Monday, 18 June 2018

Chapter 5

Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing

Chapter 5
Permintaan Reia dan Kiril

           Di Kerajaan Skyline yang telah mendapatkan gempuran dari para monster kuat di bawah perintah Leia.


            Kelanggangan semakin terasa setelah pernyataan langsung dari Aeldra untuk Alyshial dan orang-orang di sekitarnya.


            Tatapan datar dengan ekspresi memperlihatkan ketidakpedulian benar-benar tersungging di wajah Aeldra.


            “Jadi ....” Ratu Alysha mengeluarkan ucapan dengan tatapan sayu pada Aeldra.


            “Yah tapi itu sudah tak penting sekarang. Lebih baik kalian menghadapi masalah yang kalian hadapi sekarang.” Aeldra berucap sambil menatap orang-orang di bawahnya secara satu persatu. Akan tetapi.


            “Katakan lebih jelas semuanya!” Lapis lekas berucap dengan nada suara bergetar ketika tatapannya bertemu dengan Aeldra.


            “....” Aeldra terdiam sesaat, mengehela nafas, dan lekas tersenyum kecil membalas tatapan tajam Lapis.


            “Katakan...!” Lapis menggeram lebih dalam dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca, dipenuhi air mata. Meski tidak sampai mengalir melewati pipi lembutnya. Hal itu sedikit membuat Aeldra cemas dan merasa bersalah. Dalam hatinya dia terlihat menimbang-nimbang sesuatu. Tepatkah dia menceritakan masa lalunya pada salah satu gadis yang sangat ia hargai keberadaannya.


Sang adik, yakni Almeera juga mulai menunjukkan wajah kecemasan melihat ekspresi Lapis yang dipenuhi berbagai emosi.


“Astaga, sungguh apa yang dipikirkan lelaki itu sampai mengatakannya di situasi sekarang ini,” Aeldra melepas senyuman cemasnya. Menggaruk rambut di belakang kepalanya terlihat kebingungan.


“Da-daritadi kau mengatakan ‘lelaki itu’. Sebenarnya siapa yang kau maksud itu, Aeldra?” Alys bertanya pelan dengan nada suara gugup pada Aeldra. Entah kenapa terlihat segan karena dipenuhi emosi yang bercampur aduk.


“Tentu saja orang yang memberitahumu.  Bukankah ayahmu yang ....” Aeldra tiba-tiba memperbaiki ucapan, lekas menukikkan alis ke bawah. Memberikan tatapan tajam pada Alys.


“Tunggu, biarkan aku menanyakan hal ini sebelumnya. Siapa yang memberi tahu kalian?”


“....” Alys terdiam tak mengeluarkan ucapan. Terlihat ketakutan mendapatkan tatapan tajam dari Aeldra.


Tapi.


“Itu aku ....” Reia tiba-tiba muncul dan mendarat di atas benteng, jauh di kanan Aeldra. Senyuman kecil penuh arti benar-benar tertuju pada Aeldra.


Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh luka paska pertempurannya dengan Leia.


Kedua kelopak mata Aeldra mulai mengecil, lekas memberikan tatapan tajam sedingin es pada Reia sambil bertanya.


“.... Siapa kau?”


“Meski aku memperkenalkan diriku sekarang, kau tetap tak akan mengenalku. Selain itu aku di sini ingin mengatakan sesuatu padamu ...,” Reia berucap sambil menatap Aeldra. Sesekali melirik Lapis dan Almeera yang berada di bawah.


“....?” Aeldra tetap diam tak melepas tatapan tajamnya pada Reia. Sedangkan Lapis dan Almeera terlihat kebingungan karena mendapatkan sesekali lirikan dari gadis berambut putih itu.


Melihat reaksi sekitarnya, Reia malah menghela nafas beberapa saat sebelum memasang wajah datar dan berucap tepat di hadapan Aeldra.


“Kau ..., cepat nikahi Putri Lapis dan dapatkan anak darinya.” Nada suara Reia terdengar cukup keras meski intonasinya benar-benar terdengar datar.


“....!?”


Sontak, keheningan merangkul semua orang yang mendengarkan pernyataan Reia yang benar-benar di luar dugaan.


Wajah Aeldra memerah bahkan sampai ke kedua telinga. Kedua bola matanya terbelalak lebar semakin memberikan tatapan ke arah Reia yang berubah menjadi rasa penasaran dan kebingungan.


