Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter 3
Valkyrie Dealendra
Chapter 3
Valkyrie Dealendra
Beberapa jam sebelum
kekacauan terjadi di seluruh penjuru kota Kerajaan Skyline. Istirahat terakhir Acies Highschool
di dalam kafeteria kerajaan yang berkelas.
“Setidaknya dia terlihat normal
bagiku,” kata Alyshial sebelum meminum minuman soda lewat sedotan putihnya.
Dia terlihat duduk di atas kursi
putih bersofa. Pegangannya berwarna coklat. Terbuat dari kayu jati yang kokoh.
Kaki kirinya menompang kaki kanan seolah
menunjukkan keanggunan sang putri kerajaan.
“Kau benar-benar tidak menyadarinya
yah, Alys.” Lapis berucap membalas pernyataan sepupunya sambil menompang dagu
di atas meja yang berbentuk lingkaran.
“Kau terlalu berlebihan, Lapis. Aku
tak merasakan ancaman apapun darinya,” Alys kembali menjawab sambil membuang
pandangan dari lawan bicaranya.
“Hei, ceritakan lebih jelas. Seperti
apa gadis bernama Reia ini, kalian hanya mengatakan jika dia itu gadis yang aneh.”
Tanya gadis berambut hitam panjang dengan poni menutupi seluruh dahi,
Sophia. Dia terlihat duduk di kursi sebelah kanan Alyshial.
“Benar apa yang dikatakan Sophia.
Seperti apa sebenarnya gadis itu. Tidak biasanya Lapis memuji kekuatan
seseorang, aku jadi benar-benar ingin bertemu dengannya,” gadis berambut
ponytail coklat bertanya heran dan cemas sambil sesekali melirik Lapis. Dia
duduk berhadapan dengan Sophia sambil memegang cangkir putih berisi teh hangat.
“Kekuatannya benar-benar nyata,
Rina. Bahkan menurutku, dia jauh lebih kuat dari Penyihir Hitam,” cemas Lapis
menjawab pertanyaan gadis yang sahabatnya, Rina.
“Lagi-lagi, kau bahkan mengatakan
hal yang tak masuk akal, Lapis. Bagaimana ceritanya gadis yang bukan Kineser
sepertinya bisa lebih kuat dari penyihir hitam?” Alys kembali mengembalikan
pandangannya ke arah Lapis. Tatapannya itu berisi keheranan akan wajah Lapis
yang tak melepas ekspresi was-was.
“Eh, dia bukan Kineser!?” Sophia
terkejut membelalakan kedua bola mata.
“Gadis yang membuat Valkyria
Dealendra menjadi waspada seperti ini?” Rina juga sama terkejut sambil sesekali melirik
Lapis penuh kecemasan.
“Iya, dia bukan Kineser, bukan juga
Assasins! Dia malah mengatakan hal yang tak masuk akal, seperti apa namanya
....” Alys terlihat menyentuh dagu mencoba mengingat-ngingat.
“Electus .... Apa kalian pernah
mendengar julukan ini, Rina, Sophia?” Lapis melanjutkan ucapan sepupunya, dan diakhir dengan pertanyaan pada Sophia dan Rina.
“Ti-tidak, belum pernah.” Rina
menjawab pelan sambil menggelengkan kepala perlahan.
“Apalagi aku,” senyum kecil Sophia.
“....” Keheningan mulai muncul di
antara mereka. Tak ada kursi lingkaran seperti mereka di sekitarnya, lain
halnya jika melewati batas pot tanaman dengan berbagai bunga yang
melingkari tempat Lapis berada. Di luar pot panjang itu ada para siswa
Acies biasa yang sedang beristirahat sambil memakan makanannya.
Tak
aneh jika wilayah di dalam pot tersebut hanya berisi Lapis beserta
teman-temannya. Wilayah itu diperuntukan untuk orang-orang kerajaan dan
orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan ijin.
“Sudah-sudah,
mungkin dia hanya membual tentang julukan anehnya itu!” celetuk Alys
menghancurkan suasana hening. Sontak seluruh perhatian ketiga gadis lainnya
tertuju padanya.
“Tapi
apa yang dikatakannya tentang Hendra itu ....” Lapis berucap menatap cemas
sepupunya.
