Sunday, 20 May 2018

Chapter 2

Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Chapter 2
Awal Penyerangan

           Wilayah selatan Benua Dealendra, Kerajaan Benteng Selatan. Di bibir pantai benua, terlihat puluhan mahluk hijau bersisik dengan bentuk seperti manusia. Tinggi tubuh mereka lebih dari dua meter dengan masing-masing membawa tombak trisula.


            Mereka adalah Lizardman, monster amfibia yang terkenal akan kebengisannya dalam membunuh lawan. Salah satu jenis monster yang beberapa tingkat lebih tinggi dari goblin.


            “Serangan monster!!” jerit wanita muda memperingatkan sekitar. Dengan masih memakai pakaian renangnya yang begitu menggoda, dia mulai berlari memsuki daratan.


            Tapi para para Lizardman tak sebaik itu hingga membiarkan mangsanya melarikan diri. Tanpa pandang bulu, muda atau tua, perempuan atau laki-laki, salah satu dari Lizardman yang berdiri paling depan memasang ancang-ancang melempar trisula-nya. Lalu melemparnya hingga mengenai punggung wanita rupawan yang berlari.


            “Kya ...!” Wanita itu langsung jatuh terpelungkup ke depan dengan pandangan kosong. Dia merenggang nyawa di tempat dengan darah merah yang menyatu dengan lautan.


            Melihat mangsanya yang sudah tak bernyawa, Lizardman yang paling depan langsung berteriak mengeluarkan suara mengerikannya, dan teriakan itu diikuti oleh seluruh temannya.


            “GREEERRRR!!!”


            Bagai suara kegembiraan yang berhasil membunuh mangsa pertamanya. Bagai suara deklarasi perang dari para monster untuk ras manusia.


            Mengetahui korban pertama telah muncul, kepanikan dan keputusasaan semakin menyelimuti masyarakat sekitar.


            Orang-orang belarian melarikan diri menjauhi bibir pantai. Para Front-Liner terdekat lekas datang ke tempat kejadian berniat mengamankan sekitar, akan tetapi.


            Jumlah monster kadal besar itu semakin banyak. Perbandingan yang signifikan sampai satu berbanding lima. Tak heran jika raut wajah keputusaan pun langsung terlihat di wajah mereka.


            Itu tak aneh, mengurus satu ekor Lizardman saja paling tidak membutukan tiga orang Front-Liner profesional. Kini jumlah Lizardman lebih banyak dari mereka, tak aneh membuat beberapa Front-Liner putus asa.


            “Bertahanlah! Setidaknya kita bisa menghambat mereka sampai evakuasi selesai!” teriakan lantang terdengar dari belakang tubuh para Front-liner.


            Para Front-Liner lekas menoleh ke belakang menatap penasaran teriakan lelaki penuh wibawa itu. Lalu terlihatlah lelaki yang berdiri paling depan dengan ekspresi wajah keseriusan, tanpa sedikitpun rasa gentar kepada para musuhnya.


            Rambut dan bola matanya berwarna merah dengan rupa wajah hampir mirip seperti Haikal. Ada mahkota berwarna emas putih di atas kepalanya. Selain itu pakaian yang ia kenakan terlihat mewah, pertanda jika dia bukanlah lelaki biasa.


            “Sa-salah satu pahlawan dari masa lalu ....” Front-Liner paling muda berucap tanpa sadar sambil terus memberikan tatapan harapan pada lelaki wibawa itu.


            “Sahabat dari Sang Demigod. Flash Step Raja Hizkil ...,” Front-Liner lainnya berucap seolah melanjutkan ucapan.


            Lelaki berwibawa bernama Hizkil mulai melepas mahkota peraknya, memberikannya pada lelaki tua berambut putih di sampingnya, dan berucap.


            “Pastikan anakku menerima benda ini ....”


            Mendengar pernyataan rajanya, lelaki tua yang diduga penasihat kerajaan itu lekas menundukkan kepala sambil berucap dengan nada ketakutan.


            “Ba-baginda Raja kumohon mundurlah! Anda tak bisa gugur di sini sekarang, Kerajaan Benteng Selatan masih membutuhkanmu!”


            “Raja macam apa yang kabur sedangkan seluruh rakyatnya berjuang seperti ini. Selain itu tenang saja, Adrian. Untuk masalah kerajaan, sudah ada Haikal. Dia sudah lebih dari siap untuk memimpin kerajaan,” senyum Hizkil lebar sambil melirik lelaki tua yang memberikan tatapan cemas padanya.


            “Raja ....”


