Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter 2
Awal Penyerangan
"....." Hardy tak menjawab dan hanya menutup mata kembali, memikirkan solusi akan beberapa hal berkumpul di kepalanya.
Chapter 2
Awal Penyerangan
Wilayah selatan Benua
Dealendra, Kerajaan Benteng Selatan. Di bibir pantai benua, terlihat puluhan
mahluk hijau bersisik dengan bentuk seperti manusia. Tinggi tubuh mereka lebih
dari dua meter dengan masing-masing membawa tombak trisula.
Mereka adalah Lizardman, monster
amfibia yang terkenal akan kebengisannya dalam membunuh lawan. Salah satu jenis
monster yang beberapa tingkat lebih tinggi dari goblin.
“Serangan monster!!” jerit wanita
muda memperingatkan sekitar. Dengan masih memakai pakaian renangnya yang begitu
menggoda, dia mulai berlari memsuki daratan.
Tapi para para Lizardman tak sebaik
itu hingga membiarkan mangsanya melarikan diri. Tanpa pandang bulu, muda atau
tua, perempuan atau laki-laki, salah satu dari Lizardman yang berdiri paling
depan memasang ancang-ancang melempar trisula-nya. Lalu melemparnya hingga
mengenai punggung wanita rupawan yang berlari.
“Kya ...!” Wanita itu langsung jatuh
terpelungkup ke depan dengan pandangan kosong. Dia merenggang nyawa di tempat
dengan darah merah yang menyatu dengan lautan.
Melihat mangsanya yang sudah tak
bernyawa, Lizardman yang paling depan langsung berteriak mengeluarkan suara
mengerikannya, dan teriakan itu diikuti oleh seluruh temannya.
“GREEERRRR!!!”
Bagai suara kegembiraan yang
berhasil membunuh mangsa pertamanya. Bagai suara deklarasi perang dari para
monster untuk ras manusia.
Mengetahui korban pertama telah
muncul, kepanikan dan keputusasaan semakin menyelimuti masyarakat sekitar.
Orang-orang belarian melarikan diri
menjauhi bibir pantai. Para Front-Liner terdekat lekas datang ke tempat
kejadian berniat mengamankan sekitar, akan tetapi.
Jumlah monster kadal besar itu
semakin banyak. Perbandingan yang signifikan sampai satu berbanding lima. Tak
heran jika raut wajah keputusaan pun langsung terlihat di wajah mereka.
Itu tak aneh, mengurus satu ekor
Lizardman saja paling tidak membutukan tiga orang Front-Liner profesional. Kini
jumlah Lizardman lebih banyak dari mereka, tak aneh membuat beberapa
Front-Liner putus asa.
“Bertahanlah! Setidaknya kita bisa
menghambat mereka sampai evakuasi selesai!” teriakan lantang terdengar dari
belakang tubuh para Front-liner.
Para Front-Liner lekas menoleh ke
belakang menatap penasaran teriakan lelaki penuh wibawa itu. Lalu terlihatlah
lelaki yang berdiri paling depan dengan ekspresi wajah keseriusan, tanpa
sedikitpun rasa gentar kepada para musuhnya.
Rambut dan bola matanya berwarna
merah dengan rupa wajah hampir mirip seperti Haikal. Ada mahkota berwarna emas
putih di atas kepalanya. Selain itu pakaian yang ia kenakan terlihat mewah,
pertanda jika dia bukanlah lelaki biasa.
“Sa-salah satu pahlawan dari masa
lalu ....” Front-Liner paling muda berucap tanpa sadar sambil terus memberikan
tatapan harapan pada lelaki wibawa itu.
“Sahabat dari Sang Demigod. Flash
Step Raja Hizkil ...,” Front-Liner lainnya berucap seolah melanjutkan ucapan.
Lelaki berwibawa bernama Hizkil
mulai melepas mahkota peraknya, memberikannya pada lelaki tua berambut putih di
sampingnya, dan berucap.
“Pastikan anakku menerima benda ini
....”
Mendengar pernyataan rajanya, lelaki
tua yang diduga penasihat kerajaan itu lekas menundukkan kepala sambil berucap
dengan nada ketakutan.
“Ba-baginda Raja kumohon mundurlah!
Anda tak bisa gugur di sini sekarang, Kerajaan Benteng Selatan masih membutuhkanmu!”
“Raja macam apa yang kabur sedangkan
seluruh rakyatnya berjuang seperti ini. Selain itu tenang saja, Adrian. Untuk
masalah kerajaan, sudah ada Haikal. Dia sudah lebih dari siap untuk memimpin
kerajaan,” senyum Hizkil lebar sambil melirik lelaki tua yang memberikan
tatapan cemas padanya.
“Raja ....”
