Sunday, 27 May 2018

Chapter 3

Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Chapter 3
Valkyrie Dealendra


  Beberapa jam sebelum kekacauan terjadi di seluruh penjuru kota Kerajaan Skyline. Istirahat terakhir Acies Highschool di dalam kafeteria kerajaan yang berkelas.



            “Setidaknya dia terlihat normal bagiku,” kata Alyshial sebelum meminum minuman soda lewat sedotan putihnya.


            Dia terlihat duduk di atas kursi putih bersofa. Pegangannya berwarna coklat. Terbuat dari kayu jati yang kokoh.


            Kaki kirinya menompang kaki kanan seolah menunjukkan keanggunan sang putri kerajaan.


            “Kau benar-benar tidak menyadarinya yah, Alys.” Lapis berucap membalas pernyataan sepupunya sambil menompang dagu di atas meja yang berbentuk lingkaran.


            “Kau terlalu berlebihan, Lapis. Aku tak merasakan ancaman apapun darinya,” Alys kembali menjawab sambil membuang pandangan dari lawan bicaranya.


            “Hei, ceritakan lebih jelas. Seperti apa gadis bernama Reia ini, kalian hanya mengatakan jika dia itu gadis yang aneh.” Tanya gadis berambut hitam panjang dengan poni menutupi seluruh dahi, Sophia. Dia terlihat duduk di kursi sebelah kanan Alyshial.


            “Benar apa yang dikatakan Sophia. Seperti apa sebenarnya gadis itu. Tidak biasanya Lapis memuji kekuatan seseorang, aku jadi benar-benar ingin bertemu dengannya,” gadis berambut ponytail coklat bertanya heran dan cemas sambil sesekali melirik Lapis. Dia duduk berhadapan dengan Sophia sambil memegang cangkir putih berisi teh hangat.


            “Kekuatannya benar-benar nyata, Rina. Bahkan menurutku, dia jauh lebih kuat dari Penyihir Hitam,” cemas Lapis menjawab pertanyaan gadis yang sahabatnya, Rina.


            “Lagi-lagi, kau bahkan mengatakan hal yang tak masuk akal, Lapis. Bagaimana ceritanya gadis yang bukan Kineser sepertinya bisa lebih kuat dari penyihir hitam?” Alys kembali mengembalikan pandangannya ke arah Lapis. Tatapannya itu berisi keheranan akan wajah Lapis yang tak melepas ekspresi was-was.


            “Eh, dia bukan Kineser!?” Sophia terkejut membelalakan kedua bola mata.


            “Gadis yang membuat Valkyria Dealendra menjadi waspada seperti ini?” Rina juga sama terkejut sambil sesekali melirik Lapis penuh kecemasan.


            “Iya, dia bukan Kineser, bukan juga Assasins! Dia malah mengatakan hal yang tak masuk akal, seperti apa namanya ....” Alys terlihat menyentuh dagu mencoba mengingat-ngingat.


            “Electus .... Apa kalian pernah mendengar julukan ini, Rina, Sophia?” Lapis melanjutkan ucapan sepupunya, dan diakhir dengan pertanyaan pada Sophia dan Rina.


            “Ti-tidak, belum pernah.” Rina menjawab pelan sambil menggelengkan kepala perlahan.


            “Apalagi aku,” senyum kecil Sophia.


            “....” Keheningan mulai muncul di antara mereka. Tak ada kursi lingkaran seperti mereka di sekitarnya, lain halnya jika melewati batas pot tanaman dengan berbagai bunga yang melingkari tempat Lapis berada. Di luar pot panjang itu ada para siswa Acies biasa yang sedang beristirahat sambil memakan makanannya.


Tak aneh jika wilayah di dalam pot tersebut hanya berisi Lapis beserta teman-temannya. Wilayah itu diperuntukan untuk orang-orang kerajaan dan orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan ijin.


“Sudah-sudah, mungkin dia hanya membual tentang julukan anehnya itu!” celetuk Alys menghancurkan suasana hening. Sontak seluruh perhatian ketiga gadis lainnya tertuju padanya.


“Tapi apa yang dikatakannya tentang Hendra itu ....” Lapis berucap menatap cemas sepupunya.