            Perlahan, Hizkil mulai menutup mata cukup rapat. Aura di sekitarnya terasa lebih dalam. Semua orang di sana menyadari jika tingkatan raja mereka sudah sangat tinggi.


            Itu terbukti dari Hizkil yang mulai merentangkan tangan kanannya ke depan, dan menghela nafas sesaat sebelum berteriak dengan lancang.


            Dimensions Holder: Abyss Dagger ...!”


            Sontak pisau belati yang melengkung tajam terlihat di telapak tangan kanannya. Berwarna hitam dengan mata pisau berwarna merah seperti darah.


            Urat merah di sekitar tangan Hizkil terlihat, itu berasal dari pisau legendanya. Semua orang menyadari jika imitasi sanjata legenda milik raja mereka itu adalah pedang bermata dua. Dalam artian memiliki risiko besar juga untuk tubuh penggunanya.


            “Adrian, pergilah!! Temui Haikal di sekolahnya, dan katakan jika aku dan Herliana menaruh harapan besar padanya.” Hizkil berteriak sebelum menghilang dari tempat berpijak.


            Langsung muncul tepat di hadapan para Frontliner yang masih menatap tempat berpijak di atas benteng.


            Mereka sedikit terkejut melihat raja mereka yang melakukan teleport, tapi itu tak lama sampai dia kembali menghilang melakukan teleport menuju para musuhnya.


            Hizkil tiba-tiba di belakang salah satu Lizardman, lalu langsung memeluk punggungnya, dan memberikan serangan vital dengan menggorok leher lawannya. Darah biru lekas muncrat ke depan.


            Lizardman terdekat terlihat menggeram marah sambil melayangkan tusukan mautnya ke arah Hizkil. Tapi Hizkil melompat ke belakang, lekas bergerak cepat menusuk jantung monster tersebut.


            Para Lizardman di sekitarnya terlihat menggeram murka akan tindakan Hizkil. Mereka mulai berlari mengepung dirinya.


            Melihat hal itu, Hizkil lekas melemparkan pisaunya ke arah Lizardman paling belakang. Sangat cepat dan tepat sasaran menembus kepala targetnya.


            Para Lizardman sesaat menengok ke belakang melihat arah pisau itu, dan melihat salah satu teman mereka yang kembali merenggang nyawa.


            Tapi ketika mereka memalingkan wajahnya ke arah Hizkil dengan marah, malah tak ada Hizkil di sana.


            Dia sudah bertelportasi ke arah dimana pisaunya menancap. Dia hanya berdiri di kepala mayat lizardman yang mulai jatuh terlentang tak bernyawa.


            “GREARRRR!!!” para Lizardman berteriak murka pada Hizkil. Rupa wajah mereka berkali-kali terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya. Hizkil hanya memasang wajah datar sambil mengambil pisaunya.


            In-intesitas perpindahannya terlalu cepat!” batin Front-Liner dewasa terkesima melihat pertempuran singkat Hizkil.


            Ini kah kekuatan dari seseorang yang disebut-sebut sebagai pahlawan dari masa lalu?” Front-Liner lainnya juga terlihat menatap takjub pertarungan Hizkil.


            “Apa yang kalian lakukan!! Apa kalian ingin membuat raja kita bertarung sendiri!? Seluruh pasukan baris depan, serang!!!” Jendral dengan kumis dan jenggot tebal berteriak memberikan komando pada seluruh anak buahnya.


            Sontak seluruh jiwa para prajurit kerajaan menggebu-gebu, berlarian memasuki pertempuran untuk membantu mantan raja mereka.


            Para Front-Liner yang juga mendengar teriakkan jendral itu pun lekas menganggukkan kepala menatap masing-masing temannya, lekas berlari memasuki pertempuran. Mempertahankan harga diri dan wilayah dari gempuran para monster dan Iblis.



***

            Di tempat lain di bagian barat Benua Dealendra, Kerajaan Liviandra. Wanita berambut merah cerah seperti apel masak terlihat melayang cepat menuju benteng pertahanan di dekat pantai paling barat.


            Mahkota berwarna biru layaknya permata safir terlihat di atas kepalanya. Meski wajahnya sudah terlihat cukup tua, tapi aura keanggunan masih terasa darinya.


            Sesampainya mendarat di tempat tujuan, dia lekas berjalan cepat melewati orang-orang sekitar. Orang-orang berpakaian lengkap dengan jirah terlihat sangat terkejut dan langsung membungkukkan tubuhnya setelah melihat kedatangan wanita anggun itu.


            “Katakan apa maksud dari laporanmu tadi!” wanita itu berucap keras sambil menatap cemas seorang perajurit berusia lanjut yang memimpin pasukan.