Perlahan, Hizkil mulai menutup mata
cukup rapat. Aura di sekitarnya terasa lebih dalam. Semua orang di sana
menyadari jika tingkatan raja mereka sudah sangat tinggi.
Itu terbukti dari Hizkil yang mulai
merentangkan tangan kanannya ke depan, dan menghela nafas sesaat sebelum
berteriak dengan lancang.
“Dimensions
Holder: Abyss Dagger ...!”
Sontak pisau belati yang melengkung
tajam terlihat di telapak tangan kanannya. Berwarna hitam dengan mata pisau
berwarna merah seperti darah.
Urat merah di sekitar tangan Hizkil
terlihat, itu berasal dari pisau legendanya. Semua orang menyadari jika imitasi
sanjata legenda milik raja mereka itu adalah pedang bermata dua. Dalam artian
memiliki risiko besar juga untuk tubuh penggunanya.
“Adrian, pergilah!! Temui Haikal di
sekolahnya, dan katakan jika aku dan Herliana menaruh harapan besar padanya.”
Hizkil berteriak sebelum menghilang dari tempat berpijak.
Langsung muncul tepat di hadapan
para Frontliner yang masih menatap tempat berpijak di atas benteng.
Mereka sedikit terkejut melihat raja
mereka yang melakukan teleport, tapi itu tak lama sampai dia kembali menghilang
melakukan teleport menuju para musuhnya.
Hizkil tiba-tiba di belakang salah
satu Lizardman, lalu langsung memeluk punggungnya, dan memberikan serangan
vital dengan menggorok leher lawannya. Darah biru lekas muncrat ke depan.
Lizardman terdekat terlihat
menggeram marah sambil melayangkan tusukan mautnya ke arah Hizkil. Tapi Hizkil
melompat ke belakang, lekas bergerak cepat menusuk jantung monster tersebut.
Para Lizardman di sekitarnya
terlihat menggeram murka akan tindakan Hizkil. Mereka mulai berlari mengepung
dirinya.
Melihat hal itu, Hizkil lekas
melemparkan pisaunya ke arah Lizardman paling belakang. Sangat cepat dan tepat
sasaran menembus kepala targetnya.
Para Lizardman sesaat menengok ke
belakang melihat arah pisau itu, dan melihat salah satu teman mereka yang
kembali merenggang nyawa.
Tapi ketika mereka memalingkan wajahnya
ke arah Hizkil dengan marah, malah tak ada Hizkil di sana.
Dia sudah bertelportasi ke arah
dimana pisaunya menancap. Dia hanya berdiri di kepala mayat lizardman yang
mulai jatuh terlentang tak bernyawa.
“GREARRRR!!!” para Lizardman
berteriak murka pada Hizkil. Rupa wajah mereka berkali-kali terlihat lebih
menyeramkan dari sebelumnya. Hizkil hanya memasang wajah datar sambil mengambil
pisaunya.
“In-intesitas
perpindahannya terlalu cepat!” batin Front-Liner
dewasa terkesima melihat pertempuran singkat Hizkil.
“Ini
kah kekuatan dari seseorang yang disebut-sebut sebagai pahlawan dari masa lalu?”
Front-Liner lainnya juga terlihat menatap takjub pertarungan Hizkil.
“Apa yang kalian lakukan!! Apa
kalian ingin membuat raja kita bertarung sendiri!? Seluruh pasukan baris depan,
serang!!!” Jendral dengan kumis dan jenggot tebal berteriak memberikan komando
pada seluruh anak buahnya.
Sontak seluruh jiwa para prajurit
kerajaan menggebu-gebu, berlarian memasuki pertempuran untuk membantu mantan
raja mereka.
Para Front-Liner yang juga mendengar
teriakkan jendral itu pun lekas menganggukkan kepala menatap masing-masing
temannya, lekas berlari memasuki pertempuran. Mempertahankan harga diri dan
wilayah dari gempuran para monster dan Iblis.
***
Di tempat lain di bagian barat Benua
Dealendra, Kerajaan Liviandra. Wanita berambut merah cerah seperti apel masak
terlihat melayang cepat menuju benteng pertahanan di dekat pantai paling barat.
Mahkota berwarna biru layaknya
permata safir terlihat di atas kepalanya. Meski wajahnya sudah terlihat cukup
tua, tapi aura keanggunan masih terasa darinya.
Sesampainya mendarat di tempat
tujuan, dia lekas berjalan cepat melewati orang-orang sekitar. Orang-orang
berpakaian lengkap dengan jirah terlihat sangat terkejut dan langsung
membungkukkan tubuhnya setelah melihat kedatangan wanita anggun itu.
“Katakan apa maksud dari laporanmu
tadi!” wanita itu berucap keras sambil menatap cemas seorang perajurit berusia
lanjut yang memimpin pasukan.
“Oh, Ratu! Maafkan keteledoran hamba
ini yang tak menyambut kedatangan –“
“Lupakan formalitas itu! Sekarang
katakan, apa yang kau laporkan itu benar, Jendral!?” Wanita yang diduga Sang
Ratu berteriak dengan ekspresi penuh kecemasan.
“Y-ya, anda bisa melihatnya
sendiri,” sang jendral berucap gagap sambil menunjukkan lautan di balik
jendela.
Dengan pandangan biasa memang di sana terlihat
tidak ada apa-apa selain lautan, tapi jika lebih teliti lagi terlihat seorang
gadis berambut pendek berwarna emas. Matanya berwarna biru seperti langit
cerah. Dia seperti gadis biasa berumur belasan tahun yang sangat rupawan.
Gadis misterius itu memakai pakain
serba putih dan duduk di kursi singgasana hitam yang melayang di atas lautan.
“Ra-Ratu Fiela, apa kau tau siapa
dia ...?” Jendral bertanya gugup melirik cemas wajah sang ratu yang dipanggil
Fiela itu.
“Ya, am-amat sangat mengetahuinya ....” Ratu Fiela berucap sebelum lekas berbalik dengan wajah penuh kecemasan.
Dia membuka alat komunikasinya, dan memberikan
perintah untuk seluruh pasukannya untuk datang ke tempatnya saat ini. Berkata
jika perang besar akan segera dimulai.
Jendral di belakangnya terkejut
mendengar perintah Sang Ratu. Dia berucap berniat menanyakan akan siapa
sebenarnya gadis yang duduk di singgasana hingga membuat sang ratu ketakutan.
Ratu Fiela menengok ke arah sang
jendral, berucap dengan nada penuh kecemasan.
“Jangan tertipu oleh rupanya. Dia
adalah salah satu Jendral Raja Iblis Keempat. Demigod Eater, Sonia Lestra.”
“Di-dia Demigod Eater itu?” sang
jendral memberikan tatapan kosong pada Fiela.
“Ya, mahluk yang mengambil nyawa
Kakaku!” Fiela menggeram murka, meski masih bercampur dengan rasa ketakutannya.
Melihat ekspresi wajah sang ratu,
sang jendral mulai bersujud memberikan hormat sambil berucap.
“Ap-apa anda juga akan ikut serta dalam
pertempuran ini, Ratu?”
“Ya, aku akan ikut dan membalas
perbuatan iblis itu!”
“Tapi ba-bagaimana dengan Kerajaan Liviandra
ini?”
“Mungkin ini masih terlalu cepat,
tapi aku akan mengembalikan tahta ini pada satu-satunya keponakanku.” Fiela
tersenyum dan menoleh ke arah sang jendral sebelum melayang pergi mempersiapkan
pasukannya.
Beberapa jam setelah itu, di pusat
benua Kekaisaran Aeldra, Kerajaan Central. Lelaki berwibawa berambut merah muda
cukup panjang dengan pakaian hitam elegan terlihat beranjak dari kursi sambil
berteriak cemas.
“Benarkah itu?!”
“Ya, Rajaku!” lelaki paruh baya
lengkap dengan jirahnya terlihat bersujud memberi hormat. Kepalan tangan yang
kuat terlihat di dadanya seolah menunjukkan kesetiaan.
“Hardy ....” Gadis berambut merah
muda berucap cemas, melirik lelaki yang sebelumnya berteriak.
“Ya, Reeslevia. Akhirnya mereka
mulai bergerak ...,” ucap Hardy melirik gadis di samping kanannya sebelum
menggeram terlihat marah.
“Negara Ristorakt di utara sudah
disapu bersih oleh Jendral Iblis, Ragna Tepes.” Hardy berucap terlihat menutup
mata.
“Kerajaan Liviandra takkan bertahan
melawan Demigod Eater. Begitupula dengan Kerajaan Benteng Selatan, dan jika dugaanku
benar. Mungkin para lizardman ini bergerak di bawah perintah langsung Beast
Tamer dunia bawah, yakni Jendral Iblis Ignia.” Reeslevia mengemukakan pendapat.
“Paman
Hizkil, Nyonya Fiela ...,” batin Hardy yang diselimuti rasa frustasi.
“Hardy ..., kemungkinan besar Kerajaan
Shinforest dan Skyline juga ....” Reeslevia berasumsi. Hardy lekas mendongakkan
kepala
“Ya kemungkinan besar. Tapi untuk
saat ini, kita harus memberikan bantuan pada Kerajaan Benteng Selatan dan Kerajaan
Liviandra –“
“Jika aku jadi kau, aku takkan
pernah melakukan hal itu, Hardy.” Ucapan lelaki lainnya terdengar. Sontak
lelaki berambut hitam itu tiba-tiba muncul di belakang Hardy.