“U-uaah ....” Rina benar-benar terkejut sampai membuka mulutnya sebelum melirik sahabat dekatnya cukup was-was.


Tidak hanya Aeldra, tapi kedua pipi Lapis juga merah seperti tomat masak karena pernyataan gadis bernama Reia yang benar-benar tak terduga.


“Tu-tung– brengsek! Apa yang kau katakan.... –“ gugup Aeldra sambil sesekali melirik Lapis dengan kekhawatiran. Suaranya semakin terdengar pelan ketika tatapannya dengan pujaan hatinya bertemu.


Lapis cepat-cepat mengalihkan pandangan dengan wajah semakin memerah. Disusul oleh Aeldra yang kembali memberikan tatapan kekesalan pada Reia.


            “Ka-kau sedang bercanda, kan –“


            “Astaga, kenapa kalian ini begitu rumit untuk masalah ini? Kalian saling mencintai, bukan?”


            “Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk masalah ini!? Aku tak mau melibatkan dia dalam sesuatu seperti ini ...!“ kesal Aeldra dengan nada sedikit keras hingga membuat sekitarnya terkejut penasaran.


            “Hee ..., sampai sedalam itu yah kau mencintainya,” senyum Reia sambil sedikit memiringkan sedikit kepala.


            “Ka-kau sedang mengejekku ...?” Aeldra semakin memperlihatkan kemarahan pada Reia, tapi ucapannya itu semakin memudar karena teriakkan dari gadis yang berdiri di bawahnya.


            “Masalah apa itu!? Bukankah sudah kukatakan padamu jika kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku!?” Lapis berteriak dengan tatapan kekesalan ke arah Aeldra. Meski kedua pipinya masih sedikit memerah.


            “....” Aeldra melirik Lapis sesat sebelum menatap Reia kembali dengan tatapan kekesalan dan berkata. “Ka-kau akan membayar ini nanti!”


            “Kutunggu itu, Lisienata,” senyum Reia dengan tawaan kecil di akhir ucapan. Seolah meledek Aeldra yang mulai melompat turun dari atas benteng. Dia berjalan mendekati Lapis yang terus memberikan tatapan dalam padanya.


            Rina, Alys, dan Ratu Alysha juga mulai berjalan mendekati Lapis, tak lupa dengan para penjaga yang dibawa Ratu Alysha. Memberikan tatapan khawatir pada Aeldra.


            Sesaat Aeldra mengamati sekitar cukup dalam sebelum pada akhirnya menghela nafas kecil. Dia menutup mata dan berucap dengan nada datar.


            “Agar semuanya jelas. Aku akan mengatakan segalanya tentangku, hubunganku dengan ibumu, dengan Keluarga Skyline, dan masalah yang kumaksud.” Matanya tertuju pada Lapis, Ratu Alysha, dan terakhir melirik bangunan belakangnya yang hancur.


            “...!!” Semua orang di sekitar Aeldra semakin memperlihatkan kecemasan. Tak ada satupun dari mereka yang berpikir jika ucapan saat ini dari Aeldra adalah sebuah kebohongan.


            “Tapi dengan satu syarat,” Aeldra kembali berucap dengan mata yang mulai terbuka.


            “Ap-apa ...?” Alys bertanya ragu dengan mata-mata berkaca. Entah kenapa hatinya sudah terasa sakit melihat ekspresi wajah Aeldra.


            “Untuk masa laluku, kalian tak perlu menyesalinya. Itu wajar dari kalian yang saat itu tak tau apa-apa tentangku,” Aeldra membuang wajah dari sekitar dengan tatapan datar memperlihatkan ketidakpedulian.


            “....” Ratu Alysha terdiam dan mulai mengingat ucapan mendiang kakaknya tentang dirinya yang bisa saja diselimuti perasaan bersalah. Intuisinya berpikir jika maksud ucapan sang kakak adalah hal ini.


            Selanjutnya, Aeldra mengembalikan pandangan ke arah mereka. Mengeluarkan suara dan menceritakan tentang masa lalunya, tentang siapa dia sebenarnya, apa saja yang sudah ia lakukan, beserta dengan takdir yang akan dihadapinya.



***


            Langit semakin menggelap bersamaan dengan kedua kaki Ratu Alysha yang lemas dan kesulitan untuk tetap mempertahankan posisi berdirinya.