Mendengar ucapan Lapis, wajah Alys pun mulai berubah cemas. Dia lekas menutup mata beberapa saat sebelum berucap.


“Aku tidak tau, tapi akan kutanyakan pada ayah nanti mengenai kebenarannya.”


“Maksud kalian?” Rina bertanya pelan dengan wajah penasaran.


“Aku akui kalau gadis bernama Reia ini memiliki sesuatu, tapi bukan berarti kuat. Gadis ini ..., seolah-olah mengetahui segala tentang Aeldra.” Alys yang menjawab sambil melirik cemas Rina.


““....!!”” lagi-lagi Rina dan Sophia terkejut membelalakan kedua bola mata menatap cemas putri kerajaan Skyline.


Saat keheningan kembali muncul, tiba-tiba lelaki berambut kuning keemasan berjalan mendekati mereka. Itu adalah Haikal.


Seica dan Annisa terlihat berjalan mengikuti di belakang mereka. Tidak seperti Seica dan Haikal yang berwajah tenang, Annisa terlihat menatap sekitar seolah merasa cemas.


“Sudah kuduga kau di sini, Alys.” Haikal sedikit menghela nafas di akhir perkataan.


“Ada apa, Haikal? Tak biasanya kau mencariku seperti ini,” senyum Alys sambil mendongak dan menatap lelaki yang berdiri di sampingnya.


“He-hei, apa tak apa-apa aku di sini?” Annisa bertanya pelan sambil terus memperhatikan sekitar.


“Tak apa, tenang saja Annisa. Para pengawal juga sudah mengenalmu yang selalu berjalan bersama kami!” Seica menjawab dengan senyuman ke arah Annisa.”


“Be-begitu, kah?”


“Ya, tak perlu sekhawatir itu, Nisa,” senyum Haikal menoleh ke belakang sesaat. Annisa membalas senyuman Haikal dengan kedua pipi yang memerah. Melihat wajah Annisa memerah, kedua pipi Haikal pun ikut memerah.


“....” Alys yang melihat hal itu lekas berwajah datar, lalu menyimpan minumannya sambil berucap menghacurkan suasana nyaman yang hampir terbentuk diantara Haikal dan Annisa.


“Jadi ..., apa yang kau perlukan, Haikal?”


“Ah, benar. Aku hampir melupakannya.” Haikal lekas mengembalikan pandangan ke arah Alys. Tapi tidak hanya pada Alys, tapi pada Sophia, Rina, dan tentunya sang putri dari Kerajaan Central.


“Ada yang aneh dengan gerak-gerik pengajar dan pengawal sekolah ini,” Haikal langsung berucap dengan nada keseriusan.


“Benar, Putri Alys. Apa anda tahu sesuatu? Aku tadi izin keluar lingkungan sekolah, tapi para penjaga gerbang tak memperbolehkan aku keluar.” Annisa berucap menjelaskan.


“Apa kau sudah meminta surat izin ke Ibu Celesia?” tanya Sophia.


“Sudah, tapi mereka tetap bersikeras tak memperbolehkanku meninggalkan lingkungan sekolah.”


“....” Lapis mulai menyentuh bibir bawah, tatapannya tertuju ke bawah seolah sedang memikirkan sesuatu.


“Lapis ....” Rina berucap menarik perhatian sekitar sambil memberikan tatapan keseriusan pada Lapis.


“Kau mendapat panggilan?” Lapis bertanya membalas tatapan serius Rina.


“Tidak, meski kita sudah mengundurkan diri. Tapi setidaknya kita pasti tetap mendapatkan informasi jika ....“


Tiba-tiba perkataan Rina semakin mengecil karena suara langkah kaki yang keras dan cepat di belakangnya. Itu adalah Selenia yang berlari memasuki wilayah khusus untuk orang-orang tertentu.


Untuk beberapa saat dia menjadi pusat perhatian, khususnya dari para siswa yang menaruh kekaguman pada dia yang juga seorang putri.


Lapis dan Alys beranjak dari kursinya. Khawatir melihat wajah Nia yang terlihat membiru seolah ketakutan.


“Ga-gawat!–“ Selenia berteriak. Tapi langsung terdiam ketika Lapis menyentuh mulut dengan telunjuknya, syarat dari dirinyaa agar tak menimbulkan kepanikan.