            “Oh, Ratu! Maafkan keteledoran hamba ini yang tak menyambut kedatangan –“


            “Lupakan formalitas itu! Sekarang katakan, apa yang kau laporkan itu benar, Jendral!?” Wanita yang diduga Sang Ratu berteriak dengan ekspresi penuh kecemasan.


            “Y-ya, anda bisa melihatnya sendiri,” sang jendral berucap gagap sambil menunjukkan lautan di balik jendela.


            Dengan pandangan biasa memang di sana terlihat tidak ada apa-apa selain lautan, tapi jika lebih teliti lagi terlihat seorang gadis berambut pendek berwarna emas. Matanya berwarna biru seperti langit cerah. Dia seperti gadis biasa berumur belasan tahun yang sangat rupawan.


            Gadis misterius itu memakai pakain serba putih dan duduk di kursi singgasana hitam yang melayang di atas lautan.


            “Ra-Ratu Fiela, apa kau tau siapa dia ...?” Jendral bertanya gugup melirik cemas wajah sang ratu yang dipanggil Fiela itu.


            “Ya, am-amat sangat mengetahuinya ....” Ratu Fiela berucap sebelum lekas berbalik dengan wajah penuh kecemasan.


            Dia membuka alat komunikasinya, dan memberikan perintah untuk seluruh pasukannya untuk datang ke tempatnya saat ini. Berkata jika perang besar akan segera dimulai.


            Jendral di belakangnya terkejut mendengar perintah Sang Ratu. Dia berucap berniat menanyakan akan siapa sebenarnya gadis yang duduk di singgasana hingga membuat sang ratu ketakutan.


            Ratu Fiela menengok ke arah sang jendral, berucap dengan nada penuh kecemasan.


            “Jangan tertipu oleh rupanya. Dia adalah salah satu Jendral Raja Iblis Keempat. Demigod Eater, Sonia Lestra.”


            “Di-dia Demigod Eater itu?” sang jendral memberikan tatapan kosong pada Fiela.


            “Ya, mahluk yang mengambil nyawa Kakaku!” Fiela menggeram murka, meski masih bercampur dengan rasa ketakutannya.


            Melihat ekspresi wajah sang ratu, sang jendral mulai bersujud memberikan hormat sambil berucap.


            “Ap-apa anda juga akan ikut serta dalam pertempuran ini, Ratu?”


            “Ya, aku akan ikut dan membalas perbuatan iblis itu!”


            “Tapi ba-bagaimana dengan Kerajaan Liviandra ini?”


            “Mungkin ini masih terlalu cepat, tapi aku akan mengembalikan tahta ini pada satu-satunya keponakanku.” Fiela tersenyum dan menoleh ke arah sang jendral sebelum melayang pergi mempersiapkan pasukannya.


            Beberapa jam setelah itu, di pusat benua Kekaisaran Aeldra, Kerajaan Central. Lelaki berwibawa berambut merah muda cukup panjang dengan pakaian hitam elegan terlihat beranjak dari kursi sambil berteriak cemas.


            “Benarkah itu?!”


            “Ya, Rajaku!” lelaki paruh baya lengkap dengan jirahnya terlihat bersujud memberi hormat. Kepalan tangan yang kuat terlihat di dadanya seolah menunjukkan kesetiaan.


            “Hardy ....” Gadis berambut merah muda berucap cemas, melirik lelaki yang sebelumnya berteriak.


            “Ya, Reeslevia. Akhirnya mereka mulai bergerak ...,” ucap Hardy melirik gadis di samping kanannya sebelum menggeram terlihat marah.


            “Negara Ristorakt di utara sudah disapu bersih oleh Jendral Iblis, Ragna Tepes.” Hardy berucap terlihat menutup mata.


            “Kerajaan Liviandra takkan bertahan melawan Demigod Eater. Begitupula dengan Kerajaan Benteng Selatan, dan jika dugaanku benar. Mungkin para lizardman ini bergerak di bawah perintah langsung Beast Tamer dunia bawah, yakni Jendral Iblis Ignia.” Reeslevia mengemukakan pendapat.


            Paman Hizkil, Nyonya Fiela ...,” batin Hardy yang diselimuti rasa frustasi.


            “Hardy ..., kemungkinan besar Kerajaan Shinforest dan Skyline juga ....” Reeslevia berasumsi. Hardy lekas mendongakkan kepala


            “Ya kemungkinan besar. Tapi untuk saat ini, kita harus memberikan bantuan pada Kerajaan Benteng Selatan dan Kerajaan Liviandra –“


            “Jika aku jadi kau, aku takkan pernah melakukan hal itu, Hardy.” Ucapan lelaki lainnya terdengar. Sontak lelaki berambut hitam itu tiba-tiba muncul di belakang Hardy.