            Para penjaga berteriak cemas pada dia yang mereka hormati yang terduduk tak berdaya. Menanyakan keadaannya yang benar-benar terlihat tidak baik.


            Tatapan lebar berisi keterkejutan dan ketakutan terlihat dari Ratu Alysha pada Aeldra yang terus menceritakan masa lalunya.


            Air mata mulai mengalir melewati pipi, berjatuhan ke bawah, membasahi permukaan di bawahnya. Tubuhnya tak pernah berhenti gemetar. Bibir bawahnya ia gigit cukup keras seolah menunjukkan rasa penyesalan yang tak terbendung.


            Alys sama saja seperti ibunya, meski tidak sampai terjatuh duduk. Dia menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Wajahnya berantakan oleh air mata yang terus mengalir deras.


            Rina terlihat cemas dan sedikit tak mempercayai akan cerita dari lelaki di hadapannya yang begitu kelam. Sesaat dia melirik Lapis beserta adiknya dengan khawatir.


            Almeera terlihat menangis bersembunyi di belakang kaki kakaknya. Lapis tetap diam mempertahankan ekspresinya. Tetap mendengarkan lelaki yang ia cintai menceritakan segalanya.


            Reia di atas benteng hanya tersenyum sambil duduk dan menatap kecil Aeldra. Terkadang menompang dagu sambil memikirkan beberapa hal ke depan yang akan ia lakukan nani.


            Lalu sudah cukup lama Aeldra menceritakan masa lalu dan takdirnya. Dia lekas menutup mata dan mulut beberapa saat sebelum bertanya.


            “Jadi begitulah, apa ada yang kalian tak mengerti?”


            “Jadi ini yang diketahui Nia?” Lapis bertanya dengan kepala tertunduk ke bawah. Tekanan nadanya yang benar-benar berat bahkan hingga terdengar bergemetar.


            “Ya, itu kecorobohanku. Aku tak menyangka dia akan ....“ Aeldra menjawab tapi suaranya semakin mengecil ketika Lapis berjalan cepat mendekatinya. Lekas memegang kedua pundak Aeldra dengan masing-masing tangannya.


            “Ap-apa-apaan itu? Dewa Wilfere? Dewa Havoc? Takdir dunia? Alat kekaisaran!?” geramnya dengan kepala yang masih tertunduk ke bawah. Tubuhnya bergemetar ingin mengeluarkan segala perasaan. Tapi tetap dengan sekuat tenaga, ia coba tahan.


            “Ya, maka dari itu aku tak bisa melibatkanmu sekarang. Jadi kumohon mengertilah ....”


            “Ke-kenapa harus aku lagi yang tak berdaya, kena-kenapa aku lagi yang dilindungi olehmu? Padahal kupikir kita bisa bersama jika ak-aku lebih kuat ....”


            “Tapi mau bagaimana lagi. Mau tak mau aku harus melakukan ini, melawan mahluk it–“ cemas Aeldra mengutarakan perasaan, akan tetapi langsung tersanggahkan oleh gadis berambut putih yang masih berdiri di atas benteng.


            “Ah soal itu, Lisienata .... Kau bisa mengandalkan kami. Meski terkesan sombong dan arogan, biarkan kami mengambil tugas itu,” senyum Reia.


            “Apa lagi candaanmu yang tak masuk akal itu,” Aeldra menggeram terlihat marah, berbalik dan mendongakkan kepala ke atas, ke arah Reia.


            “....” Reia tak menjawab dan tetap mempertahankan senyuman kecilnya. Suasana hening mulai merangkul mereka lagi, meski tak terlalu lama sampai ucapan lelaki cukup familiar terdengar.


            “Wa-waah kau benar-benar mengatakan semuanya, Reia?” lelaki berkuping lancip, yang sebelumnya menemui Lapis terlihat. Lelaki elf yang dipanggil Kiril oleh Reia.


            Dia tiba-tiba mendarat dari langit ke atas tanah. Di belakang para penjaga yang mendampingi Ratu Alysha.


            “Tidak, Reia belum mengatakannya semuanya.”


            “Begitu, baguslah ....” Kiril menutup sebelah mata, terlihat cemas juga wajahnya karena keputusan rekan yang berdiri di atas benteng.


            “Dan ..., siapa lagi kau ini,” datar Aeldra melirik Kiril.


            “Ah, kau yang waktu itu ...!” Lapis terkejut membelalakan kedua bola mata.


