Title: Iris Dragon 3
Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Superpower.
Author: R Lullaby
Status: Ongoing
Chapter 5
Permintaan Reia dan Kiril
Chapter 5
Permintaan Reia dan Kiril
Di Kerajaan Skyline
yang telah mendapatkan gempuran dari para monster kuat di bawah perintah Leia.
Kelanggangan semakin terasa setelah
pernyataan langsung dari Aeldra untuk Alyshial dan orang-orang di sekitarnya.
Tatapan datar dengan ekspresi
memperlihatkan ketidakpedulian benar-benar tersungging di wajah Aeldra.
“Jadi ....” Ratu Alysha mengeluarkan
ucapan dengan tatapan sayu pada Aeldra.
“Yah tapi itu sudah tak penting
sekarang. Lebih baik kalian menghadapi masalah yang kalian hadapi sekarang.”
Aeldra berucap sambil menatap orang-orang di bawahnya secara satu persatu. Akan
tetapi.
“Katakan lebih jelas semuanya!”
Lapis lekas berucap dengan nada suara bergetar ketika tatapannya bertemu dengan
Aeldra.
“....” Aeldra terdiam sesaat,
mengehela nafas, dan lekas tersenyum kecil membalas tatapan tajam Lapis.
“Katakan...!” Lapis menggeram lebih
dalam dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca, dipenuhi air mata. Meski tidak
sampai mengalir melewati pipi lembutnya. Hal itu sedikit membuat Aeldra cemas
dan merasa bersalah. Dalam hatinya dia terlihat menimbang-nimbang sesuatu.
Tepatkah dia menceritakan masa lalunya pada salah satu gadis yang sangat ia
hargai keberadaannya.
Sang
adik, yakni Almeera juga mulai menunjukkan wajah kecemasan melihat ekspresi Lapis
yang dipenuhi berbagai emosi.
“Astaga,
sungguh apa yang dipikirkan lelaki itu sampai mengatakannya di situasi sekarang
ini,” Aeldra melepas senyuman cemasnya. Menggaruk rambut di belakang kepalanya
terlihat kebingungan.
“Da-daritadi
kau mengatakan ‘lelaki itu’. Sebenarnya siapa yang kau maksud itu, Aeldra?”
Alys bertanya pelan dengan nada suara gugup pada Aeldra. Entah kenapa terlihat
segan karena dipenuhi emosi yang bercampur aduk.
“Tentu
saja orang yang memberitahumu. Bukankah ayahmu
yang ....” Aeldra tiba-tiba memperbaiki ucapan, lekas menukikkan alis ke bawah.
Memberikan tatapan tajam pada Alys.
“Tunggu,
biarkan aku menanyakan hal ini sebelumnya. Siapa yang memberi tahu kalian?”
“....”
Alys terdiam tak mengeluarkan ucapan. Terlihat ketakutan mendapatkan tatapan
tajam dari Aeldra.
Tapi.
“Itu
aku ....” Reia tiba-tiba muncul dan mendarat di atas benteng, jauh di kanan
Aeldra. Senyuman kecil penuh arti benar-benar tertuju pada Aeldra.
Seluruh
tubuhnya dipenuhi oleh luka paska pertempurannya dengan Leia.
Kedua
kelopak mata Aeldra mulai mengecil, lekas memberikan tatapan tajam sedingin es
pada Reia sambil bertanya.
“....
Siapa kau?”
“Meski
aku memperkenalkan diriku sekarang, kau tetap tak akan mengenalku. Selain itu aku
di sini ingin mengatakan sesuatu padamu ...,” Reia berucap sambil menatap Aeldra.
Sesekali melirik Lapis dan Almeera yang berada di bawah.
“....?”
Aeldra tetap diam tak melepas tatapan tajamnya pada Reia. Sedangkan Lapis dan
Almeera terlihat kebingungan karena mendapatkan sesekali lirikan dari gadis
berambut putih itu.
Melihat
reaksi sekitarnya, Reia malah menghela nafas beberapa saat sebelum memasang
wajah datar dan berucap tepat di hadapan Aeldra.
“Kau
..., cepat nikahi Putri Lapis dan dapatkan anak darinya.” Nada suara Reia
terdengar cukup keras meski intonasinya benar-benar terdengar datar.
“....!?”
Sontak,
keheningan merangkul semua orang yang mendengarkan pernyataan Reia yang
benar-benar di luar dugaan.