Alys dan Lapis pun berjalan mendekati Nia, diikuti oleh Haikal dan yang lainnya. Sophia beserta Rina pun mulai beranjak dari kursi.


“Katakan, Nia.” Alys berucap menganggukkan kepala perlahan.


“Tapi jangan terlalu keras,” ucap Lapis menambahkan sambil mengamati sekitar, khususnya para siswa.


“....” Nia terdiam beberapa saat sambil mengambil nafas, tapi setelah itu dia berucap dengan tangisan melewati kedua pipinya yang merah merona.


“Ko-kota ini diserang oleh berbagai macam monster dan iblis!” Suaranya terdengar bergetar, dan itu wajar dari dia yang diselimuti akan ketakutan yang hebat.


“....!” sontak seluruh tatapan Lapis dan yang lainnya melebar. Terkejut akan pernyataan Selenia yang begitu tak terduga.



***


            Ketegangan masih terasa di sekitar Lapis dan yang lainnya. Tapi itu tak berlangsung lama sampai Lapis berucap.


            “Tenanglah, kau sudah melakukan hal tepat dengan memberitahuku lebih dulu.” Setelah itu Lapis lekas  menoleh ke belakang, ke arah Rina.


            “...!!” Rina menganggukkan kepala dengan mantap seolah mengetahui maksud sahabatnya. Keduanya pun berjalan menuju pintu keluar Kafeteria seolah berniat memastikan sesuatu. 


           Tapi, belum terlalu jauh mereka berjalan.


            “Ak-aku juga –“ Alys berucap memberanikan diri sambil menatap punggung sepupunya.


            “Apa yang bisa dilakukan oleh amatir? Kau pandu para siswa ke shelter, kuyakin beberapa guru juga masih belum mengetahui hal ini.”


            “Kau mungkin memang benar. Tapi, jika aku terus lari seperti ini, maka aku takkan  pernah berkembang ....” Alys mengemukakan pendapatnya sambil menguatkan tubuhnya yang gemetar.


            Lapis menghentikan langkah, membalikkan seluruh badan, dan menghela nafas sebelum berucap.


            “Baiklah, tapi jangan menghambat kami berdua!”


            “Ya, terima kasih!” senyum Alys bersemangat.


            “Se-Seica juga–“


            “Kau diam saja!” Lapis melotot pada Seica yang berniat ikut berjalan mengikuti Alys.


            “Hi ..!” Tapi wajah Seica langsung membiru ketakutan setelah mendapatkan ancaman dari Lapis. Dia bahkan berjalan mundur beberapa langkah dengan tetesan air mata ketakutan.


            “Haikal, bagian di sini aku serahkan sisanya padamu,” senyum Lapis pada Haikal. Haikal menganggukkan pelan kepala dan berucap.


            “Ya, dan kalian ..., berhati-hatilah.”


            “Kau pikir siapa aku ini,” senyum kecil Lapis sebelum berjalan cepat meninggalkan kafeteria, diikuti oleh Rina dan Alyshial.


            Setelah meninggalkan Kafeteria dan terus berlari menuju gerbang sekolah, tiba-tiba Lapis berteriak sambil menghentikan langkah kakinya. “Berhenti!”


            Tak seperti Rina yang waspada, Alys malah terlihat kebingungan karena perintah sepupunya.  Tapi benar sajar, benturan keras bagaikan suara ledakan terdengar di samping kiri, khususnya tembok kokoh yang menjulang tinggi. Tembok yang menjadi gerbang Acies Highschool dengan kota.


            Bersamaan benturan keras itu, tembok kokoh itu langsung berlubang dengan dua lelaki dan satu perempuan melayang melewati Lapis dan yang lainnya hingga menabrak dinding bangungan.


            Dua penjaga lelaki kerajaan dan guru sekolah wanita terlihat terbaring tak berdaya dengan luka di sekujur tubuh yang berlumuran darah. Alys lekas berlari ke arah mereka sambil berteriak.


            “Ibu Carmelia!?”


            “Ke-kenapa Anda di sini, Putri? Cepatlah lari ....” ucap guru kelas satu itu sebelum tak sadarkan diri.