Mendengar
ucapan Lapis, wajah Alys pun mulai berubah cemas. Dia lekas menutup mata
beberapa saat sebelum berucap.
“Aku
tidak tau, tapi akan kutanyakan pada ayah nanti mengenai kebenarannya.”
“Maksud
kalian?” Rina bertanya pelan dengan wajah penasaran.
“Aku
akui kalau gadis bernama Reia ini memiliki sesuatu, tapi bukan berarti kuat.
Gadis ini ..., seolah-olah mengetahui segala tentang Aeldra.” Alys yang
menjawab sambil melirik cemas Rina.
““....!!”” lagi-lagi Rina dan Sophia terkejut membelalakan kedua bola mata menatap cemas putri
kerajaan Skyline.
Saat
keheningan kembali muncul, tiba-tiba lelaki berambut kuning keemasan berjalan
mendekati mereka. Itu adalah Haikal.
Seica
dan Annisa terlihat berjalan mengikuti di belakang mereka. Tidak seperti Seica
dan Haikal yang berwajah tenang, Annisa terlihat menatap sekitar seolah merasa
cemas.
“Sudah
kuduga kau di sini, Alys.” Haikal sedikit menghela nafas di akhir perkataan.
“Ada
apa, Haikal? Tak biasanya kau mencariku seperti ini,” senyum Alys sambil
mendongak dan menatap lelaki yang berdiri di sampingnya.
“He-hei,
apa tak apa-apa aku di sini?” Annisa bertanya pelan sambil terus memperhatikan
sekitar.
“Tak
apa, tenang saja Annisa. Para pengawal juga sudah mengenalmu yang selalu
berjalan bersama kami!” Seica menjawab dengan senyuman ke arah Annisa.”
“Be-begitu,
kah?”
“Ya,
tak perlu sekhawatir itu, Nisa,” senyum Haikal menoleh ke belakang sesaat.
Annisa membalas senyuman Haikal dengan kedua pipi yang memerah. Melihat wajah
Annisa memerah, kedua pipi Haikal pun ikut memerah.
“....”
Alys yang melihat hal itu lekas berwajah datar, lalu menyimpan minumannya
sambil berucap menghacurkan suasana nyaman yang hampir terbentuk diantara
Haikal dan Annisa.
“Jadi
..., apa yang kau perlukan, Haikal?”
“Ah,
benar. Aku hampir melupakannya.” Haikal lekas mengembalikan pandangan ke arah
Alys. Tapi tidak hanya pada Alys, tapi pada Sophia, Rina, dan tentunya sang
putri dari Kerajaan Central.
“Ada
yang aneh dengan gerak-gerik pengajar dan pengawal sekolah ini,” Haikal
langsung berucap dengan nada keseriusan.
“Benar,
Putri Alys. Apa anda tahu sesuatu? Aku tadi izin keluar lingkungan
sekolah, tapi para penjaga gerbang tak memperbolehkan aku keluar.” Annisa
berucap menjelaskan.
“Apa
kau sudah meminta surat izin ke Ibu Celesia?” tanya Sophia.
“Sudah,
tapi mereka tetap bersikeras tak memperbolehkanku meninggalkan lingkungan
sekolah.”
“....”
Lapis mulai menyentuh bibir bawah, tatapannya tertuju ke bawah seolah sedang memikirkan sesuatu.
“Lapis
....” Rina berucap menarik perhatian sekitar sambil memberikan tatapan keseriusan pada Lapis.
“Kau
mendapat panggilan?” Lapis bertanya membalas tatapan serius Rina.
“Tidak,
meski kita sudah mengundurkan diri. Tapi setidaknya kita pasti tetap mendapatkan
informasi jika ....“
Tiba-tiba
perkataan Rina semakin mengecil karena suara langkah kaki yang keras dan cepat di
belakangnya. Itu adalah Selenia yang berlari memasuki wilayah khusus untuk orang-orang
tertentu.
Untuk
beberapa saat dia menjadi pusat perhatian, khususnya dari para siswa yang
menaruh kekaguman pada dia yang juga seorang putri.
Lapis
dan Alys beranjak dari kursinya. Khawatir melihat wajah Nia yang terlihat
membiru seolah ketakutan.
“Ga-gawat!–“
Selenia berteriak. Tapi langsung terdiam ketika Lapis menyentuh mulut dengan
telunjuknya, syarat dari dirinyaa agar tak menimbulkan kepanikan.