            Reeslevia lekas berwajah waspada memberikan lirikan penasaran padanya. Tapi ekspresi waspada dalam wajahnya terlihat menghilang setelah melihat sosok siapa sebenarnya di belakang Hardy.


            “Aeldra ....”


            “Lama tak bertemu, Kak Shina.” Aeldra menyunggingkan sedikit senyuman. Di beberapa bagian rambut Aeldra, terlihat garis berwarna kuning lemon masak seperti warna rambut adiknya.


            “Ya ...,” Reeslevia menyungingkan senyuman tipis pada Aeldra.


            “....” Keheningan menyelimuti mereka beberapa saat sampai Aeldra berjalan mendekati Hardy, menyentuh peta di mejanya.


            “Di sini, tempat Azazel dan pasukannya berada. Serangan yang dilakukan oleh Ignia hanyalah sebuah umpan.”


            “Fallen Angel Azazel, Jendral Iblis terkuat yang hampir menyamai Nyonya Salbina ....” Reeslevia berekspresi cemas setelah mendengar pernyataan Aeldra.


            “Ya, jika kau memberikan bantuan pada Kerajaan Benteng Selatan. Kekuatan kerajaan ini akan berkurang dan itu akan semakin melemahkan pusat benua ini.”


            “Untuk kasus Sonia, kemungkin dia hanya bermain-main. Itu terlihat dari dia yang belum memulai penyerangan melihat dari sifatnya yang menyukai pertempuran.”


            “Benar, apa yang kudengar, Sonia adalah Iblis yang hanya tertarik dengan musuh yang kuat. Jika hanya diam dan tak melakukan serangan, bukankah itu berarti dia menganggap jika seluruh Kerajaan Liviandra tak pantas untuk menjadi lawannya ...?”


            “....” Hardy terdiam menutup mata rapat, kebingungan mengemukakan keputusan.


            “Lalu aku harus membiarkan mereka mati begitu saja?” Hardy menggigit bibir bawah seolah memperlihatkan rasa kefrustasiannya.


            “Pikirkan apa yang harus diprioritaskan sekarang, keputusan cerobohmu bisa membawa kehancurah benua –“ Aeldra menjelaskan enteng sambil mata tertutup, tapi ucapannya terpotong oleh terbukanya pintu.


            Seorang ksatria lengkap dengan pakaian tempurnya lekas memasuki ruangan mereka sambil berteriak.


            “Lapor, Baginda!” Ksatria itu lekas bersujud hormat di belakang ksatria sebelumnya.


            “Ya, bicaralah ....” Hardy menjawab dengan angggukan kepala.


            “Kerajaan Skyline dilaporkan juga mendapatkan serangan. Puluhan monster seketika bermunculan di dalam kota seluruh kerajaan, kini kepanikan benar-benar menyilimuti kerajaan itu!”


            “Ap-apa, katamu!?” Hardy bertanya gagap memperlihatkan rasa keterkejutannya. Tidak hanya dia, tapi Reeslevia dan Aeldra juga terlihat cemas.


            “Putri Natasha juga sudah pergi ke Kerajaan itu berniat membantu.”


            “Almeera!?” Hardy lagi-lagi kembali dikejutkan oleh pernyataan sang ksatria. Dia lekas menengok ke belakang, ke arah tempat Aeldra. Tapi Aeldra sudah tak ada di sana. Hardy pun hanya tersenyum dan tertawa kecil melihat sosok Aeldra yang telah menghilang dari sisinya.


            “Baginda, bagaimana sekarang?”


            “Tenang saja, Kerajaan itu pasti baik-baik saja.” Hardy menjawab.


            “Tapi kemunculan monster yang tiba-tiba seperti ini ....” Reeslevia melirik cemas lelaki di sampingnya.


            “Ya, kemungkinan ada penyusup dari luar.”


             "Atau mungkin ada seorang pengkhianat di antara kita," khawatir Reeslevia berucap pelan.


             "....." Hardy tak menjawab dan hanya menutup mata kembali, memikirkan solusi akan beberapa hal berkumpul di kepalanya.



***

6 comments:

  1. Wow... mantav dah thor
    Enggak sabar nunggu battle epic nya Aeldra...

    ReplyDelete
  2. semangat thor updatenya.. makin penasaran aja ini cerita hehe

    ReplyDelete
  3. Akhirnya ngejar ketinggalan.. sip dah ditunggu lanjutannya.. :v

    ReplyDelete