Wajah
Aeldra memerah bahkan sampai ke kedua telinga. Kedua bola matanya terbelalak
lebar semakin memberikan tatapan ke arah Reia yang berubah menjadi rasa
penasaran dan kebingungan.
“U-uaah
....” Rina benar-benar terkejut sampai membuka mulutnya sebelum melirik sahabat
dekatnya cukup was-was.
Tidak
hanya Aeldra, tapi kedua pipi Lapis juga merah seperti tomat masak karena
pernyataan gadis bernama Reia yang benar-benar tak terduga.
“Tu-tung–
brengsek! Apa yang kau katakan.... –“ gugup Aeldra sambil sesekali melirik
Lapis dengan kekhawatiran. Suaranya semakin terdengar pelan ketika tatapannya
dengan pujaan hatinya bertemu.
Lapis
cepat-cepat mengalihkan pandangan dengan wajah semakin memerah. Disusul oleh
Aeldra yang kembali memberikan tatapan kekesalan pada Reia.
“Ka-kau sedang bercanda, kan –“
“Astaga, kenapa kalian ini begitu
rumit untuk masalah ini? Kalian saling mencintai, bukan?”
“Tapi ini bukan waktu yang tepat
untuk masalah ini!? Aku tak mau melibatkan dia dalam sesuatu seperti ini ...!“
kesal Aeldra dengan nada sedikit keras hingga membuat sekitarnya terkejut
penasaran.
“Hee ..., sampai sedalam itu yah kau
mencintainya,” senyum Reia sambil sedikit memiringkan sedikit kepala.
“Ka-kau sedang mengejekku ...?”
Aeldra semakin memperlihatkan kemarahan pada Reia, tapi ucapannya itu semakin memudar
karena teriakkan dari gadis yang berdiri di bawahnya.
“Masalah apa itu!? Bukankah sudah
kukatakan padamu jika kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku!?” Lapis
berteriak dengan tatapan kekesalan ke arah Aeldra. Meski kedua pipinya masih
sedikit memerah.
“....” Aeldra melirik Lapis sesat sebelum
menatap Reia kembali dengan tatapan kekesalan dan berkata. “Ka-kau akan
membayar ini nanti!”
“Kutunggu itu, Lisienata,” senyum
Reia dengan tawaan kecil di akhir ucapan. Seolah meledek Aeldra yang mulai
melompat turun dari atas benteng. Dia berjalan mendekati Lapis yang terus
memberikan tatapan dalam padanya.
Rina, Alys, dan Ratu Alysha juga
mulai berjalan mendekati Lapis, tak lupa dengan para penjaga yang dibawa Ratu Alysha.
Memberikan tatapan khawatir pada Aeldra.
Sesaat Aeldra mengamati sekitar
cukup dalam sebelum pada akhirnya menghela nafas kecil. Dia menutup mata dan
berucap dengan nada datar.
“Agar semuanya jelas. Aku akan
mengatakan segalanya tentangku, hubunganku dengan ibumu, dengan Keluarga
Skyline, dan masalah yang kumaksud.” Matanya tertuju pada Lapis, Ratu Alysha,
dan terakhir melirik bangunan belakangnya yang hancur.
“...!!” Semua orang di sekitar Aeldra
semakin memperlihatkan kecemasan. Tak ada satupun dari mereka yang berpikir
jika ucapan saat ini dari Aeldra adalah sebuah kebohongan.
“Tapi dengan satu syarat,” Aeldra
kembali berucap dengan mata yang mulai terbuka.
“Ap-apa ...?” Alys bertanya ragu
dengan mata-mata berkaca. Entah kenapa hatinya sudah terasa sakit melihat
ekspresi wajah Aeldra.
“Untuk masa laluku, kalian tak perlu
menyesalinya. Itu wajar dari kalian yang saat itu tak tau apa-apa tentangku,”
Aeldra membuang wajah dari sekitar dengan tatapan datar memperlihatkan
ketidakpedulian.
“....” Ratu Alysha terdiam dan mulai
mengingat ucapan mendiang kakaknya tentang dirinya yang bisa saja diselimuti
perasaan bersalah. Intuisinya berpikir jika maksud ucapan sang kakak adalah hal
ini.
Selanjutnya, Aeldra mengembalikan pandangan
ke arah mereka. Mengeluarkan suara dan menceritakan tentang masa lalunya,
tentang siapa dia sebenarnya, apa saja yang sudah ia lakukan, beserta dengan
takdir yang akan dihadapinya.
***
Langit semakin menggelap bersamaan
dengan kedua kaki Ratu Alysha yang lemas dan kesulitan untuk tetap
mempertahankan posisi berdirinya.
Para penjaga berteriak cemas pada
dia yang mereka hormati yang terduduk tak berdaya. Menanyakan keadaannya yang
benar-benar terlihat tidak baik.
Tatapan lebar berisi keterkejutan
dan ketakutan terlihat dari Ratu Alysha pada Aeldra yang terus menceritakan
masa lalunya.
Air mata mulai mengalir melewati
pipi, berjatuhan ke bawah, membasahi permukaan di bawahnya. Tubuhnya tak pernah
berhenti gemetar. Bibir bawahnya ia gigit cukup keras seolah menunjukkan rasa
penyesalan yang tak terbendung.
Alys sama saja seperti ibunya, meski
tidak sampai terjatuh duduk. Dia menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Wajahnya
berantakan oleh air mata yang terus mengalir deras.
Rina terlihat cemas dan sedikit tak
mempercayai akan cerita dari lelaki di hadapannya yang begitu kelam. Sesaat dia
melirik Lapis beserta adiknya dengan khawatir.
Almeera terlihat menangis
bersembunyi di belakang kaki kakaknya. Lapis tetap diam mempertahankan
ekspresinya. Tetap mendengarkan lelaki yang ia cintai menceritakan segalanya.
Reia di atas benteng hanya tersenyum
sambil duduk dan menatap kecil Aeldra. Terkadang menompang dagu sambil
memikirkan beberapa hal ke depan yang akan ia lakukan nani.
Lalu sudah cukup lama Aeldra
menceritakan masa lalu dan takdirnya. Dia lekas menutup mata dan mulut beberapa
saat sebelum bertanya.
“Jadi begitulah, apa ada yang kalian
tak mengerti?”
“Jadi ini yang diketahui Nia?” Lapis
bertanya dengan kepala tertunduk ke bawah. Tekanan nadanya yang benar-benar
berat bahkan hingga terdengar bergemetar.
“Ya, itu kecorobohanku. Aku tak
menyangka dia akan ....“ Aeldra menjawab tapi suaranya semakin mengecil ketika
Lapis berjalan cepat mendekatinya. Lekas memegang kedua pundak Aeldra dengan
masing-masing tangannya.
“Ap-apa-apaan itu? Dewa Wilfere?
Dewa Havoc? Takdir dunia? Alat kekaisaran!?” geramnya dengan kepala yang masih
tertunduk ke bawah. Tubuhnya bergemetar ingin mengeluarkan segala perasaan.
Tapi tetap dengan sekuat tenaga, ia coba tahan.
“Ya, maka dari itu aku tak bisa
melibatkanmu sekarang. Jadi kumohon mengertilah ....”
“Ke-kenapa harus aku lagi yang tak
berdaya, kena-kenapa aku lagi yang dilindungi olehmu? Padahal kupikir kita bisa
bersama jika ak-aku lebih kuat ....”
“Tapi mau bagaimana lagi. Mau tak
mau aku harus melakukan ini, melawan mahluk it–“ cemas Aeldra mengutarakan
perasaan, akan tetapi langsung tersanggahkan oleh gadis berambut putih yang
masih berdiri di atas benteng.
“Ah soal itu, Lisienata .... Kau
bisa mengandalkan kami. Meski terkesan sombong dan arogan, biarkan kami
mengambil tugas itu,” senyum Reia.
“Apa lagi candaanmu yang tak masuk
akal itu,” Aeldra menggeram terlihat marah, berbalik dan mendongakkan kepala ke
atas, ke arah Reia.
“....” Reia tak menjawab dan tetap
mempertahankan senyuman kecilnya. Suasana hening mulai merangkul mereka lagi,
meski tak terlalu lama sampai ucapan lelaki cukup familiar terdengar.
“Wa-waah kau benar-benar mengatakan
semuanya, Reia?” lelaki berkuping lancip, yang sebelumnya menemui Lapis
terlihat. Lelaki elf yang dipanggil Kiril oleh Reia.
Dia tiba-tiba mendarat dari langit
ke atas tanah. Di belakang para penjaga yang mendampingi Ratu Alysha.
“Tidak, Reia belum mengatakannya
semuanya.”
“Begitu, baguslah ....” Kiril
menutup sebelah mata, terlihat cemas juga wajahnya karena keputusan rekan yang
berdiri di atas benteng.
“Dan ..., siapa lagi kau ini,” datar
Aeldra melirik Kiril.
“Ah, kau yang waktu itu ...!” Lapis
terkejut membelalakan kedua bola mata.
“Ya kau elf yang menghampiri kami
waktu itu,” senyum Rina juga terlihat mengingat-ngingat.
“Wah senangnya bisa diingat oleh
kalian,” senyum Kiril dengan tawaan kecil di akhir ucapan.
Alys beserta ibunya hanya memberikan
tatapan penasaran pada Kiril yang seorang elf. Khususnya Ratu Alysha, dia
terlihat ingin menanyakan sesuatu, tapi lebih memilih untuk tetap diam.
“Jadi Reia, sampai mana kau
memberitahu mereka.” Kiril berucap sambil memberikan tatapan kecil pada Reia.
“Ah ..., aku hanya menyuruh mereka
menikah dan buat anak.”
“Ter-terlalu frontal ...,” Kiril
menyentuh kening dengan tangan kanan, lalu tertawa kembali karena jawaban Reia
yang terdengar datar.
“Mereka ini terlalu keras kepala
dalam menahan perasaanya. Khususnya bocah itu,” keluh Reia menghela nafas
sesaat sebelum melirik Aeldra.
Aeldra yang mendapatkan lirikan itu
hanya semakin menukikkan alisnya, tanda semakin tak senang akan sikap Reia.
“Yah tapi aku juga tak bisa
menyalahkannya. Aku masih belum mengerti sepenuhnya tentang cinta, tapi
melihatnya yang ingin melindungi Last Mater membuatku sedikit mengerti.”
“Ya ...” Kiril terlihat
menganggukkan kepala.
“Nah ..!” Reia tiba-tiba melompat
dari atas benteng. Lekas berjalan beberapa langkah dihadapan Lapis dan Aeldra.
“Niatnya aku dan Kiril hanya ingin
mengamati kau dan Lapis, tapi karena situasinya benar-benar sudah seperti ini
..., mau tak mau aku harus mengatakannya.”
“....” Aeldra dan Lapis terdiam
beberapa saat sambil terus memberikan tatapan dalam pada Reia.
“Ini perjanjiannnya, Lisienata. Kami
akan mengatakan siapa sebenarnya kami, alasan kami mengatakan hal tak masuk
akal ini. Kami juga akan mengorbankan nyawa demi melindungi kalian, apapun yang
terjadi, meski Dewa datang menggempur dunia ini.” Jelas Reia dengan tatapan
keseriusan.
“Apa maksudnya itu ...?” Aeldra bertanya
cukup cemas. Sadar jika ucapan Reia benar-benar bukan sebuah candaan.
“Seperti yang kukatakan sebelumnya
itulah maksud kami, tapi sebagai gantinya kumohon penuhi permintaan kami ini.”
Reia berucap, lalu menghirup nafas cukup dalam sebelum menundukkan kepalanya
sedikit, dan berucap.
“Kumohon tetaplah di samping Putri Lapis.
Jadikan dia priotasmu di atas yang lainnya. Jangan meninggalkannya, bahagiakanlah
dirinya ..., dan jangan pernah kecewakan dirinya.”
“....!?” Aeldra melebarkan kedua
bola setelah mendengar permintaan Reia, dan hal itu juga berlaku bagi Lapis dan
yang lainnya.
“Masalah ‘gadis’ itu biar kami yang
urus. Sampai waktunya tiba, kita harus mempertahankan harapan terakhir dunia kalian,
Sang Last Mater ....” Kiril berucap dengan kepala tertunduk seperti Reia.
“Jika tidak, dunia kalian
benar-benar akan binasa seperti dunia sebelumnya, lalu tak mustahil jika itu
akan merambat ke duniaku, bahkan dunianya,” senyum kecil Reia mengangkat kepala
ke atas, melirik Kiril sesaat. Senyumannya terlihat berbeda dari senyuman
biasa. Seolah berisi perasaan kesedihan yang begitu dalam.
***
Maaf Thor... Ada beberapa yang typo
ReplyDeletesiip nanti akan kuperbaiki, makasih pemberitahuannya >,<
DeleteJadi kapan aeldra dan lapis mau kabulin permintaan reia?
ReplyDeletesemoga secepatnya yahh, aku juga udah greget wkwk
DeleteHarus ditampilkan adegannya yah wkwkw
Deletewah jangan dong, gak ada genre gituan wkwk
DeleteAyok ayok update... 🤣🤣🤣
ReplyDelete