            Tak lama setelah itu, mahluk mengerikan pun mulai muncul menghancurkan tembok. Tingginya lebih dari lima kaki dengan bulu kecoklatan lebat di beberapa bagian tubuhnya, khususnya dadanya.


            Tubuhnya seperti manusia tapi kepalanya seperti banteng yang terlihat ganas dan mengeluarkan air liur yang menjijikan.


            “Mi-Minotaur ...!?” Rina membelalakan kedua bola matanya tanda dari keterkejutan.


            “Apa yang sebenarnya terjadi ...!? Kenapa monster dengan kelas tinggi seperti dia berkeliaran di kota!?” Lapis terdiam cemas sambil menatap ketakutan sinis berkepala banteng itu.


            Tidak hanya satu, melainkan lebih dari dua Minotaur terlihat melewati lubang di tembok hingga membuat Rina berjalan selangkah mundur menunjukkan kewaspadaan.


            Tak aneh, Minotaur adalah monster dengan kelas yang cukup tinggi, dan jauh di atas Lizardman, bahkan Goblin. Mereka adalah monster penjaga labirin milik Raja Iblis keempat. Monster yang hanya beberapa tingkat lebih rendah dari Giant.


Butuh lebih dari 6 orang Front-liner profesional untuk melumpukan satu monster sepertinya.


            “Al-Alyshial!! Bawa mereka dan berlindung dari sini!” Lapis berteriak ke arah sepupunya.


            “Tapi –“


            “Jangan mencoba berpikir ingin bertarung sekarang!! Kau hanya akan mati di sini!” kesal Lapis memperlihatkan kemarahannya.


            Melihat ekspresi Lapis yang seperti itu, Alyshial pun hanya bisa menuruti keinginan sepupunya. Dengan rasa frustasi begitu besar, dia lekas mengangkat gurunya yang masih bernafas. Dua penjaga kerajaan sudah meninggal, dan membawa mereka hanya memperlambat gerak Alyshial.


            Tapi.


            BRAGKHHH!!


            Tembok lainnya dekat pintu kafeteria roboh dengan pukulan lebih keras dari sebelumnya. Monster yang hampir mendekati tinggi benteng 10m pun mulai terlihat.


            Berkulit hijau pucat dengan mata merah menyala. Rantai hitam berkarat terlihat masih menghiasi lehernya.


            Monster itu membawa senjata gada besar yang terbuat dari batu hitam. Lagi-lagi, keputusasaan datang menghinggapi Lapis dan yang lainnya.


            “Ap-apaan ini!? Ba-bahkan Ogre juga!!?” Lapis terlihat terkejut cemas membelalakkan kedua matanya.


            Alys tak dapat bergerak  karena rasa ketakutan akan sosok monster berkali-kali lebih kuat dari Minotaur yang muncul dihadapannya. Tak ada jalan baginya yang dikepung oleh dua monster kuat.


Kekuatan Ogre sudah setingkat lebih tinggi di atas Giant yang pernah memporak-porandakan suatu kota di Negara Ristorakt. Maka tak heran jika membuat Lapis memasang wajah keputusasaan.


“Ri-rina, bisa kau tangani para Minotaur sendirian?” Lapis bertanya khawatir pada gadis ponytail coklat di sampingnya.


“E-eh se-sendirian!?” Rina terkejut melirik Lapis dengan ekpsresi penuh kecemasan.


“Bisa ...?” Lapis melirik Rina dengan tatapan penuh harap.


“Bi-bisa sih, tapi benar-benar akan menguras tenaga,” Rina menjawab sambil kembali memberikan tatapan kewaspadaannya.


“Bagus, kalau begitu aku akan mengurus monster hijau jelek itu secepatnya,” senyum Lapis sambil berjalan melewati Alys, terus berjalan mendekati Ogre yang terlihat kebingungan sambil menghancurkan bangunan di sekitar.


Alys hanya bisa duduk di tengah-tengah, di antara Lapis dan Rina sambil menjaga gurunya yang tak sadarkan diri. Meski dia ketakutan, dia terlihat mulai berdiri menguatkan diri, lalu lekas bersiaga berharap bisa membantu teman-temannya.