Reeslevia lekas berwajah waspada
memberikan lirikan penasaran padanya. Tapi ekspresi waspada dalam wajahnya
terlihat menghilang setelah melihat sosok siapa sebenarnya di belakang Hardy.
“Aeldra ....”
“Lama tak bertemu, Kak Shina.”
Aeldra menyunggingkan sedikit senyuman. Di beberapa bagian rambut Aeldra,
terlihat garis berwarna kuning lemon masak seperti warna rambut adiknya.
“Ya ...,” Reeslevia menyungingkan
senyuman tipis pada Aeldra.
“....” Keheningan menyelimuti mereka
beberapa saat sampai Aeldra berjalan mendekati Hardy, menyentuh peta di
mejanya.
“Di sini, tempat Azazel dan
pasukannya berada. Serangan yang dilakukan oleh Ignia hanyalah sebuah umpan.”
“Fallen Angel Azazel, Jendral Iblis
terkuat yang hampir menyamai Nyonya Salbina ....” Reeslevia berekspresi cemas
setelah mendengar pernyataan Aeldra.
“Ya, jika kau memberikan bantuan
pada Kerajaan Benteng Selatan. Kekuatan kerajaan ini akan berkurang dan itu
akan semakin melemahkan pusat benua ini.”
“Untuk kasus Sonia, kemungkin dia
hanya bermain-main. Itu terlihat dari dia yang belum memulai penyerangan
melihat dari sifatnya yang menyukai pertempuran.”
“Benar, apa yang kudengar, Sonia
adalah Iblis yang hanya tertarik dengan musuh yang kuat. Jika hanya diam dan
tak melakukan serangan, bukankah itu berarti dia menganggap jika seluruh
Kerajaan Liviandra tak pantas untuk menjadi lawannya ...?”
“....” Hardy terdiam menutup mata
rapat, kebingungan mengemukakan keputusan.
“Lalu aku harus membiarkan mereka
mati begitu saja?” Hardy menggigit bibir bawah seolah memperlihatkan rasa
kefrustasiannya.
“Pikirkan apa yang harus
diprioritaskan sekarang, keputusan cerobohmu bisa membawa kehancurah benua –“
Aeldra menjelaskan enteng sambil mata tertutup, tapi ucapannya terpotong oleh
terbukanya pintu.
Seorang ksatria lengkap dengan
pakaian tempurnya lekas memasuki ruangan mereka sambil berteriak.
“Lapor, Baginda!” Ksatria itu lekas
bersujud hormat di belakang ksatria sebelumnya.
“Ya, bicaralah ....” Hardy menjawab
dengan angggukan kepala.
“Kerajaan Skyline dilaporkan juga
mendapatkan serangan. Puluhan monster seketika bermunculan di dalam kota
seluruh kerajaan, kini kepanikan benar-benar menyilimuti kerajaan itu!”
“Ap-apa, katamu!?” Hardy bertanya
gagap memperlihatkan rasa keterkejutannya. Tidak hanya dia, tapi Reeslevia dan
Aeldra juga terlihat cemas.
“Putri Natasha juga sudah pergi ke
Kerajaan itu berniat membantu.”
“Almeera!?” Hardy lagi-lagi kembali
dikejutkan oleh pernyataan sang ksatria. Dia lekas menengok ke belakang, ke
arah tempat Aeldra. Tapi Aeldra sudah tak ada di sana. Hardy pun hanya
tersenyum dan tertawa kecil melihat sosok Aeldra yang telah menghilang dari
sisinya.
“Baginda, bagaimana sekarang?”
“Tenang saja, Kerajaan itu pasti
baik-baik saja.” Hardy menjawab.
“Tapi kemunculan monster yang
tiba-tiba seperti ini ....” Reeslevia melirik cemas lelaki di sampingnya.
“Ya, kemungkinan ada penyusup dari
luar.”
"Atau mungkin ada seorang pengkhianat di antara kita," khawatir Reeslevia berucap pelan.
"....." Hardy tak menjawab dan hanya menutup mata kembali, memikirkan solusi akan beberapa hal berkumpul di kepalanya.
***
Wow... mantav dah thor
ReplyDeleteEnggak sabar nunggu battle epic nya Aeldra...
ditunggu yah >,<
Deletechapter 1nya ada 2...
ReplyDeletewah iya, makasih mbak >.<
Deletesemangat thor updatenya.. makin penasaran aja ini cerita hehe
ReplyDeleteAkhirnya ngejar ketinggalan.. sip dah ditunggu lanjutannya.. :v
ReplyDelete