            “Ya kau elf yang menghampiri kami waktu itu,” senyum Rina juga terlihat mengingat-ngingat.


            “Wah senangnya bisa diingat oleh kalian,” senyum Kiril dengan tawaan kecil di akhir ucapan.


            Alys beserta ibunya hanya memberikan tatapan penasaran pada Kiril yang seorang elf. Khususnya Ratu Alysha, dia terlihat ingin menanyakan sesuatu, tapi lebih memilih untuk tetap diam.


            “Jadi Reia, sampai mana kau memberitahu mereka.” Kiril berucap sambil memberikan tatapan kecil pada Reia.


            “Ah ..., aku hanya menyuruh mereka menikah dan buat anak.”


            “Ter-terlalu frontal ...,” Kiril menyentuh kening dengan tangan kanan, lalu tertawa kembali karena jawaban Reia yang terdengar datar.


            “Mereka ini terlalu keras kepala dalam menahan perasaanya. Khususnya bocah itu,” keluh Reia menghela nafas sesaat sebelum melirik Aeldra.


            Aeldra yang mendapatkan lirikan itu hanya semakin menukikkan alisnya, tanda semakin tak senang akan sikap Reia.


            “Yah tapi aku juga tak bisa menyalahkannya. Aku masih belum mengerti sepenuhnya tentang cinta, tapi melihatnya yang ingin melindungi Last Mater membuatku sedikit mengerti.”


            “Ya ...” Kiril terlihat menganggukkan kepala.


            “Nah ..!” Reia tiba-tiba melompat dari atas benteng. Lekas berjalan beberapa langkah dihadapan Lapis dan Aeldra.


            “Niatnya aku dan Kiril hanya ingin mengamati kau dan Lapis, tapi karena situasinya benar-benar sudah seperti ini ..., mau tak mau aku harus mengatakannya.”


            “....” Aeldra dan Lapis terdiam beberapa saat sambil terus memberikan tatapan dalam pada Reia.


            “Ini perjanjiannnya, Lisienata. Kami akan mengatakan siapa sebenarnya kami, alasan kami mengatakan hal tak masuk akal ini. Kami juga akan mengorbankan nyawa demi melindungi kalian, apapun yang terjadi, meski Dewa datang menggempur dunia ini.” Jelas Reia dengan tatapan keseriusan.


            “Apa maksudnya itu ...?” Aeldra bertanya cukup cemas. Sadar jika ucapan Reia benar-benar bukan sebuah candaan.


            “Seperti yang kukatakan sebelumnya itulah maksud kami, tapi sebagai gantinya kumohon penuhi permintaan kami ini.” Reia berucap, lalu menghirup nafas cukup dalam sebelum menundukkan kepalanya sedikit, dan berucap.


            “Kumohon tetaplah di samping Putri Lapis. Jadikan dia priotasmu di atas yang lainnya. Jangan meninggalkannya, bahagiakanlah dirinya ..., dan jangan pernah kecewakan dirinya.”


            “....!?” Aeldra melebarkan kedua bola setelah mendengar permintaan Reia, dan hal itu juga berlaku bagi Lapis dan yang lainnya.


            “Masalah ‘gadis’ itu biar kami yang urus. Sampai waktunya tiba, kita harus mempertahankan harapan terakhir dunia kalian, Sang Last Mater ....” Kiril berucap dengan kepala tertunduk seperti Reia.


            “Jika tidak, dunia kalian benar-benar akan binasa seperti dunia sebelumnya, lalu tak mustahil jika itu akan merambat ke duniaku, bahkan dunianya,” senyum kecil Reia mengangkat kepala ke atas, melirik Kiril sesaat. Senyumannya terlihat berbeda dari senyuman biasa. Seolah berisi perasaan kesedihan yang begitu dalam.



***

7 comments:

  1. Maaf Thor... Ada beberapa yang typo

    ReplyDelete
    Replies
    1. siip nanti akan kuperbaiki, makasih pemberitahuannya >,<

      Delete
  2. Jadi kapan aeldra dan lapis mau kabulin permintaan reia?

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga secepatnya yahh, aku juga udah greget wkwk

      Delete
    2. Harus ditampilkan adegannya yah wkwkw

      Delete
    3. wah jangan dong, gak ada genre gituan wkwk

      Delete
  3. Ayok ayok update... 🤣🤣🤣

    ReplyDelete