tatapan datar. Dia menundukkan kepala, tubuhnya. Bersujud layaknya ksatria dihadapan sang penguasa wilayah.


            “Ada yang bisa kubantu, Yang Mulia?”


            “Te-terima kasih sudah menyelamatkan Alysha. Setelah apa yang kulakukan padamu, aku sungguh berterima kasih, Lisienata.”


            “Tidak tidak, Yang Mulia. Itu sudah kewajibanku, tugasku melindunginya, melindungi dunia ini. Aku hanyalah alat ..., wadah bagi dunia ini. Bukankah seperti itu?” Aeldra memberikan senyuman kecil, menutup matanya sesaat.


            Mendengar hal itu Ray semakin menyipitkan mata, hatinya teramat sakit melihat dia yang mengucapkan pernyataan itu. Dia sadar, itu bukan kesalahannya. Melainkan dirinya sendiri, yang dulu pernah membuangnya.


            “Ayah, kenapa?” Alyshial bertanya khawatir menatap Ray. Dia menyadari ekspresi aneh yang dikeluarkan ayahnya. Tak hanya Alyshial saja, tapi istrinya, yakni Alysha juga memberikan tatapan hal yang sama pada Ray.


            Ray lekas menatap keduanya, menggigit bibir bawahnya lagi. Tapi itu tak lama sampai dia mulai menutup mata, tersenyum kecil pada keduanya. Mulai berpikir tak akan ada kebohongan lagi, tak ada rahasia lagi. Dia berniat mengatakan segalanya, akan fakta dari siapa sebenarnya Aeldr–, Lisienata.


            “Dengar Alysha, Alyshial. Sebelumnya aku ingin meminta maaf pada kalian berdua.”


            Selenia lekas menatap lebar sang raja, terlihat bahagia. Dia juga ingin Alysha dan putrinya mengetahui jika Aeldra adalah salah satu keluarga mereka.


            Akan tetapi.


            “Tapi sudah lama yah, kita berkumpul seperti ini, Keluarga Skyline. Meski dengan kondisi yang berbeda, meski dengan suasana yang berbeda, kalian tetap terlihat berkelas dan anggun.” Aeldra masih menutup matanya, berdiri di hadapan Ray dan keluarganya.


            “Eh ...?” Alysha dan putrinya mulai memberikan tatapan penasaran pada Aeldra. Ray lekas melebarkan matanya, ketakutan. Dia sudah mengetahui, apa yang akan dikatakan Aeldra selanjutnya.


            “Ap-apa maksudmu?” Alysha mengajukan pertanyaan pada Aeldra. Lelaki berambut hitam itu mulai membuka mata, memberikan senyuman kearoganan.


            “Ahh, anda melupakanku, Ratu Alysha? Ini aku, anak lelaki yang kau panggil Anak Haram di ruang isolasi itu. Putra dari wanita yang engkau benci keberadaannya.”


            Alysha dan putrinya terkejut melebarkan mata, seluruh tubuhnya merinding mendengar pernyataan Aeldra yang mengejutkan. Ekspresi positif lekas terlepas dari wajah mereka berdua.


            “Tidak! Dia adalah –“ Ray berteriak ketakutan berbalik menatap Aeldra. Matanya memerah, benar-benar ketakutan.


            “Ini menjelaskan semuanya!! Kau Putra Zaxia sang pemberontak?! Ini menjelaskan jika kau berada di pihak musuh, ini menjawab kau yang seorang Assasins!” Alyshial berteriak, memberikan ekspresi kemarahan.


            Kedua tangan Alysha juga bergemetar, menatap ketakutan Aeldra. Berpikir jika ini menjelaskan semuanya, yakni peringatan yang diberikan Kakaknya. Berpikir jika Aeldra berniat membalaskan dendam atas kematian ibunya, ketidakadilan yang diterima ibunya.


            “Kau ..., apa tujuanmu!? Tak-takkan kubiarkan kau melukainya sedikitpun!” Alysha berucap, menarik lengan putrinya, hingga berlindung di belakang tubuhnya.


            Aeldra hanya tertawa kecil tak menjawab pertanyaan Alysha. Tapi itu tak lama sampai dia memberikan tatapan pada Ray. Tatapan tajam seolah mengancam dia untuk tak mengatakan segala tentangnya.


            Selenia juga yang sebelumnya memasang wajah bahagia kini hanya menatap kosong Aeldra. Tubuhnya merinding ketakutan. Air mata kembali menetes, bertanya pelan pada Aeldra yang mulai berbalik.


            “Kenapa ...?”


            Aeldra melompat, mengkerutkan dahinya terlihat murka. Bergumam kesal dalam hati kecilnya.


            “Terlalu terlambat mengatakannya sekarang. Kau hanya memberikan perasaan bersalah amat hebat pada mereka berdua, Orang Tua.”



***

10 comments:

  1. kak lullaby,jadwal rilis iris dragon itu per hari atau per minggu? mohon penjelasanya

    ReplyDelete
  2. Thanks utk updatenya. Jalan ceritanya selau asyik dan menegangkan.

    ReplyDelete
  3. Lullaby sensei!! ini kelanjuatan dari my dearest ya.?
    kalo kelanjutannya kok di my dearest Helsy mati. tapi di Iris Dragon . malah Halsy yg nikah dengan Angela??

    jangan di jawab kalo mengandung spoiler...thanks sensei maju terus....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku gak mau jawab, kalau km blm baca after skip dari my dearest. Karena mengandung spoiler untukmu :)

      Delete
    2. Sensei apa my dearest jilid 2 cuma 40 chapter.??. Mau nanya juga apa cuma di bukunya aja ya After skipnya??
      Kalo iya..berarti harus beli..tapi kalo enggak di bagian mana??

      Salam sukaes..sensei!

      Delete
    3. Apa di kiminovel..jilid 2 nya itu punya cerita lain sensei??

      Delete
    4. di kiminovel gak ada cerita lain, cuma itu.

      Lalu untuk My Dearest jilid 2 memang sampai 40 chapter.

      After skipnya itu dari My dearest 3, yakni My Dearest artificial. Itu versi webnovel, belum dibukukan. Tapi ada beberapa perombakkan di jilid tersebut, jadi tidak dipostingkan lagi.

      Delete
  4. di web mana aja sensei ..mosting novelnya??
    MY dearest 3 itu jilid baru ya??. atau itu baru ya sensei belum di publis??

    ReplyDelete