Alys
dan Lapis pun berjalan mendekati Nia, diikuti oleh Haikal dan yang lainnya.
Sophia beserta Rina pun mulai beranjak dari kursi.
“Katakan,
Nia.” Alys berucap menganggukkan kepala perlahan.
“Tapi
jangan terlalu keras,” ucap Lapis menambahkan sambil mengamati sekitar,
khususnya para siswa.
“....”
Nia terdiam beberapa saat sambil mengambil nafas, tapi setelah itu dia berucap
dengan tangisan melewati kedua pipinya yang merah merona.
“Ko-kota
ini diserang oleh berbagai macam monster dan iblis!” Suaranya terdengar
bergetar, dan itu wajar dari dia yang diselimuti akan ketakutan yang hebat.
“....!”
sontak seluruh tatapan Lapis dan yang lainnya melebar. Terkejut akan pernyataan Selenia yang begitu tak terduga.
***
Ketegangan masih terasa di sekitar
Lapis dan yang lainnya. Tapi itu tak berlangsung lama sampai Lapis berucap.
“Tenanglah, kau sudah melakukan hal
tepat dengan memberitahuku lebih dulu.” Setelah itu Lapis lekas menoleh ke belakang, ke arah Rina.
“...!!” Rina menganggukkan kepala
dengan mantap seolah mengetahui maksud sahabatnya. Keduanya pun berjalan menuju
pintu keluar Kafeteria seolah berniat memastikan sesuatu.
Tapi, belum terlalu jauh mereka berjalan.
“Ak-aku juga –“ Alys berucap memberanikan diri sambil menatap punggung sepupunya.
“Apa yang bisa dilakukan oleh
amatir? Kau pandu para siswa ke shelter, kuyakin beberapa guru juga masih belum
mengetahui hal ini.”
“Kau mungkin memang benar. Tapi, jika
aku terus lari seperti ini, maka aku takkan pernah berkembang ....” Alys mengemukakan pendapatnya sambil menguatkan tubuhnya yang gemetar.
Lapis menghentikan langkah,
membalikkan seluruh badan, dan menghela nafas sebelum berucap.
“Baiklah, tapi jangan menghambat
kami berdua!”
“Ya, terima kasih!” senyum Alys
bersemangat.
“Se-Seica juga–“
“Kau diam saja!” Lapis melotot pada
Seica yang berniat ikut berjalan mengikuti Alys.
“Hi ..!” Tapi wajah Seica langsung
membiru ketakutan setelah mendapatkan ancaman dari Lapis. Dia bahkan berjalan
mundur beberapa langkah dengan tetesan air mata ketakutan.
“Haikal, bagian di sini aku serahkan
sisanya padamu,” senyum Lapis pada Haikal. Haikal menganggukkan pelan kepala
dan berucap.
“Ya, dan kalian ..., berhati-hatilah.”
“Kau pikir siapa aku ini,” senyum
kecil Lapis sebelum berjalan cepat meninggalkan kafeteria, diikuti oleh Rina
dan Alyshial.
Setelah meninggalkan Kafeteria dan
terus berlari menuju gerbang sekolah, tiba-tiba Lapis berteriak sambil
menghentikan langkah kakinya. “Berhenti!”
Tak seperti Rina yang waspada, Alys malah terlihat kebingungan karena perintah sepupunya. Tapi benar sajar, benturan keras
bagaikan suara ledakan terdengar di samping kiri, khususnya tembok kokoh yang
menjulang tinggi. Tembok yang menjadi gerbang Acies Highschool dengan kota.
Bersamaan benturan keras itu, tembok
kokoh itu langsung berlubang dengan dua lelaki dan satu perempuan melayang
melewati Lapis dan yang lainnya hingga menabrak dinding bangungan.
Dua penjaga lelaki kerajaan dan guru
sekolah wanita terlihat terbaring tak berdaya dengan luka di sekujur tubuh yang berlumuran darah.
Alys lekas berlari ke arah mereka sambil berteriak.
“Ibu Carmelia!?”
“Ke-kenapa Anda di sini, Putri?
Cepatlah lari ....” ucap guru kelas satu itu sebelum tak sadarkan diri.
Tak lama setelah itu, mahluk
mengerikan pun mulai muncul menghancurkan tembok. Tingginya lebih dari lima kaki dengan
bulu kecoklatan lebat di beberapa bagian tubuhnya, khususnya dadanya.
Tubuhnya seperti manusia tapi
kepalanya seperti banteng yang terlihat ganas dan mengeluarkan air liur yang
menjijikan.
“Mi-Minotaur ...!?” Rina
membelalakan kedua bola matanya tanda dari keterkejutan.
“Apa yang sebenarnya terjadi ...!?
Kenapa monster dengan kelas tinggi seperti dia berkeliaran di kota!?” Lapis
terdiam cemas sambil menatap ketakutan sinis berkepala banteng itu.
Tidak hanya satu, melainkan lebih
dari dua Minotaur terlihat melewati lubang di tembok hingga membuat Rina berjalan
selangkah mundur menunjukkan kewaspadaan.
Tak aneh, Minotaur adalah monster
dengan kelas yang cukup tinggi, dan jauh di atas Lizardman, bahkan Goblin.
Mereka adalah monster penjaga labirin milik Raja Iblis keempat. Monster yang
hanya beberapa tingkat lebih rendah dari Giant.
Butuh
lebih dari 6 orang Front-liner profesional untuk melumpukan satu monster sepertinya.
“Al-Alyshial!! Bawa mereka dan
berlindung dari sini!” Lapis berteriak ke arah sepupunya.
“Tapi –“
“Jangan mencoba berpikir ingin
bertarung sekarang!! Kau hanya akan mati di sini!” kesal Lapis memperlihatkan
kemarahannya.
Melihat ekspresi Lapis yang seperti itu, Alyshial pun hanya bisa menuruti keinginan
sepupunya. Dengan rasa frustasi begitu besar, dia lekas mengangkat gurunya yang masih
bernafas. Dua penjaga kerajaan sudah meninggal, dan membawa mereka hanya
memperlambat gerak Alyshial.
Tapi.
BRAGKHHH!!
Tembok lainnya dekat pintu kafeteria
roboh dengan pukulan lebih keras dari sebelumnya. Monster yang hampir mendekati
tinggi benteng 10m pun mulai terlihat.
Berkulit hijau pucat dengan mata
merah menyala. Rantai hitam berkarat terlihat masih menghiasi lehernya.
Monster itu membawa senjata gada
besar yang terbuat dari batu hitam. Lagi-lagi, keputusasaan datang menghinggapi
Lapis dan yang lainnya.
“Ap-apaan ini!? Ba-bahkan Ogre
juga!!?” Lapis terlihat terkejut cemas membelalakkan kedua matanya.
Alys tak dapat bergerak karena rasa ketakutan akan sosok monster
berkali-kali lebih kuat dari Minotaur yang muncul dihadapannya. Tak ada jalan
baginya yang dikepung oleh dua monster kuat.
Kekuatan
Ogre sudah setingkat lebih tinggi di atas Giant yang pernah memporak-porandakan
suatu kota di Negara Ristorakt. Maka tak heran jika membuat Lapis memasang
wajah keputusasaan.
“Ri-rina,
bisa kau tangani para Minotaur sendirian?” Lapis bertanya khawatir pada gadis
ponytail coklat di sampingnya.
“E-eh
se-sendirian!?” Rina terkejut melirik Lapis dengan ekpsresi penuh kecemasan.
“Bisa
...?” Lapis melirik Rina dengan tatapan penuh harap.
“Bi-bisa
sih, tapi benar-benar akan menguras tenaga,” Rina menjawab sambil kembali
memberikan tatapan kewaspadaannya.
“Bagus,
kalau begitu aku akan mengurus monster hijau jelek itu secepatnya,” senyum
Lapis sambil berjalan melewati Alys, terus berjalan mendekati Ogre yang terlihat kebingungan sambil
menghancurkan bangunan di sekitar.
Alys
hanya bisa duduk di tengah-tengah, di antara Lapis dan Rina sambil menjaga gurunya yang tak sadarkan diri. Meski dia ketakutan, dia terlihat mulai berdiri menguatkan diri, lalu lekas bersiaga berharap bisa membantu teman-temannya.
Perlahan seluruh permukaan tubuh Lapis mulai
memancarkan cahaya berwarna merah muda. Rambut putih-merah mudanya pun
melayang-layang terlihat indah.
Sang
Ogre menyadari kedatangan Lapis yang berjalan mendekatinya. Dengan kecepatan
yang bukan main-main, dia melayangkan pukulan vertikal dengan tangan kanannya
yang memegang gada raksasa.
“BANG!!!”
seperti itulah benturan saat gada Sang Ogre dengan Valkyrie Dealendra hingga
menimbulkan asap dari benturan di lantai.
Perlahan
gada Sang Ogre bergeming sesaat sebelum terpental ke belakang, bahkan Sang Ogre
hampir terjatuh karena terpukul mundur oleh suatu hal yang belum diketahui dari Lapis. Tapi, setelah membenarkan
posisi berdirinya, Sang Ogre mulai sedikit merendahkan tubuhnya, dan berteriak
menggema ke arah Lapis.
“GRAAARRRRRR!!!”
Asap
tebal menghapus medan pertempuran, dan di sana terlihatlah Lapis yang membawa
perisai raksasa dengan ukiran wanita berambut jutaan ular. Ya, Lapis
mengeluarkan salah satu imitasi perlengkapan legendanya.
“Code
Matter: Aegis Shield!” Lapis menggeram dengan tatapan tajam tertuju pada musuhnya.
“...!”
Alyshial memberikan tatapan takjub melihat Lapis yang mengeluarkan salah satu
perisai terkuat yang melegenda.
Tapi
tidak sampai di sana, tiba-tiba perisai raksasa Lapis mulai menyusut, dan
mengecil hingga perisai ramping yang cocok di tangannya. Lalu menempel di tangan kiri, dan
sekali lagi Lapis kembali meneriakkan pemanggilan senjata legenda lainnya.
“Code
Matter: Milladius Sword!”
Samar-samar
pedang biru keungungan terlihat di tangan kanan Lapis. Cukup panjang untuk pedang
tipe satu tangan.
Setelah
itu Lapis lekas melayang ke atas dengan cahaya merah muda disekujur tubuh,
lekas memasang kuda-kuda bertempur yang begitu elegan. Tangan kiri yang
memegang perisai terlihat di depan seolah menunggu serangan pembuka musuhnya.
Setelah
beberapa saat mereka saling bertatapan, Sang Ogre mulai melancarkan serangan.
Lapis lekas melayang menyambut serangan Sang Ogre yang berupa pukulan dari samping
kanan ke kiri.
Lapis
menahan serangan gada Sang Ogre hingga bergeming beberapa saat sebelum dipantulkan
ke arah asalnya. Dia lekas melesat ke samping kanan, menebas tangan kanan Sang
Ogre dengan pedang legendanya yang begitu misterius.
Tangan
musuhnya langsung terputus dari tubuhnya dan terjatuh ke bawah tanah. Sang Ogre
kembali berteriak kesakitan dan penuh amarah. Tangan kirinya terangkat berniat
memberikan pukulan kuat pada Lapis, tapi itu terlalu lambat bagi Lapis.
Seolah-olah
ada sayap di belakang punggung Lapis, dia melesat ke arah leher sang monster,
menebas dengan dua tebasan dari kanan dan kiri yang begitu cepat.
Rantai
langsung hancur beserta dengan leher sang monster yang perkasa. Kepala Sang
Ogre pun langsung terjatuh ke bawah, beserta tubuhnya yang sudah berubah
menjadi mayat.
“Untunglah tak perlu menggunakan ‘gaya
bertarung’ itu,” batin
Lapis terlihat mengambil nafas seolah kelelahan. Tak heran bagi dia yang kelelahan setelah mengeluarkan dua imitasi perlengkapan legenda bersamaan.
Alys
hanya bisa menatap takjub pertarungan Lapis yang begitu singkat.
Sang Ogre yang
dikenal sebagai monster yang pernah merepotkan lebih dari 20 Front-liner
profesional, bisa Lapis kalahkan dalam kurung waktu amat singkat. Dalam
benaknya, Alyshial pun berucap.
“Val-Valkyrie Dealendra ..., tak aneh jika
orang-orang memberi julukan Lapis seperti itu. Saat ini, dia benar-benar
terlihat seperti prajurit legenda wanita yang melindungi benua ini.”
***
Udah update ternyata, baca dulu.
ReplyDelete