Perlahan seluruh permukaan tubuh Lapis mulai memancarkan cahaya berwarna merah muda. Rambut putih-merah mudanya pun melayang-layang terlihat indah.


Sang Ogre menyadari kedatangan Lapis yang berjalan mendekatinya. Dengan kecepatan yang bukan main-main, dia melayangkan pukulan vertikal dengan tangan kanannya yang memegang gada raksasa.


“BANG!!!” seperti itulah benturan saat gada Sang Ogre dengan Valkyrie Dealendra hingga menimbulkan asap dari benturan di lantai.


Perlahan gada Sang Ogre bergeming sesaat sebelum terpental ke belakang, bahkan Sang Ogre hampir terjatuh karena terpukul mundur oleh suatu hal yang belum diketahui dari Lapis. Tapi, setelah membenarkan posisi berdirinya, Sang Ogre mulai sedikit merendahkan tubuhnya, dan berteriak menggema ke arah Lapis.


“GRAAARRRRRR!!!”


Asap tebal menghapus medan pertempuran, dan di sana terlihatlah Lapis yang membawa perisai raksasa dengan ukiran wanita berambut jutaan ular. Ya, Lapis mengeluarkan salah satu imitasi perlengkapan legendanya.


“Code Matter: Aegis Shield!” Lapis menggeram dengan tatapan tajam tertuju pada musuhnya.


“...!” Alyshial memberikan tatapan takjub melihat Lapis yang mengeluarkan salah satu perisai terkuat yang melegenda.


Tapi tidak sampai di sana, tiba-tiba perisai raksasa Lapis mulai menyusut, dan mengecil hingga perisai ramping yang cocok di tangannya. Lalu menempel di tangan kiri, dan sekali lagi Lapis kembali meneriakkan pemanggilan senjata legenda lainnya.


“Code Matter: Milladius Sword!”


Samar-samar pedang biru keungungan terlihat di tangan kanan Lapis. Cukup panjang untuk pedang tipe satu tangan.


Setelah itu Lapis lekas melayang ke atas dengan cahaya merah muda disekujur tubuh, lekas memasang kuda-kuda bertempur yang begitu elegan. Tangan kiri yang memegang perisai terlihat di depan seolah menunggu serangan pembuka musuhnya.


Setelah beberapa saat mereka saling bertatapan, Sang Ogre mulai melancarkan serangan. Lapis lekas melayang menyambut serangan Sang Ogre yang berupa pukulan dari samping kanan ke kiri.


Lapis menahan serangan gada Sang Ogre hingga bergeming beberapa saat sebelum dipantulkan ke arah asalnya. Dia lekas melesat ke samping kanan, menebas tangan kanan Sang Ogre dengan pedang legendanya yang begitu misterius.


Tangan musuhnya langsung terputus dari tubuhnya dan terjatuh ke bawah tanah. Sang Ogre kembali berteriak kesakitan dan penuh amarah. Tangan kirinya terangkat berniat memberikan pukulan kuat pada Lapis, tapi itu terlalu lambat bagi Lapis.


Seolah-olah ada sayap di belakang punggung Lapis, dia melesat ke arah leher sang monster, menebas dengan dua tebasan dari kanan dan kiri yang begitu cepat.


Rantai langsung hancur beserta dengan leher sang monster yang perkasa. Kepala Sang Ogre pun langsung terjatuh ke bawah, beserta tubuhnya yang sudah berubah menjadi mayat.


“Untunglah tak perlu menggunakan ‘gaya bertarung’ itu,” batin Lapis terlihat mengambil nafas seolah kelelahan. Tak heran bagi dia yang kelelahan setelah mengeluarkan dua imitasi perlengkapan legenda bersamaan.


Alys hanya bisa menatap takjub pertarungan Lapis yang begitu singkat. 


Sang Ogre yang dikenal sebagai monster yang pernah merepotkan lebih dari 20 Front-liner profesional, bisa Lapis kalahkan dalam kurung waktu amat singkat. Dalam benaknya, Alyshial pun berucap.


Val-Valkyrie Dealendra ..., tak aneh jika orang-orang memberi julukan Lapis seperti itu. Saat ini, dia benar-benar terlihat seperti prajurit legenda wanita yang melindungi benua ini.”
           


***


1 comment: